Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Haji dan Kearifan Ekologis

9 September 2016   17:43 Diperbarui: 9 September 2016   17:49 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pedagang membuang sampah di puncak Jabal Nur (Dokpri)

Berkali-kali saya kecewa berat saat naik ke Jabal Nur, tempat Nabi Muhammad saw mendapatkan wahyu pertama dan tempat Nabi membina diri. Di tempat bersejarah ini sampah plastik bertebaran di mana-mana, mulai dari awal pendakian hingga puncak. Bau pesing pun sering kali menyambangi hidung. Maklum di puncak Jabal Nur itu tak terdapat wc. Jadilah bebatuan yang cukup besar menjadi tempat bersembunyi pelampiasan hajat yang tak bisa ditunda.

Di setiap tempat yang menjadi konsentrasi manusia pun kekotoran seperti itu bisa disaksikan. Tahun 2010, dengan jemaah haji yang berjumlah 2.5 juta orang, terkumpul pula 100 juta botol plastik. Mekah dan Madinah menjadi kumuh. Padahal sejatinya, Mekah dan Madinah adalah kota yang bersih. Cobalah datang ketika jemaah umroh masih sedikit. Kota ini kinclong, petugas kebersihan ada di mana-mana. Jalan yang berdebu rutin dicuci oleh mobil khusus. Tak banyak sampah berserakan. 

Saya tak tahu ke mana sampah-sampah plastik itu dibuang. Yang jelas, setiap musim haji kekumuhan semacam itu bisa disaksikan dengan mudah. Petugas kebersihan tak sanggup membersihkan sampah yang sangat banyak.

Dalam konteks kerusakan ekologi yang dihadapi manusia, adakah haji mengajarkan tentang hidup yang arif dan mencegah kerusakan makin melebar atau haji sebagai ibadah puncak justru abai tentang issue yang sangat penting ini.

Kerusakan alam di mana mana (forum.viva.co.id)
Kerusakan alam di mana mana (forum.viva.co.id)
Kalau melihat Al Qur’an, kepedulian terhadap linkungan itu terbaca sangat gamblang. Bencana ekologis sudah dibincangkan dengan gamblang. Allah Swt telah berfirman “Telah nampak kerusakan (fasad) di darat dan di laut disebab­kan perbuatan tangan manusia” (QS 30 : 41). Menurut Raghib Isfahani, fasad mengandung arti “terjadinya ketidakseimbangan atau ketidakharmonisan”  Timbulnya fasad di muka bumi adalah disebabkan oleh ulah tangan manusia.

Menurut Allamah Thabathabai, Al-fasad dalam ayat tersebut berkonotasi umum mencakup semua bentuk kerusakan berupa hilangnya tatanan yang baik di dunia ini, baik yang dikaitkan dengan kehendak manusia maupun yang tidak. Misalnya gempa, kemarau, banjir, wabah penyakit, perang, perampokan dan segala bentuk yang mengganggu ketentraman dalam kehidupan manusia.

Menariknya, dalam haji ada banyak aturan yang mendekatkan manusia, alam dan dunia spiritualitas. Saat jemaah haji mengantungkan niat haji dengan melantunkan talbiyah, maka dia hanya bisa menggunakan dua potong kain dengan warna putih. Walau tak pernah disebutkan dalam berbagai teks, penggunaan kain putih erat kaitannya dengan banyak hal, kebersihan, penghematan, kesederhanaan dan tanggap.

Ketika menuliskan hal ini, saya teringat sepasang pegiat lingkungan. Sudah berbilang tahun dia tidak membeli pakaian. Katanya selama yang dipakainya masih layak pakai akan dia pakai. Ketika saya tanya alasannya dia menjawab, bahwa sumber daya alam kita sangat terbatas. Semakin sedikit kita menggunakan hal yang tak begitu penting –seperti baju dengan model terbaru, Semakin terjaga alam ini, katanya.

Limbah dari pabrik tekstil di citarum (Greenpeace)
Limbah dari pabrik tekstil di citarum (Greenpeace)
Di Jawa Barat, menurut aktifis Green Peace, Industri tekstil menjadi pioner rusaknya sungai-suangi dan kualitas udara. Titik krusial pencemaran justru terjadi saat pewarnaan tekstil. Dalam proses inilah bahan-bahan kimia yang dipakai akan menghasilkan amoniak dalam kadar yang cukup tinggi yang dapat mencemari lingkungan terutama perairan jika proses pembuangannya tidak ditangani secara baik.

Jika anda ingin melihat berapa banyak sumber daya alam yang digunakan dan kerusakan yang dihasilkan dari industri pakaian, datanglah ke sungai Citarum Bandung. Di situ anda akan melihat “keajaiban alam” berupa sungai dan air terjun beraneka warna. Kadang coklat, hijau kehitaman atau ungu tua. Perubahan warna itu selalu diikuti dengan bau busuk menyengat. Itulah limbah dari industri pakaian. Dengan memakai pakaian putih ihrom, seharusnya jamaah haji menyadari arti kesederhanaan, kesucian dan penghematan. Dengan menggunakan pakaian putih saja, kita bisa ikut menjaga kelestarian alam.

Setelah berniat dan mengenakan kain berwarna putih, jemaah haji dikenakan berbagai aturan ketat. Tidak boleh memburu binatang, tidak boleh mencabut dan atau memotong tanaman, tidak boleh berhias, tidak boleh pakai minyak wangi, tidak boleh berkata kasar serta berbagai larangan ihram. Tidakah ini ajaran tentang kearifan ekologis?

Ajaran haji ini jelas menjadikan alam sebagai sesuatu yang sakral, suci dan wajib dijaga. Aturan ini mengembalikan kesucian alam dan hubungannya dengan manusia. Al-Qur’an membuat tamsil indah, “Barangsiapa yang membunuh satu jiwa, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan satu jiwa, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan semuanya.” (QS. Al Maidah: 32).

Seorang pedagang membuang sampah di puncak Jabal Nur (Dokpri)
Seorang pedagang membuang sampah di puncak Jabal Nur (Dokpri)
Frasa dalam ayat ini dimulai dengan kata nafs (yang mempunyai jiwa) yang berimbas pada nās(manusia) secara keseluruhan.Artinya apapun interaksi manusia pada yang memiliki jiwa maka yang akan menikmati adalah manusia secara keseluruhan. Dan bukankah seluruh semesta ini memiliki jiwa? Dalam syair Rumi, jiwa dari alam semesta adalah Tuhan. Sementara bagi sebagian besar justru alam adalah Tuhan itu sendiri.

Mengutip dari Seyyed Muhsin Miri, ada dua pendekatan yang digunakan sebagai solusi untuk mengatasi krisis lingkungan baik secara individual maupun sosial. Pertama, pemecahan krisis melalui pertimbangan atas segala sesuatu yang kasat mata, membuat perubahan jangka pendek dan membuat suatu perencanaan ulang. Kedua, pemecahan krisis melalui penjabaran sebab dan faktor yang mendorong munculnya krisis (aspek ontologis), melalui dasar keilmuan (aspek epistemologis), kerangka rohani, dan intelektual, serta paradigma budaya yang menyebabkan krisis tersebut terjadi dengan tetap mengacu kepada pendekatan pertama.

Dalam Madrasah Filsafat Mulla Shadra, filosof muslim dari tanah Persia, semua yang ada, termasuk Tuhan dan ciptaannya, dengan sendirinya memiliki hierarki dan strata keberadaan yang beragam. Mereka memiliki persamaan yang penting dan mendasar serta kesatuan erat yang tak dapat dipisahkan.

Kepentingan yang terjalin dalam hierarki ini merupakan hubungan yang khas. Shadra mencontohkan dalam bilangan matematis. Kita tidak dapat mencabut angka 4 antara 3 dan 5 lalu menempatkannya di tempat lain. Tempat angka 4 hanya antara 3 dan 5. Begitupula hubungan antara sebab ‘A’ dan akibatnya ‘B’. Hubungan tersebut tidak dapat diubah dikarenakan sinkronisitas keberadaan di antara keduanya. Hubungan itu tidak dapat diubah.

Wc satu-satunya di puncak. Kotor dan bau (dokpri)
Wc satu-satunya di puncak. Kotor dan bau (dokpri)
Tuhan adalah sebab dari ‘keberadaan’ semua maujud. Oleh sebab itu, hubungan keberadaanNya dengan maujud lain seperti langit, alam, bumi, manusia dan yang lain adalah sebuah hubungan keniscayaan. Begitu pula hubungan antara masing-masing akibatNya. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa hubungan antara satu maujud dengan yang lain di alam ini bersifat keniscayaan.

Dengan pola hubungan seperti itu, maka ketika ada satu link terganggu, maka akan berpengaruh pada eksistensi lainnya. Dalam hal ini, jika manusia mengalami gangguan spiritual maka akan merusak tatanan lainnya.

Apa yang disebut Mulla Sadra, diaminkan oleh Arne Naess, seorang filsuf Norwegia, baginya, alam adalah instrumen bagi manusia untuk mempertajam daya rohaninya dalam menemukan jejak-jejak Tuhan. Sisi spiritual inilah yang hilang di alam modern ini.

Saat seorang jemaah haji menjaga hajinya dengan menjaga semesta, saat bersamaan daya rohaninya akan menanjak jauh ke puncak. Namun saat jemaah haji kembali tak peduli pada larangan haji, daya rohaninya juga akan menurun. Mari kita rengkuh kearifan ekologis haji.

Vandalisme jemaah haji (dokpri)
Vandalisme jemaah haji (dokpri)
Tips Haji Ramah Lingkungan

Pada tahun 2010  saat 2,5 juta jemaah haji berkumpul, terkumpul juga 100 juta botol plastik di tempat-tempat yang dikunjungi. Ini adalah masalah serius. Lalu apa yang bisa dilakukan jamaah haji agar menjadi jamaah yang arif ekologi? Selain menghayati nilai-nilai ibadah haji dengan baik dan benar, ada baiknya tips ini juga dilakukan.

  • Bawa tempat air minum sendiri. Membawa tempat minum sendiri memberi kemudahan saat kita kehausan. Isilah tempat air minum dengan air zam-zam yang tersebar di setiap suduk mesjid
  • Bawa kantong plastik sandal sendiri. Di beberapa pintu Mesjidil Haram disediakan plastik untuk sendal atau sepatu agar bisa dimasukan ke dalam tas. Supaya tak menambah sampah plastik, sebaiknya jemaah membawa kantong plastik sendiri.
  • Bawa tas belanja sendiri
  • Jangan melakukan vandalisme. Di beberapa tempat yang dikunjungi, beberapa jamaah menuliskan namanya di batu, tembok atau dinding. Malah sebagian orang menyewakan spidol untuk menuliskan namanya. Jemaah haji tidak selayaknya melakukan hal itu.
  • Matikan alat listrik saat tak dipergunakan.
  • Walaupun jemaah haji tidak membayar listrik dan listrik di Saudi terbilang melimpah, ada baiknya jemaah haji menghemat listrik dengan mematikan lampu atau alat listrik yang tak dipergunakan.
  • Hematlah air. Di Saudi, untuk mendapatkan air segar harus melalui proses penyulingan yang panjang dan mahal. Dengan menghemat air, kita ikut menjaga sumber daya alam yang terbatas.

Telah dimuat di situs Al Musthafa 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun