[caption caption="memisahkan telur untuk dijual di pasar (Dokpri)"][/caption]“Titit ieu tiasa diical, Kang,” (Titit ini bisa dijual, Kang) kata Pak Asep. Saya terkesiap kaget mendengarnya. Soalnya yang saya tahu titit itu sebutan untuk kelamin anak kecil laki-laki. “Naon, Pak? Titit? Eta kabogaan budak leutik?” (Apa Pak? Titit? Itu sebutan penisnya anak kecil?” Saya mencoba meyakinkan pendengaran. Soalnya antara itik, pitik, dan titit agak samar terdengar. Pak Asep menjelaskan, “Iya. Titit itu adalah sebutan untuk anak entog, seperti kirik buat anak anjing.”
Itu penggalan obrolan saya dengan Pak Asep, tukang angon itik di Kampung Blekok, Rancabayawak, Gede Bage Bandung. Aduh, ternyata penguasaan bahasa Sunda saya tak begitu baik ya. Kalau kirik sih saya sering dengar, tapi untuk kata yang satu itu, baru kali ini saya dengar.
Tak sengaja saya masuk ke satu rumah di dekat mesjid yang sedang dibangun oleh Pak RW, sekaligus pemilik usaha penetasan itik itu. Saat itu saya lihat ada beberapa ekor burung blekok (bangau) keluar-masuk rumah tersebut. Burung blekok itu adalah anak-anak burung yang terjatuh karena hujan deras. Mereka yang terjatuh dipelihara di rumah penetasan itik milik Pak Mimin. Di situlah obrolan ini terjadi.
[caption caption="Mesin penetas telur bebek yang sedang bekerja"]
Menurut Pak Asep, satu mesin penetas telur berkapasitas 1.000 butir telur. Nanti kalau sudah menetas, anak-anak bebek alias titit itu dijual kepada peternak lainnya. Harga per satu ekor titit yang cukup besar adalah Rp9.000,00. Wah, kalau satu mesin penetas itu berhasil menetaskan 1.000 ekor, Pak Mimin bisa mendapat uang Rp9 juta. Jika dikalikan 12 mesin, Pak Mimin akan mengumpulkan uang Rp108 juta. Saat ditanya berapa persen keuntungannya? Pak Asep hanya bilang, “Yah cukuplah untuk membuat mesjid di samping rumah.”
[caption caption="msin penetas telur listrik"]
Karena kemarin di Kompasiana gagal muat, maka artikel ini telah dimuat di blog pribadi di fxmuchtar.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H