Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karena Syiah Kuat, Sunni jadi Lemah, Benarkah?

5 Februari 2016   18:00 Diperbarui: 7 Februari 2016   20:49 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Potongan Video Gubernur Jabar Ahmad Heryawan yang sedang berbincang-bincang bersama dengan beberapa Jemaah"][/caption]Video Gubernur Jabar Ahmad Heryawan yang sedang berbincang-bincang bersama dengan beberapa Jemaah sontak menjadi sangat viral. Beberapa topik pembicaraan Aher menjadi menarik buat saya/ Pertama Aher mengatakan bahwa Iran memberikan 3000 beasiswa kepada mahasiswa Indonesia tiap tahunnya. Dengan data itu, Aher memanas-manasi agar Saudi juga melakukan hal yang –minimal- sama dengan yang dilakukan Iran. Entah apa yang dicari Aher, pasalnya dia juga mengungkit-ungkit sedang membangun 30 pesantren di Jabar. Cari danakah? Entah.

Terkait 3000 mahasiswa Indonesia di Iran, tentu saja data itu adalah data ngibul bin ngawur. Data seperti itu biasanya adalah khayalan orang paranoid Syi’ah yang dibuat untuk menakut-nakuti orang agar meningkatkan kewaspadaan terhadap Iran yang Syi’ah. Silahkan saja dihitiung dari tahun 2010 - 2014, jika saja tiap tahun Iran memberi 3000 beasiswa untuk mahasiswa Indonesia, maka dalam kurun waktu 5 tahun saja sudah ada 15.000 pelajar Indonesia di Iran. atau minimal ada 10.000 mahasiswa Indonesia di Iran, namun data KPU 2014, menunjukan pelajar Indonesia tidak lebih dari 300 orang saja. Lalu di mana sisanya itu ?

Mungkin Gubernur Aher sedang lelah sehingga salah membaca 300 orang dengan 3000.

[caption caption="Sumber Gambar: http://shabwaahpress.net/news/14120"]

[/caption]

kedua, dan ini yang paling menarik buat saya adalah sudut pandang Aher terkait Syi’ah dan Sunni. Walau sangat singkat, terlihat betul sudut pandang Sang Gubernur itu dalam memandang perbedaan Syi’ah dan Sunni dalam  pola hubungan melemahkan. Kata Aher, “Jika Sunni kuat maka otomatis Syi’ah akan lemah”. Sekarang Syi’ah kuat karena sunninya lemah. Bahkan Aher mengatakan bahwa kekuatan Syiah yang menyebabkan kelemahan Sunni adalah Sunnatullah. Sambil berkata begitu Aher meminta penegasan dari Syekh yang duduk di sebelahnya dan Syekh itu menguatkannya. Syekh itu kemudian memberikan contoh tentang perang Badar, perang antara kaum muslimin dan orang kafir. Siapa muslim dan siapa yang kafir dalam pandangan orang di majlis itu sudah jelas. Sunni adalah yang jadi muslim dan selainnya adalah kafir. Jadi berbagai ayat tentang menjaga persatuan di antara kaum muslimin tidaklah berlaku buat Aher dan yang semisalnya, karena orang Syiah adalah kafir. Musuh yang harus dilumat, dihancurkan dan dilemahkan. Di sini Aher menyimpan benih takfiri.

Dengan pola pikir pemimpinnya yang seperti itu, pantas saja kalau Jabar masuk sebagai propinsi dengan tingkat intoleransi paling tinggi. Ghufron Mabruri peneliti Imparsial mengatakan"Kita melakukan penelitian mengenai intoleransi dan kami pilih provinsi Jawa Barat. Karena Jawa Barat paling buruk dalam intoleransi agama dan hak keyakinan beragama,". Kiranya Aher yang berasal dari partai You know who punya andil dalam tingkat intolerasi ini. (lihat ideology fitnah PKSPiyungan).

[caption caption="Sebuah foto dari Suaranews.com"]

[/caption]Padahal, pada saat seperti ini, yang dibutuhkan bukan saling melemahkan. Yang diperlukan umat saling menguatkan, saling mengokohkan. Bagi saya, Bagi saya pandangan yang menyebutkan Syiah dan Sunni saling bermusuhan itu sangatlah picik. tidak ada sunnatullahnya kelompok yang saling melemahkan bisa kuat. Sunnatullahnya justru kebalikannya yang bersatu dan saling menguatkan akan sangat kuat. Bukankan dari dulu kita sering mengatakan "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh".

Syi’ah dan Sunni adalah realitas sejarah Islam. Keduanya lahir dari rahim umat Islam. Keduanya adalah sayap yang akan menerbangkan kaum muslimin. Jika satu sayap lemah, maka burung itu tidak akan bisa terbang dengan baik. Dia akan terseok-seok dan kemudian terjatuh. Sudah terlalu lama kita berseteru di lingkaran ini saja. Saatnya sekarang saling mengokohkan dan menguatkan.

Bisakah?

Bagi orang yang punya pandangan seperti Aher jelas tidak bisa, karena kedua kelompok ini seperti minyak dan air, namun beberapa fakta di lapangan bisa menjadi acuan bahwa upaya saling menguatkan itu bisa terjadi. Saya sebut saja di Palestina, bumi yang dilupakan orang-orang yang sekarang mengaku mujahidin dan berperang mengeroyok Syiria. Aher tentu tahu Hamas adalah kelompok sunni yang menentang pendudukan Israel. Aher juga pasti tahu para pemimpin Hamas, dari Syekh Ahmad Yasin hingga Ismail Haniya, sangat dekat dengan Iran. Bantuan Iran kepada perjuangan Palestina diakui oleh para pemimpin Hamas dan rakyat Palestina.

[caption caption="Almarhum Syekh Ahmad Yasin bertemu dengan Ayatullah Khamenei, Sunni dan Syiah bersatu."]

[/caption]

Pemimpin spiritual Hamas almarhum, Syekh Ahmad Yasin menegaskan bahwa negara yang secara resmi mendukung Hamas adalah Republik Islam Iran. Syeikh Yasin menyampaikan rasa terimakasih kepada bangsa Iran terkhusus kepada Imam Khomeini yang telah menggagas hari Jum’at terakhir Ramadhan sebagai hari solidaritas kaum muslimin sedunia atas perjuangan kemerdekaan Palestina dari penjajahan rezim Zionis Israel. Sejak berdirinya, Iran mengadakan Hari Solidaritas untuk Al Quds yang dilakukan pada hari Jumat terakhir bulan Ramadhan.

Rakyat Gaza juga tak ketinggalan, mereka berterima kasih kepada Iran. Menurut Abu Ubaidah Juru bicara Brigade Izzuddin Qassam dalam pernyataannya di acara ulang tahun ke-27 berdirinya Hamas menyinggung segala bentuk bantuan Iran terutama bantuan militer dan finansial kepada pasukan Muqawama dalam perang melawan rezim Zionis. Ia mengatakan, Iran memiliki peran besar dalam kemenangan pasukan Muqawama di Perang 51 Hari di Gaza. Demikian seperti yang dikutip dari Republika (lihat juga detik.com). Masih menurut Abu Ubaidah “Iran membantu pasukan Muqawama dengan rudal-rudal anti-tank dan kendaraan lapis baja, dan pasukan ini dengan tawakal kepada Allah Swt dan kekuatan iman, mampu menghancurkan benteng penjajahan Zionis”.

Di Palestina Allah menunjukan bahwa persatuan Syi’ah dan Sunni mampu memberikan sumbangsih yang sangat berarti. Kala setiap kelompok muslimin, Syiah dan Sunni, bahu membahu, saling mengokohkan dan saling meneguhkan maka kaum muslimin akan berdaya. Saya kutip pernyataan Syekh Al Azhar Dr. Ahmad At-Thoyyib “Selama 14 abad dari usia Islam, syiah dan ahlusunah telah menjadi dua sayap Islam dan tidak pernah terjadi peperangan di antara mereka, namun konflik yang terjadi karena semata-mata adanya usaha untuk memperlemah kaum muslim melalui senjata perang mazhab.”

Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, itu Sunnatullah.

 

link video

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun