Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

#DatsunRisersExpedition, Perjalanan dan Inspirasi (1)

20 Januari 2016   07:09 Diperbarui: 20 Januari 2016   07:32 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Datsun Risers Expedition Kalimantan (dok Kompasiana)"][/caption]Generasi Keriput, kata Samuel Ullman (1840—1924) menunjuk anak-anak muda yang sudah kehilangan antusiasme hidup yang mengeriputkan jiwa. Kata Ullman, muda itu bukan urusan umur, melainkan sikap dan pemikiran; bukan berarti pipi kemerahan, bibir merah merekah dan dengkul kuat, melainkan terletak pada kemauan, kualitas imajinasi, kekuatan emosional, kesegaran dan kebugaran.

Saya setuju dengan apa yang ditulis Ullman, sebab saya sendiri sering mengutip sebuah pepatah yang menyebutkan bahwa tua itu bukan urusan umur, tapi tiadanya cita-cita. Selama ada cita-cita yang dikejar, dia masih bisa disebut muda. Muda juga berarti gairah menerima tantangan dan petualangan.

Biarlah rambut memutih atau dengkul tak lagi kuat asal jiwa ikut keriput. Makanya saat ada tantangan #DatsunRisersExpedition mengunjungi Kalimantan, jiwa saya ikut tertantang. Sejak awal diumumkan menjadi peserta ekspedisi, saya sudah tak sabar mengikuti petualangan itu. Semangat ini bertambah karena dalam beberapa ekspedisi yang mirip, saya belum pernah berhasil mengikuti.

Hari 1 : Tertidur di Go+ Panca

Dan berangkatlah saya pada hari jum’at malam, lebih cepat beberapa jam dari waktu yang ditentukan. Jam 1 malam saya sudah tiba di Bandara Udara Sukarno Hatta. Saya baca di WA, beberapa peserta masih mempersiapkan keberangkatan. Karena waktunya masih panjang, saya pergunakan untuk tidur di kursi tunggu bandara.

Pagi sudah tiba, satu demi satu Kompasianer peserta #DatsunRisersExpedition berdatangan. Sebagian besar sudah saya kenal jadi tinggal berkenalan dengan beberapa riser lainnya. Setelah semua lengkap, Penerbangan GA 560 mengantarkan kami ke bumi Kalimantan.

Welcome to Balikpapan! Setibanya di Balikpapan, mobil Datsun yang akan dipergunakan dalam #DatsunRisersExpedition sudah berjajar rapi. Dan berkumpulah para riser yang akan menjelajah Kalimantan.

[caption caption="Datsun Go Panca 1200 cc yang dipakai menjelajah Kalimantan"]

[/caption]DRE Kalimantan Etape 1 diikuti oleh 15 orang yang terbagi dalam 5 Risers Team, di mana 12 orang (4 tim) di antaranya adalah Kompasianer. Saya tergabug dalam tim 1 alias D Djengkol bersama Kang Arul dan Shendy Adam. Tim 2 terdiri dari Syaifuddin Sayuti, Rizky Dwi Rahmawan dan Nanang Diyanto. Tim tiga yang isinya para wanita yaitu Maya, Achi dan Devi  nyelip di tengah para Kompasianer. Rahab Ganendra, Kartika Eka H., dan Ang Thek Khun memperkuat Tim 4. Sedangkan Tim 5 diisi oleh Gapey Sandi, Arif Khunaifi dan Santo Rachmawan.

Perjalanan dari Sepinggan menuju Samarinda, mobil dikendalikan oleh Pak Sannang. Lumayanlah, hitung-hitung mengenal medan (eh ini kan Kalimantan bukan Medan), sekaligus ngobrol. Pak Sannang ini orang Bugis yang sudah lama tinggal di Balikpapan. Dia sangat hapal betul jalanan di sini sehingga selalu menjadi rujukan tim #DatsunRisersExpedition.

Laksamana Cheng Ho pernah ke Balikpapan? Itu pertanyaan saya saat mendengar informasi Pak Sannang tentang Mesjid Cheng Ho saat kami lewat Desa Batuah, Kec. Loa Janan, Kab Kuatai Kartanegara. Setidaknya menurut Pak Sannang begitu. Mesjidnya seperti yang pernah saya kunjungi di Pandaan. Didominasi warna merah dan kuning keemasan.

[caption caption="Awas ada babon hijau..."]

[/caption]Sambil mendengar cerita Pak Sannang dan banyaknya buah naga di jalur Balikpapan – Samarinda, saya tak kuat menahan goyangan dan kantuk. Tak cukup lama tertidur karena mobil berguncang-guncang cukup keras saat melewati jalanan berlubang. Saya bangun beberapa saat menjelang masuk kota Samarinda dan ada semangat menggebu ingin menyaksikan sungai Mahakam.

Ah sayang, Mahakam mesti dilewati saja. Kami harus segera ke Sempaja (Diler Datsun di Samarinda), tempat perjalanan kami menjelajah Kalimantan dimulai secara resmi. Setelah briefing, tiap grup riserpun diberangkatkan. DATSUN RISERS EXPEDITION…. GOOOO. Mobil kami meluncur. Kali ini Shendy Adam mengemudi.

Perjalanan menuju Sangatta ternyata lebih sulit ketimbang etape awal. Banyak jalan berlubang yang menyulitkan pengemudi. Beruntung selain Bang Shendy Adam yang lihai mengendalikan mobil, Datsun juga lincah merespon gas dan rem. Perjalanan menjadi menarik karena dihiasi lembayung sore keemasan  hingga sampailah kami di Sangatta.

[caption caption="Libas brooo.."]

[/caption]Hari 2 : Jalan Panjang Menuju Berau

Hari ini saya yang pegang kemudi. Perjalanan pertama menuju Kampung suku Dayak di Miau. Saya betul-betul merasakan geliat performa Datsun yang ciamik menaklukan jalan yang 30 % betul-betul hancur. Di jalanan seperti ini manuver-manuver lincah sangat diperlukan. Saat dikendalikan Datsun mampu diajak bekerja sama melibas tanjakan, turunan dan apalagi di jalan datar. Di salah satu trek lurus, Datsun dipacu hingga lebih dari 100 km/jam dan tetap stabil.

Hutan menghijau dengan pohon yang tinggi menjadi keindahan yang menghibur saya. Saya takjub kala melihat sebuah pohon dengan batang yang besar ada di jajaran hutan belantara. Dia berdiri lurus menjulang langit seakan hendak meraih mentari. Saat kaca mobil dibuka, udara khas gunung memasuki kabin. Udara itu mampu mengusir keletihan mengendarai mobil. Suara burung dan hewan-hewan hutan sering terdengar menyapa telinga. Lebih merdu daripada suara musik yang sering didengar di tape recorder manapun.

Di sisi lain Bekas-bekas tambang yang dibiarkan begitu saja, pohon-pohon besar yang saya kagumi, teronggok tak berdaya di lahan-lahan itu. Kegagahannya saat menjulang langit sirna begitu saja. Kalimantan menjadi coreng moreng serta meninggalkan luka di batin saya.

Pelajaran penting hari ini adalah pertemuan dengan suku Dayak Miau. Saat bertamu ke suku Dayak Miau, kami diterima di sebuah ruang pertemuan yang dibuat dari kayu. Bangunan itu sangat megah dan indah. Terbuat dari kayu besar dan dihiasi dengan ukiran serta gambar berwana ceria. Sepertinya orang-orang ini hidup berbahagia dengan alam yang mereka tempati. Di sini saya menemukan keceriaan, optimisme dan harmomi.

Di sini tim Datsun memberikan sumbangan kepada SDN 01 Miau dan para riser berinteraksi dengan anak-anak SD itu. Berbincang, mengajak bermimpi dan berkreasi. Secara kasat mata kami memberikan sesuatu pada mereka, namun saya merasakan bahwa yang saya dapat dari mereka jauh lebih besar lagi.

Selepas dari Kampung Dayak Miau Baru, perjalanan dilanjutkan kembali dengan tujuan akhir Tanjung Redeb, Berau. Kondisi jalan masih seperti biasa. Namun sensasi melewati hutan saat menjelang malam adalah kenangan tersendiri.

Setelah enam jam lebih berkendara, akhirnya kami sampai di Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau. Kota kecil yang ramai ini menjadi persinggahan para turis yang akan ke Derawan atau para pekerja tambang batu bara. Besok kita tidak akan berbicara tentang jalan… karena perjalanan berganti menjadi perjalanan laut.

 

Catatan selama perjalana dapat dilihat juga di link berikut :

1. Datsun Risers Expedition, Lebih Dari yang Dibayangkan

2. Jalan Panjang menuju Miau

3. Dalam berbagi ada kehidupan

4. Bertemu Penyu di Derawan

5. Safety Driving Saat Konvoy

6. Menjaga Kakaban Kita

 

Video Teaser dapat dilihat di link ini

Menyaksikan sunrise Derawan

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun