[caption caption="gerbang memasuki alam Kakaban"][/caption]Hari ini saya dibuat tercengang lagi dengan salah satu keindahan yang dimiliki Indonesia. Setelah kemarin Derawan berhasil menawan saya dengan penyunya, hari ini Kakaban membuat saya takjub dengan ubur-ubur dan keindahan alamnya. Indonesia memang dangerously beautiful euy. Saya berpikir Kakaban harus menjadi inspirasi.
Nah ini sejalan dengan tujuan Datsun Risers Expedition. Yang menyebutkan bahwa ekspedisi para riser ini adalah perjalanan yang bisa memberi inspirasi. Bagi saya inspirasi yang ingin ditularkan Datsun selama perjalanan saya adalah jaga dan cintai Indonesia.
Begitulah, perjalanan ini tentu bukan perjalanan mudah. Kami melakukannya dengan perjuangan setulus hati menyusuri Kalimantan hingga menembus Berau dan Derawan. Dari Derawan kami lanjutkan menuju Kakaban.
Kakaban cantik dan unik luar biasa. Danau asin di tengah pulau itu menyimpan keunikan yang hanya ada dua di dunia. Keunikan itu adalah adanya ubur-ubur tanpa sengat. Menurut yang saya baca di internet, Kakaban dulunya adalah lautan. Pada masa penyurutan, ada ubur-ubur yang terjebak di danau tengah pulau. Mereka kemudian kehilangan kemampuan penyengat mereka.
Menurut papan informasi ada empat jenis ubur-ubur tak menyengat di Danau Kakaban: ubur-ubur bulan (Aurelia aurita) (5-50 cm), ubur ubur totol (Mastigias papua) (1-20 cm), ubur-ubur kotak seukuran ujung jari telunjuk, Tripedalia cystophora (7-10 mm), dan ubur-ubur terbalik Cassiopea ornata (15-20 cm). Disebutkan pula bahwa jenis Martigias papua adalah yang paling banyak populasinya dan paling lincah bergerak kesana-kemari, sementara Cassiopeia adalah yang paling unik sebab ubur-ubur ini biasanya diam di dasar danau dalam posisi terbalik; tentakelnya ada di posisi atas.
[caption caption="sampah di beberapa titik. Jelas merusak lingkungan"]
Waktu sejam yang disediakan panitia betul-betul tak cukup untuk bercengkerama dengan ubur-ubur ini. Perasaan saya baru nyebur tiba-tiba saja sudah ada panggilan untuk pulang. Di sini waktu sepertinya berjalan cepat sekali.
Sayangnya beberapa pengunjung membuang sampah sembarangan. Sampah bekas botol minuman dapat dijumpai di beberapa titik. Sampah memang yang merusak keindahan. Mungkin pengelola bisa belajar kepada pengelola Pantai Tiga Warna di Malang. Pantai itu menerapkan aturan yang ketat. Jumlah pengunjung dibatasi tiap harinya hanya 100 orang.
Menurut saya upaya seperti ini sangat diperlukan untuk menjaga keasrian dan keunikan Kakaban. Jangan sampai anak cucu kita hanya dapat membaca saja tanpa bisa membuktikan keindahan dan keunikan yang dimiliki ioleh Indonesia.
Nah teman-teman, kita jaga Indonesia kita yuk. Kita jaga Kakaban kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H