Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

(Berlatih) Mengikat Makna

27 Juni 2015   09:07 Diperbarui: 27 Juni 2015   09:07 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://2zuuiw.dm2303.livefilestore.com/y2pNFPohlGwdws11wp1rLAk5MlhMQ0GxKHioHd6Lfm-lLWF8etdFUU7QqEBv4CKtah6uxOx5uDK0Jaso_cKZswEzoqN5E4via0DYxDAQ9ylX6lPpoButKmVr6uDdK3JA8X8IivFpWzLAQs0HT8RxJeV3UCcf7HBV6kEfiACocB5M24/IMG_2933.jpg

Sejak SD, mengarang bukanlah hal yang mudah buat saya. Saya hanya bisa menulis paling banter 2-3 paragraf setelah itu mentok. Kebuntuan menulis itu terus membuntuti hingga SMP dan Bahkan SMA. Di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, walaupun saya ikut menjadi team redaksi majalah SINAR, namun kemampuan menulis saya tetap mandeg di paragraf 2-3.

 

Saya berkesempatan menjadi team redaktur majalah itu, dan kembali saya mencoba menulis untuk majalah SINAR. Beberapa dimuat di majalah untuk kalangan sendiri itu. Entah karena tulisan saya cukup layak muat atau karena saya juga team redaksi. Pernah juga saya mencoba menulis dan mengirimkannya ke level yang lebih tinggi. Saat itu majalah KUNTUM adalah ajang untuk menulis lanjutan bagi teman-teman setelah tembus di Majalah Sinar. Di KUNTUM, berbagai cerpen dan opini tak pernah dimuat. Hanya satu puisi saja yang pernah dimuat.

Satu hal yang sama dari tulisan-tulisan saya adalah semuanya dibuat dengan susah payah. Mungkin tulisan yang lancar ditulis adalah ketika mengisi catatan harian dan surat meminta uang bulananan ke Mamahku.

Masa taun 91 hingga 2000 saya vakum menulis. Hanya beberapa terjemah artikel saja yang saya hasilkan. Beruntunglah, tahun 2000 saya dipertemukan dengan Mas Hernowo.

Saat itu di Bogor. Setelah saya mengisi pelatihan tajhiz janazah (tata cara pengurusan mayat), giliran selanjutnya adalah Mas Hernowo dengan materi Quantum Writing. Saya mengikuti sesi itu dan mendapatkan sesuatu yang dapat mendobrak kebuntuan 2-3 paragraf itu.

Salah satu skill dari Quantum Writing yang sangat menolong saya adalah mind maping. Mind maping yang merupakan karya kreatif Tony Buzan juga telah membantu puluhan juta manusia kebutuhan mencatat, membuat outline buku, dan gambaran presentasi.

Mind mapping atau peta pikiran adalah suatu tekhnik pembuatan catatan-catatan dengan hanya menuliskan poin-poin penting dalam selembar kertas. Peta itu dapat dipercantik dengan berbagi ilustrasi atau gambar yang menguatkan pesan sehingga dengan melihatnya saya sudah dapat membayangkan sebagian besar alurnya.

Tidak hanya dalam menulis,dalam ceraman dan pidatopun metode ini saya gunakan. Saya tinggal membuat perencanaan, mengaitkan ide, membuat struktur dan alurnya, dan membuat penyelesaian masalah.

Keuntungan yang saya rasakan dari mind maping kira-kira seperti ini:

  • Saya dapat merencanakan ke mana rute mana tulisan atau ceramah akan dibawa, dan memberikan gambaran apa yang perlu dipersiapkan dan kemana tempat yang prioritas akan dikunjungi.
  • Saya mendapatkan ruang yang sangat luas untuk mengeksplorasi tulisan sehingga tidak mentok di paragraf 2-3 karena mind maping membantu saya mendapatkan gambaran permasalahan secara menyeluruh dan dapati diperluas sesuai dengan keinginan kita.
  • Mind maping membantu saya mengumpulkan sejumlah besar data pada suatu tempat, karena hanya berisi poin-poin penting masalahnya.

Kemarin (23-06-15) saya ikut lagi majlis Mas Hernowo. Dalam sesi #NgajiBuku di Yayasan Muthahari Bandung, Mas Hernowo kembali membuka pintu tentang #MengikatMakna.

Menurut Mas Hernowo, dalam konteks mengikat makna, membaca buku tidak perlu banyak banyak. Kita hanya perlu membaca buku secara perlahan-lahan, satu atau dua paragraf dan kemudian anda harus mengunyahnya untuk mendapatkan sarinya. Hasil kunyahan kita atas beberapa paragraf itu kemudian harus dituliskan.

Cara kedua, saat kita membaca buku, berhentilah pada kalimat yang sangat menarik dan mengikat kita. Tuliskan kalimat itu disertai dengan komentar, argumen dan alasan ketertarikan kita pada kalimat-kalimat itu.

Jika hal ini dilakukan secara serius dan kontinyu, tidak hanya kemampuan membaca kita jadi meningkat dan menyenangkan tapi juga kemampuan menulis dan mengikat makna kita akan meningkat dengan baik.

Sepertinya hal ini harus saya lakukan untuk mengikat makna agar tidak hilang ditelan zaman.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

5 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun