Jika Brouwer, seorang penulis Belanda pernah mengatakan bahwa Tuhan menciptakan alam Parahyangan tatkala dia tersenyum, maka senyum terindahnya bisa disaksikan di kampung halamanku, Ciburial. Ciburial terletak di daerah perbukitan Bandung Utara yang membuatnya seperti seorang gadis molek yang mengundang decak kekaguman dan kerinduan. Â
Desa yang terletak di ketinggian antara 750-1200 mdpl, sejatinya banyak keelokan dan kisah tersimpan di desa ini. Karena keelokan dan kekayaannya itulah maka desa ini kemudian dinobatkan menjadi salah satu desa wisata di Jawa barat pada tahun 2103. Â
Anda mau mengunjungi apa dulu? Jika menyenangi sapaan angin yang sejuk dan musik alami hutan, Taman Hutan Raya Djuanda bisa menjadi tempat yang dikunjungi. Selain mendapat kesegaran alam jika cukup waktu kita bisa mendapatkan perenungan tentang alam sekitar kita. di hutan lindung ini kita bisa menjelajahi kekayaan alam nusantara seperti pohon pelangi, mahoni dan pohon lainnya dari berbagi penjuru dunia. Â
Â
Sambil menikmati pepohonan bisa juga kita menuju beberapa situs sejarah peninggalan masa lalu, seperti Gua Belanda dan Gua Jepang. dua gua yang dulunya merupakan saluran air irigasi dan gudang persenjataan para penjajah sekarang menjadi tempat kunjungan wajib kalau ke Tahura Djuanda.
Ada juga lho yang masih jadi pertanyaan besar. Situs raja Thailand yang terletak di Curug (air terjun) Dago. Apa sebetulnya yang menarik hati dua raja Thailand sehingga pada tahun 1902 harus memaksakan diri datang ke Curug Dago dan bertapa di sana? hingga kini misteri itu belum terjawab. Hanya ada dua prasasti di Curug Dago yang menjadi saksi bisu kedatangan mereka ke tempat itu. Â
Bagi peneliti bumi, keberadaan lava kering yang disebut lava dayang sumbi menjadi sebuah misteri tersendiri. Bagaimana bisa lava model seperti itu bisa muncul di datarang tinggi Bandung Utara? Lava pahoehoe yang biasanya muncul di Hawai, meninggalkan pertanyaan mengada-ada, adakah dulu, jutaan tahun lalu, Bandung ini bagian dari Hawai? Nah itu menariknya. Â
Â
Â
Di Tamah Hutan Djuanda seluas hampir 560 ha ini juga ditemukan berbagai peninggalan pra sejarah lho. Tempat ini yang jutaan tahun lalu merupakan pesisir pantai dari danau Bandung purba merupakan tempat yang ideal bagi manusia prasejarah untuk bertahan hidup. Â
Berjalan agak ke hulu, akan kita temui beberapa air terjun, mulai Curug Lalai hingga Curug Omas. Ketika saya kecil, berenang di aliran sungai Cikapundung itu sangat sesuatu banget lho. Airnya jernih sehingga batuan di dasar sungai bisa terlihat. Â
Sayang sekali sekarang ini, karena kegiatan manusia di hulu membuat sungai yang cantik ini menjadi kurang menarik. Tapi beberpa komunitas masih sering menggunakan aliran sungai yang membelah kota Bandung ini sebagai ajang kukuyaan (tubing).Â
 Â
Â
Di atas Maribaya dan hulu sungai Cikapundung terdapat tempat eksotik yang sangat terkenal yaitu Tebing Karaton. Sebuah tonjolan bebatuan, dengan hamparan hijau Taman Hutan Raya Djuanda, seakan menjadi karpet hijaunya menjadikannya sangat sensasional. Di hadapannya berdiri kokoh gunung Tangkuban Parahu yang legendaris. Jika datang saat matahari terbit atau tenggelam, kecantikannya seperti putri dari kahyangan turun dari tangga keraton. Indah. Â
Berbicara Komunitas, di desa kami juga ada komunitas Hong. Sebuah komunitas yang berkomitmen untuk selalu menjaga cara hidup dan permainan tradisional Sunda. Letaknya cukup dekat dengan Taman Hutan Raya Djuanda sehingga bisa disinggahi untuk bernostalgia dengan mainan jadul seperti sorodot gaplok, sondah, congklak dan sebagainya.
Bagi yang suka bersepeda ria dan motor trail, nama Warung Bandrek dan tanjakan putus asa akan sangat akrab didengar. Disebut tanjakan putus asa karena sangat curam dan panjang. tak banyak para pegowes bisa menaklukannya. Setelah menikmati minuman segar bandrek dan bajigur, pegowes bisa downhill hingga ke Curug Omas. Seru! Â Â
Â
Â
Atau, mau diteruskan hingga ke Batu Loceng, tempat totonden (batu penanda) bagi masyarakat sunda akan datangnya gempa besar? Siapkan stamina saja. Â
Puas menikmati keunikan alam Ciburial, Anda menjadi pemburu kuliner. Di desa kami ini terdapat banyak sekali tempat makanan yang bisa menjadi pemuas hasrat perut. Mulai dari yang bintang lima hingga yang bintang ribuan alias di bawah langit.
Kampung halamanku yang Ciburial ini juga punya produk khas. Ada madu Babussalam yang diproduksi oleh santri-santri Pesantren Babusallam dan diakui kualitasnya. Di Rumah Madu, kita bisa memanen madu langsung dari sarangnya. jadi tak perlu khawatir akan keasliannya.  Tahu Ciburial juga sangat enak lho. Beberapa restoran besar mengambil tahu dari Ciburial. Saudara-saudara saya di Jakarta sering minta oleh-oleh tahu Ciburial bila saya main ke Jakarta. Selain itu peuyeumnya juga terkenal. Peuyeum Cimenyan yang terbuat dari ubi kayu sangat terkenal di seantero Bandung. Pedagang-pedagang peuyeum sengaja membelinya dari para produsen peuyeum di Ciburial. Â
Â
Pernah dengar tahun 1980 ada seniman diculik UFO? Seniman itu namanya Sudjana Kerton. Rumahnya juga dekat dengan seniman Dedi. Dari Pak Dedi Suardi, Saya mendapat info dan cerita-cerita bahwa Ciburial itu merupakan tempat persinggahan para Alien. Saya sendiri belum pernah ketemu namun di rumahnya Pak Dedi beberapa kali saya ikut mengamati alam semesta lewat teropong yang dimilikinya. Pak Dedi juga sangat terbuka bagi yang ingin ngobrol-ngobrol saja. Â Inilah Ciburial, kampung halamanku yang punya banyak cerita.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H