Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Komitmen Besar #DibalikSecangkirKopi Nescafe

10 Juni 2015   20:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“ Cinta yang sudah dipilih sebaiknya diikuti di setiap langkah kaki, merekatkan jemari, dan berjalanlah kalian bergandengan... karena cinta adalah mengalami ”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

Aku berangkat pada pagi buta, mengalahkan mentari yang saat itu tengah bersiap memamerkan keindahannya. Dinginnya Bandung di pagi yang pekat ini membuat pikiranku melesat pada nikmatnya kopi yang hitam pekat. Dalam perjalanan, sesekali aku menangkap lagi aroma-aroma yang terperangkap sel-sel otakku.

Aroma itu menyeret pikiranku pada tulisanku tentang sentra kopi di bumi andalas yang menjadi sebab keberangkatanku ke Lampung. Ada 9 orang lagi sedang menuju satu titik di tempat pertemuan. Kopi hitam pekat merekatkan perjalanan kami.

Aku datang pagi sekali di gedung Perkantoran Hijau Arkadia Tower, gedung itu sebetulnya coklat seperti kopi bertarung dengan creamer. Kata hijau menegaskan komitmen menjaga lingkungan agar tetap hijau. Di ruang angin angin baru ada beberapa satpam berkumpul melakukan apel pagi. Sebetulnya saya berharap saat itu sudah ada kopi nikmat nescafe. Terlalu pagi sapa bunga kertas di pojok sebelah sana.

Satu persatu penikmat kopi datang. Pak Mawan Sidarta yang sudah saya kenal cukup lama tapi baru bertemu kali itu adalah yang datang setelah saya. Setelahnya satu persatu datang dan kopi nikmat Nescafe pun dihidangkan.

Pak Rizkie dari Nestle mengantarkan kami dengan beberapa baris harapan. Yang utama tentu saja agar selamat di jalan dan agar kami mendapat pengalaman menyenangkan. Bis kecil kami berjalan meninggalkan ibu kota, Merak tujuan kami.

Setelah menaiki fery dan berlabuh di Bakauheni perjalanan berlanjut menuju Bandar Lampung. Jam 7 malam kami sampai di hotel tempat kami menginap. Malam itu inginnya jalan-jalan di kota ini, namun keletihan dan kasur empuk memaksa untuk membekap selimut. Lagian besok kami harus menjelajahi dunia kopi di pulau Andalas ini.

Hari pertama, perkebunan kopi menjadi sasaran ekplorasi. Tak hanya melihat secara langsung para petani kopi namun juga upaya Nescafe mengedukasi para petani itu agar menghasilkan produk kopi yang baik. Kunjugan juga melihat beberapa Koperasi Usaha Bersama di Talang Padang Tanggamus. Hari kedua dimanfaatkan untuk melihat proses pengolahan kopi dari biji kopi pilihan hingga menjadi kopi bubuk yang siap dihidangkan dan dinikmati.

Selama dua hari menjelajah dunia kopi Nescafe, Saya menemukan komitmen-komitmen besar untuk terlahirnya kopi nikmat Nescafe. Di balik kenikmatan secangkir kopi, ada perjuangan dan usaha yang besar.

Komitmen memberdayakan petani

Dalam sesi presentasi di pabrik Nescafe Panjang, Lampung, Budi Utomo selaku Factory Manager mengatakan, “ada dua hal yang dipakai agar mendapatkan produk yang baik. Pertama, bahan bakunya harus baik dan kedua, prosesnya harus bagus pula.“

Tentu saja biji kopi yang baik dihasilkan dari pohon kopi yang baik pula. Maka tak heran ketika Nestle mengajak kami ke kebun percontohan kopi yang dibina oleh Nestle di Pekon Negeri Agung, Talang Aggung. Inilah Coffe Academynya Nescafe yang berfungsi sebagai sekolah lapangan bagi petani. Kebun tanaman unggul, pelatihan pembibitan dan penyediaan entréss yang berkualitas.

Kebun Percontohan ini merupakan bagian dari Program Creating Share Value (CSV) Nescafe yang dikenal dengan program Nescafe Plan. Kebun seluas 4 ha ini diawasi oleh ahli-ahli belia yang disebut agronomis yang muda dan energik. Kami didampingi oleh Rizky, Yudi, Linda dan Tika. Dengan ramah dan sabar, para agronom ini melayani pertanyaan para penikmat kopi, dari pertanyaan serius hingga main-main.

Penjelasan sedikit tentang CSV. CSV Adalah singkata dariCreating Share Value (CSV) yang memiliki makna menciptakan manfaat bersama. Embiro CSV sebenarnya adalah kultur dan nilai yang dijalankan di Pabrik Nestle. Kultur ini kemudian dikristalisasi dan dirumuskan.Hasilnya adalah pengetahuan mendalam mengenai bagaimana Nestlé menggunakan seluruh value chain-nya untuk memperoleh manfaat bagi perusahaan serta pemangku kepentingannya. Value chain Nestlé, secara sederhana dapat diringkas menjadi tiga komponen besar:Agriculture and sourcing; Manufacturing and distribution, serta Product and consumers. Secara konsisten Nestlé selalu memikirkan bagaimana komponen itu bisa menyumbang perwujudan CSV, yaitu melalui dampak rantai usaha (value chain impacts), konteks pertumbuhan (context for growth), manfaat untuk Nestlé (value for Nestlé) dan manfaat untuk masyarakat (value for society).

Nah kembali ke leptop, Menurut Rizky, permasalahan utama petani kopi di Lampung saat ini adalah penurunan kuantitas dan kualitas kopi yang disebabkan banyaknya tanaman kopi yang sudah tua. Untuk itulah salah satu program dari Nescafe Plan ini adalah peremajaan tanaman kopi dengan membagikan 18.000.000 bibit kopi secara gratis. Bibit ini dibagikan kepada 12000 petani binaan atau yang bukan.

Awalnya banyak penolakan peremajaan tanaman kopi ini. Pasalnya pada masa awal peremajaan kopi para petani harus kehilangan penghasilan selama kurang lebih 3 tahun. Ferry Alphinson contohnya, selama ini dia bertahan dengan tanaman kopinya yang sudah tua. Namun ketika melihat petani lainnya yang telah lebih dulu melakukan peremajaan ferry yang memiliki lahan 0,5 ha ini tergerak untuk meremajakan tanaman kopinya, terlebih setelah melihat profil tanaman kopi yang ditanam di Edu Farm milik Nescafe.

Para petani diberikan pengetahuan dan akses luas pada dunia kopi. Bahkan urusan harga yang sebetulnya bisa disiasati agar jadi lahan keuntungan Nescafe tidak dilakukan. Petani betul-betul mengetahui harga pasar kopi baik lokal ataupun internasional. Setiap pekan paling tidak ada update harga pasar. Nescafe memberi kebebasan menjual dan tidak ada pemaksaan. Jika ada harga lebih tinggi daripada yang ditawarkan Nescafe mereka bisa menjualnya kepada yang lain.

Menurut Lucy selaku penanggung jawab Human Resource Nescafe, perusahaan tidak ingin petani dibodohi terus, pengetahuan tentang kopi tidak dapat diakses dan monopoli harga. Masih menurut Ibu lucy, Nescafe tidak membuat perkebunan sendiri. Satu hal yang sebetulnya mudah dilakukan oleh perusahaan sekelas Nescafe. Perusahaan tidak ingin keuntungan industri kopi ini dinikmati oleh perusahaan saja sementara petani tidak dapat apa-apa.

Dari komitmen seperti ini, Nescafe sudah mendapatkan benefitnya yaitu loyalitas para petani binaan yang tergabung dalam KUB (Koperasi Usaha bersama). Suhartono selaku pimpinan KUB Bintang Jaya dan Ferry pemilik lahan kopi mengatakan hal yang sama saat ditanya harapannya untuk Nescafe. “jangan biarkan kami sendiri” kata mereka kompak padahal lokasi mereka tidak sama.

Dalam kaitannya dengan CSV Nescafe, selain berkomitmen membekali petani dengan pengetahuan budi daya kopi, Nescafe juga membiayai penelitian-penelitian dalam pengembangan tanaman kopi. Hasilnya diberikan kepada pemerintah Indonesia untuk kemudian diterapkan pada para petani kopi.

Selain memiliki Edu Farm sendiri, Nescafe menjalin kerja sama dengan para petani kopi yang tergabung dengan KUB. Kerjasama ini biasanya dalam bidang pembibitan kopi dan training. Mirip dengan Edu Farm, petani akan dilatih mengelola tanaman kopi dari pembibitan hingga pasca panen. Para petani yang sudah lulus sekolah lapangan akan mendapatkan sertifikat.

Sayangnya saat itu bukan waktu panen kopi sehingga kami hanya melihat proses pemilahan biji kopi. Beruntung Pak Tono selaku ketua KUB Bintang Jaya menyediakan kopi gilingan sendiri. Suguhan kopi serta keramahan Pak Tono membuat kami lupa akan waktu. Jika tidak diingatkan oleh alarm dari perut kami maka pembicaraan akan terus menggilas waktu.

Komitmen menghadirkan produk berkualitas

Sebelum diedukasi, biasanya petani akan memanen kopi walaupun belum matang. Dari sini petani mendapat uang lebih cepat. Namun sebetulnya mengalami kerugian. Karena yang terbuang dari kopi muda lebih banyak ketimbang yang sudah matang. Belum lagi masalah rasa. Kopi yang dipanen saat muda punya tingkat keasaman tinggi dan rasa yang tak enak. Hal ini menjadi salah satu biji kopi ditolak pabrik.

Nescafe memiliki standar tinggi yang harus dipatuhi KUB. Kopi yang diolah di pabrik pasti sudah melewati berbagai macam saringan yang ketat. Nescafe hanya akan menerima biji kopi dari petani dengan kadar air maksimal 12% dan nilai cacat kopi (defect)/300 gram sampel kopi tidak melebihi 80. Selain itu untuk menjaga mutu dan rasa yang konsisten kopi harus melewati tahap coffee tasting.

Pada tahap ini kopi sudah diuji oleh orang-orang yang sudah terlatih lidah dan hidungnya untuk memberikan penilaian pada kualitas kopi. Jika biji kopi berhasil lewat tes ini maka dia akan diterima. Jika tidak, kopi harus ditolak dan dikembalikan. Menurut Pak Budi Utomo, tren reject kopi di tahap ini mengalami penurunan seiring dengan sosialisai, pelatihan dan pendidikan para petani.

Ternyata pengetesan rasa dan aroma kopi dilakukan hampir di tiap tahap. Untuk bisa merasakan “sesuatu yang lain” dari kopi, seorang cup tester harus memiliki indera perasa yang baik. Rasa tanah, rasa obat pestisida atau rasa minyak tanah harus mampu dibedakannya. Dari pengetesan ini, seorang tester bisa mengetahui perlakuan petani terhadap biji kopinya. Luar biasa.

Saya beruntung bisa duduk di kursi icip-icip kopi yang datang dari petani sebelum diterima oleh pabrik. Unik juga cara menguji kopi itu. Ada beberapa mangkok berisi kopi dari berbagai petani. Setiap tester akan mengambil satu sendok dan kemudian menyeruputnya dengan cara khas. Sruuut. Karena indera perasa pahit ada di belakang lidah maka kopi harus diseruput dengan cepat. Setelah itu biasanya mereka agak termenung, mungkin mencoba menangkap rasa asing dalam kopi. Jika ada rasa yang asing, dituliskan dalam laporan, mangkok ke berapa dan rasa apa yang asing. Pada sesi itu saya gagal mengidentifikasi rasa-rasa itu. Yang saya kenal semuanya rasa kopi.

Proses icip-icip ini juga dilakukan pada produk yang sudah jadi. Jika di proses awal yang dicoba adalah kopi pahit yang berasal dari biji, pada proses ini yang dicoba adalah kopi yang sudah jadi dengan berbagai rasa. Hal ini dilakukan untuk menguji konsistensi rasa dari berbagai Kopi Nescafe. Jika ditemukan inkonsitensi dalam produk akhir ini, maka mau tak mau kopi tidak boleh launching.

Setelah melewati fase icip-icip dan standar persyaratan biji kopi berkualitas tinggi, barulah biji kopi mulai diolah menjadi produk Nescafe. Proses pengolahan kopi Nescafe ini sudah sangat modern dan serba otomatis. Semua diawasi di Control Room. “Dalam sehari, Nescafe bisa menggoreng 30-40 ton kopi” Kata Suyanto, penanggung Jawab control room.

Pengolahan kopi Nescafe memang beda dengan pabrik lainnya apalagi dengan kopi bubuk. Menurut Ekfan, Nescafe melewat hampir sembilan fase pengolahan sementara kopi bubuk hanya melewati dua tahap saja, yaitu penyangraian dan penggilingan.

Masih berdasar penjelasan Ekfan, Dalam proses pengolahan, saat disangrai dan digiling kopi sangat rentan kehilangan aromanya. Tentu saja hal ini sangat disayangkan mengingat kopi robusta Lampung memiliki aroma yang khas. Nescafe menggunakan sebuah teknologi mutakhir yang bernama ERA (Enchanced Recovery Aroma) untuk menangkap aroma kopi yang menguap ketika proses penggilingan dan disuntikkan kembali pada saat proses akhir sebelum dikemas sehingga aroma tetap terjaga dengan baik. “teknologi ini hanya Nescafe yang punya” Pungkas Ekfan.

Setelah melihat alur pembuat kopi, kami diajak ke atap Egron. Di atap itulah kami melihat seluruh areal pabrik seluas 8.5 ha itu. Pemandangan yang paling indah adalah pemandangan ke arah lautnya. Warna biru melatari uap yang keluar dari cerobong pabrik.

Komitmen menjaga bumi

Bisnis Nestle tentu saja bergantung pada sumber-sumber alam yang jumlahnya semakin terbatas. Oleh karenanya Nestle mengembangkan pabrik dan progrgam CSV yang ramah lingkungan dalam proses produksinya.

Beberapa hal yang ditunjukan kepada kami adalah penggunaan bahan bakar gas yang dikombinasikan dengan cangkang kelapa sawit danampas kopi. Menurut Budi Utomo, kombinasi gas, cangkang kelapa sawit dan ampas kopi itu menurukan kadar gas emisi yang dihasilkan pabrik.

Limbah ampas kopi juga digunakan sebagai media tanam dan pupuk. Di Bagian belakang pabrik Nescafe ada sebuah lahan hijau yang digunakan sebagai lahan berkebun. Kata Lucy, setiap hari kamis hasil dari kebun ini dipanen dan dimasak di kantin pegawai. Para pegawai juga diijinkan untuk membawa hasil panen kebun itu ke rumah masing masing. Dari kebun ini kami memetik beberapa terong ungu yang sudah siap panen dan membawanya ke kantin.

Pengolahan limbah juga mendapat perhatian sangat penting. Air limbah diolah dahulu sebelum dipergunakan untuk berbagai hal. Air hasil pengolahan limbah ini dipakai untuk mengairi kebun dan sawah di sekitar pabrik. Hal ini juga sebagai salah satu perwujudan program keberlanjutan air.

Menurut Ekfan “Air dalam proses produksi dibutuhkan terutama untuk menghasilkan uap, menara pendingin dan juga sebagai pembersih. Nescafe berupaya terus mengurangi pemakaian air tanah dan memanfaatkan kembali air yang telah digunakan melalui sistem sirkulasi. Hasilnya, Penggunaan air untuk per ton produksi mengalami penurunan secara signifikan”

Program lain yang juga merupakan lingkup CSV Nescafe adalah Konservasi air, yang bertujuan untuk memastikan keberlanjutan air. Ada juga program gizi dan pembangunan masyarakat pedesaan.

Usaha dan komitmen Nescafe mewujudkan pabrik yang ramah lingkungan menghasilkan penghargaan dari Kementrian Perindustrian sebagai Industri Hijau pada level tertinggi yaitu level 5. Level 5 diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang mampu memaksimalkan pemanfaatan sumber daya bahan baku, air dan energi secara efektif, efisien dan berkelanjutan serta menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan dalam proses produksinya. Pada saat bersamaan menciptakan manfaat bagi masyarakat sekitarnya.

Itulah komitmen-komitmen besar yang ada di balik kenikmatan secangkir kopi Nescafe. Jika bagi Dee, cinta adalah mengalami, bagi Nescafe, cinta adalah komitmen menghasilkan produk terbaik.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun