Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kompas Berkelanjutan Anilawati Nurwakhidin

19 Mei 2015   19:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:49 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_167873" align="aligncenter" width="498" caption="Anil dalam acara Blogshop Kompasiana bersama Kompasianer lain (dok : Maria H)"][/caption]

Baru saja, saya duduk di Kantor Walhi malam itu, Teh Anil, begitulah dia biasa saya panggil, juga sudah datang. Tepat jam 8.30. Setelah duduk di Teh anil menyapa dan kemudian berbicara tentang kegiatannya menulis di Blog http://berbagiceritaceritaseru.blogspot.com. Saat saya tanya tentang kurang updatenya menulis di Kompasiana, The Anil Menjawab, “Ndak apa-apa sih. Sejak awal kami memang ingin membentuk komunitas yang sudah kenal satu sama lain. Dan saya perlu motivasi untuk menulis sehingga membentuk grup #1minggu1cerita. Seandainya tak membentuk komunitas menulis ini, maka tak ada satupun tulisan yang dihasilkan. Mungkin itu juga makna selemah-lemahnya iman”.

Setelah itu, Teh Anil balik bertanya, “Mengapa saya yang dipilih ?”

Untuk menjawabnya, saya mesti bercerita sedikit tentang saya.Ketika saya diangkat menjadi kepala sekolah, saya mencari kegiatan yang bagus untuk siswa di Pesantren Babussalam. Saat itu saya menjatuhkan pilihan pada bidang lingkungan. Kegiatan-kegiatan mengikuti pelatihan, mengantar saya bertemu dengan Teh Anil dalam pelatihan Zerowaste yang dilakukan oleh YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi).

Nah pelatihan di Zerowaste itulah yang menginspirasi saya dalam mengurangi sampah (Walau belum berhasil). Saya ingin ide dan usaha yang dilakukan oleh Teh Anil bisa juga menginspirasi yang lain dalam menjaga kelestarian alam ini.

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Teh Anil dalam satu pelatihan Zerowaste (Dok YPBB)"]

[/caption]

Maka berceritalah, Anilawati Nurwakhirin wanita kelahiran tahun Bandung, 3 Juni 1982, yang mengaku dirinya sebagai manusia biasa-biasa saja ini tentang hidup organis, mengurangi sampah dan lain sebagainya yang terkait dengan lingkungan dan sekitarnya.

Hidup organik yang dikampanyekan oleh Teh Anil adalah pola hidup selaras dengan alam, untuk mencapai kualitas hidup yang tinggi dan berkelanjutan. Organis maksudnya adalah sesuatu yang diambilnya dari atas permukaan tanah. Kita mengambil sumber daya itu itu bukan dari sesuatu yang dalam seperti minyak bumi dan batu bara. ketika kita mau hidup yang organis atau selaras dengan alam kita harusnya mengikuti hukum alam.

Hidup ini tidak hanya sekarang ini saja kata Teh Anil. Dia adalah sebuah kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu pendukung hidup organik adalah dengan meninggalkan jejak ekologis serendah mungkin. Setiap apa yang dilakukan manusia, akan meninggalkan jejak-jejaknya dalam kehidupan. Mungkin selama ini kita berfikir bahwa itu hanya hal kecil atau bahkan tidak pernah terfikirkan sama sekali.

2,5 tahun pertama di dalam hidup bayi saat ini selalu menggunakan popok sekali pakai. Tentu saja dengan alasan kemudahan, dan kenyamanan. Terpikirkah berapa banyak sampah yang dihasilkan? Jika rata-rata setiap hari satu bayi menghabiskan empat buah popok. Berarti 1518 popok/bayi selama setahun. Lalu kalikan dengan jumlah bayi yang ada di dunia. Yang pasti akan jadi jumlah yang banyak sekaliii....

Pelaksanaan Blogshop Kompasiana pun pernah disentilnya. Dalam sebuah artikelnya berjudul Blogshop yang Green Mungkin Ndak Ya? , Teh Anil menuliskan hal yang mengganggu pikirannya. "Dan akhirnya saya sampai pada kesimpulan: Tidak akan ikut menulis hal yang serupa. Tapi saya akan tulis beberapa hal yang dirasa agak “mengganggu pikiran” saya selama di #BlogshopN5M." ujat Teh Anil. Diapun menutup paragrafnya dengan kalimat yang memang menjadi perhatiannya, "Seperti biasanya, tentunya tentang hal yang terkait dengan gaya hidup ramah lingkungan."

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Salah satu cara untuk hidup organis adalah menekan jejak-jejak ekologis serendah mungkin (Dokpri)"][/caption]

Pintu diketuk dan penjual nasi membawa sepiring nasi goreng. Tidak dibungkus dengan pembungkus kertas apalagi plastik. “Upaya zerowaste yang pertama adalah tidak menghasilkan sampah” Kata teh Anil dan itu menjadi jembatan pada obrolan selanjutnya.

Kita tahunya kalau sampah dibuang dari rumah kita, maka masalah selesai. Namun sebenarnya belum berakhir. Sampah plastik, sampah kaca, sampah aluminium, sampah kaleng, sampah kertas dikirim setiap orang ke TPA sekitar 64 ton (58.000 kg) sepanjang hidupnya. Ingat, jumlah ini hanya untuk satu orang, kita tinggal mengalikan dengan jumlah penduduk di muka bumi ini. Itulah jejak ekologis manusia.

Itulah kemudian yang mengantarkan Teh Anil yang biasa-biasa saja melakukan hal yang menurut saya luar biasa membuat langkah atau upaya kecil yang dilakukan bersama-sama, akan sangat membantu mengurangi efek-efek negatif di bumi ini.

[caption id="" align="aligncenter" width="579" caption="cantik itu adalah ketika kita bisa memberikan sesuatu yang bermakna dalam hidup ini (Dok. YPBB)"]

[/caption]

Saya betul-betul senang ngobrol. Maksudnya ngobrol yang kemudian memberikan makna” kata Teh Anil. Ngobrol, diskusi dan silaturahim seperti itu biasanya memantik ide dan aksi. Terkadang ngobrol seperti itu memberikan kebahagiaan sendiri ketika ada orang mengatakan sudah melakukan ini dan itu akibat ngobrol-ngobrol informal.Ternyata proses yang informal itu memperkuat apa yang ada di pelatihan.

Kebermaknaann itu pula yang kemudian menjadi benang merah wanita cantik menurut Teh Anil. Tentu saja ada ukuran cantik secara fisik kata Teh Anil, Namun menurutnya cantik itu adalah ketika kita bisa memberikan sesuatu yang bermakna dalam hidup ini.

Kegiatannya mengkampanyekan gaya hidup organik dan menekan jejak-jejak ekologis itu kemudian menghantarkannya mendapatkan Penghargaan Women's Day 2012 Jabar. Namun, Teh Anil mengatakan merasa tak pantas mendapatkan penghargaan itu.

[caption id="" align="aligncenter" width="542" caption="Berbagi cerita untuk menekan jejak ekologis (YPBB)"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun