Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Geopop, Membincangkan Geologi Secara Populer

4 Februari 2015   13:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:51 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana sarasehan Geopop di auditorium Badan Geologi Bandung (Dokpri)

[caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="belajar a la geotrek di Tangkuban Parahu (dokpri)"][/caption]

Kesukaan jalan-jalan mempertemukan saya dengan Buku Wisata Bumi Cekungan Bandung (WBCB) terbitan Truedee. Ada tarikan dahsyat saat melihatnya di toko buku. Dikemas dalam bahasa yang populer, kertas yang lux dan full color. Membacanya, geologi mendadak jadi sangat menarik.

Kemudian saya ikut dalam beberapa kegiatan geotrek.Yang pertama adalah menelusuri Ci Tarum Purba. Bersama Kang T. Bachtiar dan Pak Budi Brahmantyo (keduanya penulis buku WBCB) kami menelusuri aliran Ci Tarum yang sangat menarik. Dari mulut keduanya, saya mendapat cerita tentang bumi yang belum pernah saya tahu.

Memang, geotrek bukan jalan-jalan biasa. Menurut Pak Awang Satyana seorang geolog senior yang biasa dipanggil Pak Kepala Sekolah di Geotrek Indonesia, geotrek juga adalah proses belajar, baik di lapangan, ruang kelas, maupun media sosial. Perjalanan-perjalanan Geotrek Indonesia dikemas sedemikian rupa agar setiap peserta dapat menikmati dan memahami objek yang dikunjunginya.

Masih menurut Pak Awang, kebanyakan orang hanya berhenti menikmati keindahan alam saja yaitu merasa cukup dengan indah di mata dan senang di hati. Jarang sekali yang berusaha untuk memahami bagaimana kejadian objek yang dikunjunginya itu dan makna di baliknya. Kebetulan juga kebanyakan objek-objek wisata alam dan sejarah di Indonesia tanpa ada keterangan di tempat, sehingga pemahaman akan objek-objek tersebut tak diperoleh pengunjung. Ketiadaan minat untuk mengetahui makna dan ketiadaan keterangan dari pihak pengelola objek wisata membuat para pengunjung hanya menikmati keindahannya tanpa maknanya.

[caption id="" align="aligncenter" width="538" caption="Jangan hanya berhenti menikmati indahnya saja (dokpri)"][/caption] Dari sini, saya merasa beruntung bisa bertemu dengan para ahli bumi yang bisa membuat sebuah batu yang saya pikir bisu ternyata mempunyai sejarah panjang yang penuh lika liku. Ada kisah panjang di setiap bentang bumi, formasi batu dan fenomena bumi. Apalagi kemudian Badan Geologi rutin mengadakan acara-acara untuk mengenalkan geologi secara populer. Saya pernah ikut pelatihan penulisan geologi populer yang diawali dengan jelajah Gunung Tangkuban Parahu. Sambil menjelajahi Tangkuban Parahu peserta mendapat kuliah dari para ahli bumi yang disertakan pada saat itu. Kegiatan itu kemudian ditutup di sebuah hotel di lembang oleh pelatihan penulisan populer. Ada juga acara sarasehan geologi populer yang diadakan rutin setiap bulan di auditorium Badan Geologi Jl. Diponegoro Bandung. Sarasehan Geopop adalah pertemuan yg diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat para ahli geologi mengenai suatu masalah geologi, sekali lagi secara populer. Acara ini dibuka untuk umum alias gratis. [caption id="" align="aligncenter" width="470" caption="bukunya kereeen (Dokpri)"][/caption] Jika beruntung pengunjung akan mendapat bingkisan buku-buku keren. Saya juga sudah mendapat beberapa buku seperti, Kamus Geologi, Van Bemmelen, novel Galunggung dan yang terakhir adalah buku Keragaman Bumi Jampang dan Ciletuh, buku ekslusif berisi foto-foto dan keterangan tentang kekayaan bumi Jampang dan Ciletuh. Oh ya, selain ada sarasehan geopop, Badan Geologi juga menerbitkan sebuah majalah geologi populer dengan nama Geomagz. Buku ini diterbitkan secara terbatas namun bagi yang berminat bisa mengunggah majalan ini di situs http://geomagz.com. Kegiatan-kegiatan seperti ini, menurut saya sangat bermanfaat untuk membuat masyarakat mengenal bumi yang dipijaknya. Katanya kan "tak kenal maka tak sayang'. Tanpa mengenal bumi yang dipijaknya maka tak akan muncul kecintaan pada buminya. Semoga saja kegiatan geopop ini semakin beragam dan menyentuh masyarakat luas. [caption id="" align="aligncenter" width="406" caption="daftar dan dapatkan bukunya (dokpri)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="417" caption="suasana sarasehan Geopop di auditorium Badan Geologi Bandung (Dokpri)"]

suasana sarasehan Geopop di auditorium Badan Geologi Bandung (Dokpri)
suasana sarasehan Geopop di auditorium Badan Geologi Bandung (Dokpri)
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="326" caption="tiga buku ekslusif yang dibagikan senin itu (dokpri)"]
tiga buku ekslusif yang dibagikan senin itu (dokpri)
tiga buku ekslusif yang dibagikan senin itu (dokpri)
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun