Mohon tunggu...
Goenawan
Goenawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Insinyur mesin dari ITS Surabaya, mendalami sistem kontrol otomatis di Taiwan, pernah bekerja di beberapa perusahaan ternama sbg Engineer dan di Managemen. Sekarang menekuni pasar Modal dan pasar Uang.\r\n\r\nSemua tulisan saya asli bukan hasil mencontek, tetapi anda boleh meng-copy paste sebagian atau seluruhnya tulisan saya di kompasiana tanpa perlu izin apapaun dari saya. Lebih baik jika dicantumkan sumbernya, tetapi tanpa ditulis sumbernyapun. it's ok

Selanjutnya

Tutup

Politik

Umat Muslim Harus Berjejaring Sosial

16 Maret 2018   12:34 Diperbarui: 16 Maret 2018   12:41 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak bisa dipungkiri salah satu sisi buruk jejaring sosial adalah adanya gosip dan fitnah. Tetapi kita masih bisa membuat klarifikasi tanpa harus ikut ikutan membuat gosip dan fitnah. Hal ini karena, harus di akui bahwa fitnah dan gosip itu tidak sedikit yang menyudutkan orang moslem. Bahkan boleh dibilang Moslem justru cenderung minoritas dan pasif di media sosial. Tidak heran jika hal ini justru dimanfaatkan dan dieksploitasi dalam bentuk fitnah, gosip dan penyusupan.

Ya penyusupan itulah yang tidak kalah berbahayanya. Kita masih ingat saat masa revolusi kemerdekaan, Sarekat Dagang Islampun sampai terbelah dalam kelompok merah dan putih. Itu pelajaran berharga bagi umat Moslem.

Klarifikasi dan saling memberi informasi yang benar antar umat Moslem, tidak harus meniru menggunakan cara cara bar bar yang ditunjukkan tetangga sebelah. Harus kita sadari bahwa hoax terkadang disamarkan, seolah dibuat oleh umat Moslem, tetapi ternyata ada agenda pembusukan dari dalam.

Kita harus sadar, komunis ini bukan lembaga, bukan pula partai. Tetapi cara berpikir, bersikap dan bertindak tanpa mengindahkan norma agama, memfitnah, membully dan menghalakan segala cara. Tidak juga bisa dihapus dari sejarah bagaimana Jenderal jenderal TNI kita terbunuh saat tahun 1965. 

Itu semua fakta. Walaupun ada yang menganggap itu rekayasa. Jika itu rekayasa, kenapa TNI ngotot memutar film G30SPKI? Padahal jenderal TNI yang jadi korbannya. Belum pernah jenderal TNI terbunuh dalam jumlah begitu besar dalam satu peristiwa. Jangan pula ditutupi apa yang terjadi dengan situasi politik saat itu, dimana TNI sebagai perisai Pancasila benar benar terjepit.

Ini bukan himbauan sara, tetapi harus kita ingat bahwa informasi didunia maya sangat ini sangat tidak seimbang. Padahal kita tahu, siapakah yang banyak berdarah darah merebut kemerdekaan? Coba ingat apa yang diteriakkan para pejuang kita saat revolusi? Apa yang diteriakkan Bung Tomo di Surabaya? Allahu Akbar!!! Kenapa saat itu tidak dianggap sara?

Hal positifnya bagi Moslem berjejaring sosial. 

  1. Mengerti situasi yang sebenarnya.
  2. Tidak terbuai senyum manis yang menusuk dari belakang
  3. saling mengingatkan dan menjaga saudara

Tentu umat Moslem tetap Indonesia, justru karena itulah Indonesia merdeka. Tetapi jangan biarkan toleransi yang masif, diintimidasi dengan contoh contoh minor. Misalkan: Karena beberapa pelaku teror mengaku Moslem, Kita menjadi malu menunjukkan identitas moslemnya. 

Provokasi yang dibuat seolah beberapa gilintir orang menjadi potret 99% Moslem baik, harus dihentikan. Bandingkan dengan penembakan oleh orang kulit putih di amerika, bukan berarti semua kulit putih penembak gelap kan?

Negara ini berdiri untuk mewujudkan keadilan, sosial. Ya keadilan sosial harus memperhatikan yang kecil, karena jika tidak maka hukum rimba, yang kuat memakan yang lemah akan terjadi. Seperti yang terjadi tempo hari di Jakarta, begitu kejamnya cara menggusur rakyat kecil.

Hidup Indonesia!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun