Mohon tunggu...
Goenawan
Goenawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Insinyur mesin dari ITS Surabaya, mendalami sistem kontrol otomatis di Taiwan, pernah bekerja di beberapa perusahaan ternama sbg Engineer dan di Managemen. Sekarang menekuni pasar Modal dan pasar Uang.\r\n\r\nSemua tulisan saya asli bukan hasil mencontek, tetapi anda boleh meng-copy paste sebagian atau seluruhnya tulisan saya di kompasiana tanpa perlu izin apapaun dari saya. Lebih baik jika dicantumkan sumbernya, tetapi tanpa ditulis sumbernyapun. it's ok

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Rejim yang Tidak Ramah Dunia Usaha

7 Januari 2015   15:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:38 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, itu yang terjadi dengan jatuhnya Air Asia. Perbedaan pernyataan tentang legalitas penerbangan Air Asia Surabaya - Singapura, antara otoritas Singapura dan Indonesia sesungguhnya menunjukkan perbedaan cara pemerintah melihat dunia usaha sebagai mitra.

Cara pemerintah RI memojokkan Air Asia seperti menyiram bensin bensin pada rumah yang sedang terbakar. Pemerintah sibuk cuci tangan dan mencari - cari kesalahan Air Asia, tentu ini bukan tindakan yang bijak. Tanpa dipojokkan dan dicabut izin terbangnyapun, hampir pasti Air Asia akan sulit bertaham di bisnis airlines. Walapun pesawat dan penumpang sudah diasuransikan tetapi biaya yang tidak tercover oleh asuransi masih banyak, diantaranya biaya evakuasi, akomodasi, adminitrasi, denda, dsb. Padahal kita tahu margin di bisnis airlines ini apalagi yang low cost carrier sangat tipis.

Gagap berikap juga ditunjukkan saat Jonan menerapkan batas tarif bawah untuk tiket pesawat dengan alasan keselamatan. Tidak ada relasi antara tarif dan keselamatan penerbangan. Harusnya regulasi keselamatan dan regulator yg diperbaiki bukan tarif batas bawah yang diterapkan. Percuma saja tarif mahal jika regulator tidak mengerti tugas dan mudah disuap.

Gagap lain ketika rejim ini berencana mempersulit izin SPBU asing dan pembukaan perbankan Malaysia di Indonesia. Ini benar - benar pernyataan konyol. Mempersulit dengan cara tendensisus dan tanpa alasan yang adil tentu hanya akan menunjukkan tidak adanya kepastian persaingan usaha. Tidak ada peraturan karena regulasi ditentukan oleh like dislike, tentu ini cara pikir primitif.

Jika cara - cara yang tidak simpati dari pemerintah dengan selalu mencari kambing hitam, cuci tangan dan cari gampangnya diteruskan, maka Indonesia akan dianggap sebagai negara yang tidak ramah tamah investasi dan tidak ada kepastian hukum dalam berinventasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun