Rejim Jokowi semakin hari terasa semakin salah langkah. Apa yang telah susah payah dibangun oleh SBY selama sepuluh tahun dan terbukti membawa kesejahteraan satu persatu telah dirusak. Mungkin waktu tiga bulan masih terlalu singkat mengakiri masa bulan madu. Tetapi ibarat rumah tangga harusnya rakyat sebagai pengantin wanita mulai menyadari bahwa sang suami mulai ngawur mengelola ekonomi keluarga.
Apakah kita menunggu sampai semua benar - benar berantakan dan sulit diperbaiki lagi? Tiga bulan berkuasa negeri ini benar - benar seperti negeri badut. Hal - hal yang tidak esensial di gembar - gemborkan seolah prestasi di sisi lain keresahan rakyat dianggap angin lalu.
Energi negeri ini difokuskan pada penenggelaman nelayan gurem asing, soal singkong, jamu, yang walaupun penting tetapi tidak mempunyai dampak signifikan terhadap kebutuhan ekonomi saat ini. Sementara semua subsidi yang digunakan untuk menopang kehidupan rakyat kecil semua dicabut. Mulai dari subsidi BBM, transportasi (KA Ekonomi) dan listrik yang merupakan komponen utama pembentuk harga - harga kebutuhan primer semua dicabut.
Realitanya ada puluhan juta rakyat negeri ini yang tertolong oleh subsidi tersebut sehingga ada terbuka kesempatan merubah nasib. Dengan dicabutnya bermacam subsidi pada rakyat kecil, praktis kesempatan untuk merubah nasib akan tertutup. Mereka yang sebelumnya termasuk pra-sejahtera hampir pasti akan turun menjadi keluarga miskin. Sedangkan mereka yang miskin akan makin menderita karena untuk makan saja mereka akan segera kesulitan.
Rejim yang Tamak
Selama sepuluh tahun di bawah pemerintah SBY rakyat memang mengalami peningkatan kemakmuran yang besar, tetapi belum cukup mempunyai kekuatan untuk dicabut subsidinya. Subsidi pada rakyat kecil bukanlah ongkos sia - sia yang harus dibayar pemerintah pada kelompok paling lemah di negeri ini. Tetapi merupakan stimulus dan upaya pemerataan kesejahteraan pada seluruh lapisan rakyat negeri ini. Dengan dicabutnya subsidi pada rakyat kecil sama saja pemerintah menerapkan hukum rimba yang pada ujungnya terjadi eksploitasi negara pada golongan miskin.
Untuk berkembang rakyat perlu kondisi minimum yang harus dipenuhi.
Menaikkan taraf hidup keluar miskin menjadi prasejahtera, keluarga prasejahtera menjadi sejahtera adalah tugas yang diamanatkan UUD pada penguasa negeri ini siapapaun mereka. Memang selalu ada pengecualian cerita tentang mereka yang berasal dari keluarga miskin absolut bisa menjadi orang yang luar biasa sukses. Tetapi cerita tersebut hanya terjadi kurang dari 0.1% dari populasi. Artinya yang 99.9% akan tetap miskin.
Tugas penguasa adalah memberi kesempatan dan mempermudah perubahan nasib itu terjadi. Artinya orang miskin perlu cukup makan, perlu ongkos untuk beraktivitas,mampu membayar lampu listrik dirumahnya, punya sanitasi yang sehat dirumahnya, mampu menyekolahkan anaknya.
Dengan dicabutnya semua subsidi yang jelas - jelas menopang kehidupan rakyat kecil, sama saja penguasa sedang mangkir pada tugas utama mensejahterakan rakyatnya. Terus apa bedanya dengan penjajah yang tidak peduli pada rakyat kecil, hanya mengejar setoran pajak. Sesungguhnya buat apa pajak yang makin membesar disisi lain makin sedikit yang dikucurkan pada rakyat kecil.
Tirani Media Massa dan Media Sosial