Mohon tunggu...
futihat nurul karimah
futihat nurul karimah Mohon Tunggu... Lainnya - menulis itu, ya menulis

lahir 16 tahun lalu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hidup di Tengah Pencapaian Orang Lain

1 November 2021   18:38 Diperbarui: 1 November 2021   18:42 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin dewasa, tanpa sadar kita mulai berhenti mengkritisi diri. Bersembunyi dibalik kata enggan ribet, kita berhenti mempertanyakan sesuatu, berhenti mencari tahu lebih dalam dan menganggap semua sudah memiliki rumus kita tinggal mengaplikasinya. Membuktikan? ah tidak perlu, repot.

Padahal hakikatnya kita ini adalah manusia kritis yang mempertanyakan apapun hingga hal tak kasat mata, lihat bagaimana para anak kecil mempertanyakan segala hal, bahkan hal hal yang kita anggap tak penting. Lalu, kini kita tumbuh sebagai mesin manut yang mengikuti apa kata dunia, apa kata orang, dan enggan mencari jawaban atas pertanyaan kita sendiri.

Kita mulai mengabaikan pertanyaan yang kerap muncul dalam diri. Se sederhana perasaan apa yang baru kita rasakan. Jika terasa aneh, buru buru kita menguburnya, menyembunyikannya, tanpa mempertanyakan sebenarnya kita sedang dalam kondisi seperti apa.

Perlahan pula, kita mulai asing pada diri sendiri. Akibat terlalu cuek pada segala pertanyaan yang terlalu lama digusur. Sampah sampah perasaan yang menumpuk ini suatu hari akan menjadi boomerang, meledak, memberikan serentetan fakta bahwa kita benar benar kehilangan diri.

Termasuk pada mimpi masa depan? kapan kali terakhir kita mempertanyakan secara gamblang pada diri sendiri mengenai apa yang ingin kita capai.. secara kasat mata kita seperti seorang idealis yang begitu siap memiliki mimpi yang cerah namun jika diulik lebih dalam, kita masih seorang kerdil yang takut bermimpi, bingung, bahkan tidak benar benar yakin tentang apa yang ingin kita capai.

saya rasa, berhenti sejenak untuk mempertanyakan mengenai diri kita adalah langkah yang tepat. Karena hidup ini bukan lomba lari cepat, melainkan marathon. Bukan siapa yang paling cepat sampai di garis akhir, tapi siapa yang paling bisa bertahan sampai garis akhir. 

Kerap kali kita membandingkan langkah kita dengan langkap orang lain. Tergiur dengan binar pencapaian mereka, dan membandingkan dengan jalur kita yang suram. Lantas, kita mulai berjalan dengan linglung, terlalu banyak melihat jalan orang, kita menjadi asing dengan jalan sendiri. Mulai tidak yakin dengan apa yang kita kerjakan, meragukan potensi diri, dan berakhir stagnan.

Sekadar menyadarkan, kita memulai pada titik yang berbeda, pun, mulai berjalan dengan gaya yang berbeda. Ada yang berjalan dibantu mobilnya, ada yang merangkak, ada pula yang harus berjalan sambil menarik batu bata. Kita berbeda gaya, berbeda nasib namun sama sama ingin melangkah maju.

Jadi, diperjalanan yang panjang ini, melambat sesekali tidak apa, berjalan pelan sambil menghirup udara juga tidak masalah, asal kita tetap pada jalur kita sendiri, mempertanyakan dengan kritis siapa diri kita, apa yang ingin kita capai, dan bagaimana kita mencapainya. Tidak perlu buru buru seolah bisa menaklukan dunia dalam semalam. Tidak semua hal harus selesai dalam sekejap, banyak hal hal besar yang memerlukan waktu untuk tumbuh, berkembang dan bersinar. Mungkin kamu salah satunya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun