Tangan gemetarnya, mau tak mau menerima lembaran kertas dari si pria misterius, membaca sederet kata yang tersemat.
 Selamat, Anda adalah orang terpilih, untuk mengubah nasib. Silahkan pilih, pernyataan dibawah ini.
 A. Kata sebagai pembunuh
 B. Kata sebagai penyembuh
 Hanya dua pernyataan singkat, tanpa penjelasan lebih lanjut, bermakna ambigu, pelayan ini benar benar tidak tahu apa yang harus ia pilih saat ini. mata nya memicing menatap laki laki ber jas hitam yang sedang bersedekap sambil tersenyum, "Ini saya harus pilih yang mana? Maksudnya gimana? Gapaham saya," ucap sang pelayan jujur.Â
Seraya memantik api dan menyesap sebatang rokok, Kata menjawab, "Pilih saja apapun itu, mana yang kamu harapkan."Â
Sang pelayan terhenyak, menimang nimang pilihan mana yang ingin ia ambil. Sambil memegang erat selembar kertas usang ini, ia menatap pelanggan yang baru saja memaki makinya, menghinanya, hingga tak tersisa lagi harga diri yang ia miliki.
 Jika mengikuti ego manusiawinya, mungkin sang pelayan ingin sekali memilih pilihan A, meski tak tahu maksudnya, setidaknya, ada kata pembunuh yang terdengar begitu kejam.Â
Namun, suara ibu tempo lalu, membuatnya mengurungkan niatnya. "Enak ya ndok, sekiranya manusia bisa memilih kata apa yang ingin ia dengar, dan alam menyortir kata apa yang bisa manusia ucapkan, gaada lagi yang namanya sakit hati karena perkataan seseorang. gak ada lagi yang namanya, sakit hati karna makian keji. Dunia jadi damai, tentram dengan kata kata baik yang selalu terucap"
 Ia membuang nafas berat, "Saya, pilih B saja mas," ucapnya seraya menyerahkan selembar kertas itu kembali pada Kata. Kata tersenyum miring, "Padahal kamu bisa merasa lebih lega kalau saja memilih A."
 Namun nampaknya, suara ibu sudah benar benar terpatri pada hati sang pelayan. Ia mantap memilih pilihan A. Kata mengangguk anggukan kepala, meremas selembar kertas lalu membakarnya dengan pemantik rokoknya.