Mohon tunggu...
furqon hudaa
furqon hudaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - tugas kuliah

pemuda desa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Toxic Positivity" Baik Bagimu Belum Tentu Baik Bagiku

28 April 2021   05:12 Diperbarui: 28 April 2021   05:53 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apakah kalian pernah mendengar tentang toxic positivity. Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar tentang toxic positivity. menurut Dr. Jiemi Adrian menjelaskan bahwa istilah ini digunakan untuk menggambarkan situasi di mana orang terus menerus menyarankan orang lain untuk melihat sisi baik dari suatu masalah. Hal ini dilakukan tanpa menimbang lagi apakah mereka pernah ada dalam situasi yang sama. Kemudian orang tersebut tidak membiarkan teman yang tertimpa masalah untuk meluapkan emosi atau cerita.

maka dari itu. Saat kita sedang mendengarkan teman kita bercerita mengenai kesedihan atau musibah yang dialaminya, hindari memberi respon berupa kata-kata pemberi semangat atau meminta mereka berpikir positif. Karena, itu justru akan membuat teman kita semakin merasa rendah diri dan bahkan bisa menimbulkan gangguan psikis. Gini simple-nya, saat kamu meminta teman kamu untuk melupakan hal-hal yang pahit, maka secara tidak disadari, kita memaksa teman kita untuk memendam berbagai emosi negatif di bawah alam sadarnya. Tentu ini akan berdampak ke psikis nya jika terus dibiarkan.

Kata-kata toxic positivity se simple ini "jangan menyerah","tetap positif", "kamu kurang bersyukur", "baru gitu, aku dulu pernah lebih parah" Ada kalanya kata-kata penyemangat ini cukup ampuh mengurangi pikiran dan perasaan buruk mereka. Tapi jangan salah, bagi sebagian lain menganggap hal ini justru membuat mereka makin merasa berkecil hati, bahkan memicu depresi.

Lalu bagaimana agar kita tidak menjadi seseorang yang toxic positivity ?  Pertama, biarkan temanmu bercerita, jangan kamu berikan saran terlebih dahulu. Karena sebenarnya seseorang yang sedih membutuhkan ruang untuk bercerita.  saat seseorang memutuskan untuk membagi kisahnya sama kamu, itu berarti kamu adalah orang yang dipercaya. Maka dari itu , selain harus pintar menjaga rahasianya, kamu pun juga harus pintar dalam merespon teman kamu yang sedang bercerita.

Kamu bisa mengganti toxic positivity tersebut dengan misalnya "ada kalanya sesuatu yang terjadi tidak sesuai yang kita harapkan,kira-kira apa hikmah dibalik hal ini?", "wajar aja kamu kecewa,keadaannya begini", "kadang ngerasa patah semangat itu wajar kok" dibandingkan kamu memberi kata-kata penyemangat yang justru malah bisa membuat seseorang menjadi patah semangat.

Berikan energi atau semangat positif di tahap akhir, saat teman kamu sudah tuntas dengan apa yang ingin diceritakannya. Ini jauh akan lebih bekerja, karena temanmu sudah berada dalam kondisi yang lebih bisa menerima dan secara sadar diri harus melepaskan kesedihannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun