Jufri sejenak berdiri, diluruskan badanya sambil sesekali melihat lalu lintas sepeda motor di jalan depan Gedung Kelurahan Pulau Kelapa yang tampak gagah berdiri dengan tiga lantainya.
"Semunya bisa kita lakukan, asal mau serius. Pak Lurah pasti mendukung, kan ini buat ekonomi masyarakat kita juga," tutur Jufri seiring mengayunkan pinggangnya yang mungkin terasa pegal.
"Kita buat perencanaanya yang matang, segalah kebutuhan untuk daya dukungnya kita siapkan. Kita gandeng Sudin Parbud dan lainnya. Soal promosi kan kita bisa minta bantuan bang Furqon," kata Jufri sambil menunjuk beritapulauseribu.id dengan cengir di bibirnya.
Safaat, Sabeni, dan Syarif ikut tertawa. "Sudah cukuplah, kalau kita mau jalan ya harus mulai. Jangan hanya wacana," sambung Jufri.
Pembicaraan masih berlanjut, malam makin larut, susana sekitar yang kebetulan malam jumat terasa hangat. "Pertama kita namakan pulau itu Pulau Siput, lalu kita benahi dan penuhi fasilitasnya. Bang Furqon siapkan strategi promosinya, teman-temen lain ajak warga untuk terlibat. Kita targetkan tahun depan wisata kuliner seafood segar di Pulau Siput sudah menggemah," papar Jupri dengan nada semangat.
Dari bincangan hangat itu terkuat asah. Ya, kian lama Pulau Kelapa tertinggal dengan pulau lainnya. Sementara warga pulau tetangga -- Pulau Harapan -- bergelimang rupiah dari wisata, Pulau Kelapa baru jadi penonton saja. Semangat sadar wisata dari segelintir orang ini patutlah dijaga. Karena, saat ini pariwisata telah mulai bertahta sebagai salah satu solusi masalah raihan nafkah warga.
Bravo Pulau Kelapa, ditunggu gebrakan wisatanya. Semoga bukan hanya wacana dan hanya pandai dengan hayalan dahulu kala yang memang sempat jaya. Sudah saatnya giat  nyata. Ditunggu 'Seafood Segar di Pulau Siput'. Ehem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H