Proses pengambilan keputusan yang baik dimulai dengan identifikasi masalah. Kepala sekolah perlu menganalisis situasi dan mengumpulkan data yang relevan untuk memahami masalah yang dihadapi. Menurut Simon (1979), tahap ini sangat penting untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil didasarkan pada informasi yang akurat dan relevan. Dalam konteks pendidikan, data dapat diperoleh dari hasil evaluasi pembelajaran, survei kepuasan siswa dan orang tua, serta analisis kinerja guru.
Setelah mengidentifikasi masalah, kepala sekolah perlu mengevaluasi berbagai alternatif yang ada. Ini melibatkan pertimbangan terhadap pro dan kontra dari setiap alternatif serta dampaknya terhadap sekolah. Penelitian oleh Janis dan Mann (1977) menunjukkan bahwa pengambilan keputusan yang melibatkan analisis mendalam terhadap berbagai alternatif cenderung menghasilkan keputusan yang lebih baik dan lebih diterima oleh semua pihak.
Setelah mempertimbangkan berbagai alternatif, kepala sekolah harus mengambil keputusan dan mengkomunikasikannya kepada seluruh anggota sekolah. Komunikasi yang jelas dan terbuka sangat penting agar semua pihak memahami alasan di balik keputusan yang diambil. Menurut Kotter (1996), perubahan yang sukses dalam organisasi pendidikan sering kali bergantung pada kemampuan pemimpin untuk mengkomunikasikan visi dan keputusan secara efektif.
Setelah keputusan diambil, penting bagi kepala sekolah untuk memantau implementasi keputusan tersebut dan mengevaluasi hasilnya. Proses ini memungkinkan kepala sekolah untuk melakukan penyesuaian jika diperlukan dan memastikan bahwa keputusan yang diambil memberikan dampak positif bagi sekolah. Dengan demikian, pengambilan keputusan yang efektif merupakan salah satu kunci untuk menciptakan sekolah yang efektif dan berkualitas.
Referensi
Mulyasa, H. E. (2013). Manajemen Kepemimpinan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lezotte, L. W. (2010). Transforming Schools: Creating a Culture of Continuous Improvement. Michigan: Effective Schools Products.
Rutter, M., Maughan, B., Mortimore, P., Ouston, J., & Smith, A. (1979). Fifteen Thousand Hours: Secondary Schools and Their Effects on Children. London: Open Books.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2021). Data Pendidikan Nasional.
Hakanen, J. J., Bakker, A. B., & Schaufeli, W. B. (2006). Burnout and Work Engagement among Teachers. Journal of School Psychology, 43(6), 495-513.
Deal, T. E., & Peterson, K. D. (1999). Shaping School Culture: The Heart of Leadership. San Francisco: Jossey-Bass.