Mohon tunggu...
DR.H. FURQON ARIFIN
DR.H. FURQON ARIFIN Mohon Tunggu... Dosen - Kepala Madrasah dan Dosen

Beraktivitas di dunia pendidikan dan keagamaan serta Organisasi Masyarakat Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Teori Kognitivistik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Digital

5 Juni 2024   10:48 Diperbarui: 5 Juni 2024   11:08 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Pembelajaran Kognitivistik merupakan pendekatan dalam psikologi pembelajaran yang menekankan pada peran aktif individu dalam memproses informasi yang diterima melalui persepsi, pemikiran, dan pengalaman mereka. Ini menganggap bahwa individu secara aktif membangun pemahaman mereka tentang dunia melalui interpretasi informasi yang diterima. Teori ini juga menekankan pentingnya faktor internal seperti perhatian, ingatan, dan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran. Salah satu tokoh utamanya adalah Jean Piaget, yang menekankan perkembangan kognitif anak.

Berbeda dengan teori belajar behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai stimulus dan respons, teori kognitivistik merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai teori perseptual. teori ini mengatakan bahwa tingkah laku sesorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlibat dalam tingkah laku yang nampak .

 Berikut adalah rangkuman teori pembelajaran kognitivistik:

1. Pemrosesan Informasi: Teori ini menggambarkan bahwa pembelajaran terjadi melalui pemrosesan informasi oleh otak. Individu mengambil informasi dari lingkungan mereka, memprosesnya melalui persepsi dan pemikiran, kemudian menyimpannya dalam ingatan.

2. Konstruktivisme: Teori kognitivistik menekankan bahwa individu secara aktif membangun pengetahuan mereka melalui pengalaman, refleksi, dan pemikiran. Proses ini melibatkan pengorganisasian dan restrukturisasi informasi yang diperoleh sesuai dengan kerangka pemahaman yang ada.

3. Pentingnya Skema dan Skema Mental: Skema adalah struktur kognitif yang digunakan individu untuk mengorganisasi dan memahami informasi. Teori kognitivistik menyatakan bahwa individu menggunakan skema mental mereka untuk menginterpretasikan dunia di sekitar mereka dan mengaitkan informasi baru dengan kerangka konseptual yang sudah ada.

4. Belajar Melalui Pengalaman: Teori ini menekankan pentingnya pengalaman dalam pembelajaran. Individu belajar melalui eksplorasi, percobaan, dan interaksi dengan lingkungan mereka. Pengalaman ini memungkinkan individu untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dan memperluas pemahaman mereka.

5. Pentingnya Pengajaran yang Aktif: Teori kognitivistik menekankan pentingnya pengajaran yang mendorong siswa untuk menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Aktivitas seperti diskusi, penyelesaian masalah, dan eksperimen memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka secara aktif.

6. Kognisi Sosial: Selain fokus pada proses kognitif individu, teori kognitivistik juga mengakui peran interaksi sosial dalam pembelajaran. Konsep seperti pembelajaran kolaboratif, modeling, dan pembimbingan menekankan pengaruh lingkungan sosial dalam proses pembelajaran.

Teori pembelajaran kognitivistik menyediakan landasan bagi pengembangan strategi pembelajaran yang menekankan pemahaman, pengolahan, dan aplikasi pengetahuan yang lebih mendalam. Dengan memahami prinsip-prinsip teori ini, pendidik dapat merancang pengalaman pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna bagi siswa

Berikut adalah beberapa tokoh kognitivistik terkemuka beserta kontribusi teorinya dalam bidang pembelajaran:

1. Jean Piaget: Piaget dikenal dengan teori perkembangan kognitifnya yang menekankan bahwa anak-anak mengalami serangkaian tahapan perkembangan kognitif yang berbeda. Teorinya menyoroti pentingnya pengalaman dan interaksi dengan lingkungan dalam pembentukan pemahaman anak-anak.

2. Lev Vygotsky: Vygotsky memperkenalkan konsep zona perkembangan proximal (ZPD), yang menggambarkan kesenjangan antara apa yang seorang anak dapat lakukan sendiri dan apa yang dapat mereka lakukan dengan bantuan dari orang lain. Teorinya menekankan peran interaksi sosial dan bimbingan dalam pembelajaran.

3. Jerome Bruner: Bruner mengembangkan teori konstruktivisme, yang menekankan bahwa individu secara aktif membangun pengetahuan mereka melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Konsep penting dalam teorinya termasuk struktur pengetahuan, mode representasi, dan negosiasi makna.

4. David Ausubel: Ausubel mengembangkan teori pembelajaran signifikan, yang menekankan pentingnya mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Pendekatan ini mempromosikan pembelajaran yang berarti dan berkelanjutan.

5. Albert Bandura: Bandura memperkenalkan teori pembelajaran sosial (social learning theory), yang menyoroti peran pemodelan dan pengaruh lingkungan sosial dalam pembelajaran. Konsep kunci dalam teorinya termasuk observasi, imitasi, dan penguatan.

6. Edward Tolman: Tolman memperkenalkan teori kognitif perilaku (cognitive-behavioral theory), yang menekankan pentingnya proses kognitif internal seperti pemetaan kognitif dalam pemahaman perilaku. Teorinya menyoroti peran pemikiran dan persepsi dalam pembentukan perilaku.

Para tokoh tersebut memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan teori-teori pembelajaran kognitivistik dan telah mempengaruhi praktik pembelajaran di berbagai bidang pendidikan.

Pembelajaran agama Islam, sebagai bagian integral dari pendidikan, telah melalui transformasi signifikan seiring dengan kemajuan teknologi. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam konteks pembelajaran agama Islam adalah teori pembelajaran kognitivistik. Teori ini menekankan pada pemahaman, pengolahan, dan penyimpanan informasi oleh otak dalam proses pembelajaran.

Dalam konteks pembelajaran agama Islam berbasis digital, penerapan teori kognitivistik dapat memberikan manfaat besar dalam meningkatkan pemahaman dan keterlibatan siswa. Berikut adalah beberapa cara penerapan teori ini dalam pembelajaran agama Islam:

1. Pembelajaran Interaktif: Platform digital memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan konten pembelajaran melalui multimedia, simulasi, dan aktivitas interaktif lainnya. Dengan memanfaatkan fitur-fitur ini, siswa dapat lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran, yang sesuai dengan prinsip kognitivistik bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi aktif dengan materi.

2. Pembelajaran Berbasis Masalah: Pendekatan pembelajaran agama Islam berbasis masalah memungkinkan siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Dalam konteks pembelajaran digital, guru dapat merancang skenario-skenario masalah yang menantang dan meminta siswa untuk mencari solusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara online. Ini tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep agama Islam, tetapi juga mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.

3. Penggunaan Visualisasi: Teori kognitivistik menekankan pentingnya penggunaan gambar, diagram, dan representasi visual lainnya dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran agama Islam berbasis digital, penggunaan visualisasi seperti video animasi, grafik, dan peta konsep dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang kompleks dengan lebih baik.

4. Pembelajaran Kolaboratif: Kolaborasi antara siswa dalam memahami konsep-konsep agama Islam dapat ditingkatkan melalui platform digital. Diskusi forum online, proyek kolaboratif, dan penugasan berbasis tim dapat mendorong siswa untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, sesuai dengan prinsip kognitivistik bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial.

5. Umpan Balik Personal: Platform digital memungkinkan guru untuk memberikan umpan balik secara langsung kepada setiap siswa melalui komentar online, penilaian formatif, atau pesan pribadi. Dengan mendapatkan umpan balik secara langsung, siswa dapat memperbaiki kesalahan mereka dan meningkatkan pemahaman mereka tentang materi agama Islam.

Penerapan teori pembelajaran kognitivistik dalam pembelajaran agama Islam berbasis digital tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif bagi siswa. Dengan memanfaatkan teknologi secara efektif, pendidik dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mencapai potensi maksimal mereka dalam memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep agama Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Referensi :

Moh. Suardi dan Syofrianisda, Belajar dan Pembelajaran : 2019

Kementerian Agama, Modul PPG Teori-teori Belajar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun