Mohon tunggu...
Furqan Jurdi
Furqan Jurdi Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca, pendengar dan penulis

Sampaikanlah keyakinanmu meskipun tidak disukai semua orang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Milenial Merawat Sumpah

29 Oktober 2019   19:00 Diperbarui: 29 Oktober 2019   19:03 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: shutterstock

Di sudut lorong gelap kehidupan ada pemuda yang merangkai masa depan di atas bangku pendidikan. Ada pemuda yang menulis syair kebencian tubuh mengutuk kehidupan. Ada pemuda yang mengukir prestasi mendunia. 

Ada pemuda yang berpidato dalam arakan massa di atas mobil komando. Ada sedang berfoya-foya sepanjang mall dan kafe sambil melihat perlengkapan mewah. Ada sedang malas-malas sambil bermain game dengan gadget nya. Ada yang duduk di taman sambil merangkai syair bagi kekasihnya.

Pemuda dengan karakter dan gaya tersebut, merupakan harapan masa depan bangsa, penerus cita-cita besar negara, "juru selamat" persatuan. Di pundaknya diletakkan amanat proklamasi, ikrar dan sumpah pemuda 1928. Mampukah pemuda mengemban tugas berat itu? 

Menjaga persatuan dan keutuhan bangsa, melanjutkan cita-cita besar negara, itu tugas generasi muda. Berulang-ulang sejarau Indonesia mencatat, di atas kerta putih dan tinta emas sejarah bangsa ini, pemuda selalu menjadi ujung tombak perubahan dan pembangunan.

Republik ini adalah republik yang di dominasi oleh kaum muda. Semua tipe di atas ada di Indonesia. Pemuda yang mengukir dawai meraih cita-cita, sekujur tubuh berkeringat dalam terik matahari dengan proposal atau surat lamaran kerja. Berteriak di atas mimbar jalanan, berpidato dalam rapat-rapat. Semua masih ada, meskipun tidak seperti masa dulu.

Tiap saat negara memproduksi pemuda. Bonus demografi dan usia produktif yang mendominasi masyarakat. Sekitar 68% usia produktif. Kampus sesak dengan pemuda-pemudi yang menuntut ilmu. Lapangan kerja menyempit tak menampung lulusan sarjana muda. 

Problem setiap bangsa adalah masalah kesejahteraan dan lapangan kerja. Negara harus berusaha untuk menghindari usia produktif menganggur. Kalau kuantitas generasi muda banyak yang menganggur, ini justru problem besar. Tidak menutup kemungkinan, ada frustasi dan rasa ketidakpuasan.

Bisa berujung pada Kriminalitas dan berbagai kejahatan akan terjadi. Kalau dalam hal lapangan kerja negara abai, maka pupuslah harapan akan pemuda. Negara harus mewaspadai akan gelombang Generasi milenial. 

Perlu ada lompatan kebijakan yang mengakomodir segala potensi generasi muda. Jumlahnya begitu besar, lahir sekitar tahun 1980-1990-an dengan jumlah sekitar 90 juta jiwa.

Ini zaman milenial, akrab dengan tekhnologi, serba canggih. Tetapi semakin tinggi pencapaian zaman semakin instan cara berpikir, tidak mengharapkan kerumitan, dan selalu manja dalam berproses. Kita berdamai dengan tekhnologi tetapi di ruang sosial yang nyata ada keretakan kohesi sosial, ada perasaan tidak bersahabat.

Ini zaman serba rumit. Ruang kehidupan kelihatan sempit, tetapi ketika bertatap muka menjadi kelihatan sangat tidak akrab. Dalam dunia maya begitu mesra, dalam dunia nyata tidak seindah dunia maya. Semua serba tak masuk akal.

Tekad Milenial

FURQAN JURDI
FURQAN JURDI
Pemuda Milenial menjadi energi bagi bangsa, kepada mereka sumpah pemuda di serahkan, menjaga jahitan merah putih dalam bhineka tunggal ika. Menebarkan api pancasila sebagai filosofische groundslaag Indonesia Merdeka. Membacakan setiap kalimat dalam pembukaan UUD 1945 kepada semua orang. Kita berindonesia adalah tekad dan cita-cita sepanjang zaman, karena itu harus di rawat.

Tumpah darah kita, nusa bangsa kita dan bahasa kita adalah Indonesia. Sebuah negara yang memiliki 17.504 pulau, 652 Bahasa, 300 suku bangsa,  dengan populasi Hampir 270.054.853 jiwa dan luas wilayah 1,905 juta km. Sebuah Bangsa yang beragam dan luas, berada di garis khatulistiwa, dan memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah.

Siapa yang akan menjaganya kalau bukan generasi muda? Generasi tua akan meninggalkan kita, generasi muda sebagai penerus harus memiliki kecerdasan dan kemampuan untuk menjaga diri dan bangsanya. Sudahlah, jangan lagi terlalu larut dalam permainan game dan segala yang menyita kreativitas, zaman menuntut generasi muda berinovasi dan berkreativitas, sebab zaman membutuhkan orang yang berpikir besar dan berpemahaman serta berpengalaman luas.

Kita tidak lagi hidup dalam bayang-bayang kapal perang musuh, tidak lagi menjadi kuli penjajah, tidak lagi diperintah oleh kekuasaan diktator. Tidak ada halangan bagi kita untuk bekreatif dan berinovasi, meninju dunia dan berkompetisi saling berebut prestasi. 

Pemuda jangan lagi bermental inlandeer sebab sudah berlalu 74 tahun penjajah di usir. Kita orang indonesia dan pemudanya adalah pemuda yang merdeka.

Jangan mau di pasung oleh tekhnologi, karena ia adalah alat. Kalau alat memasung segala kreativitas dan inovasi, maka siap-siaplah zaman menertawakan kita. Kita akan di ejek oleh sejarah, kalau suatu saat kita tertinggal dan menjadi pemuda yang bermental kalah. Teknologi adalah alat kita untuk menuju cita-cita besar Indonesia.

Sejarah akan meminta pertanggungjawaban, apabila di tangan generasi milenial, jahitan merah putih dirobek, kalau nusa bangsa tercerai berai, kalau tumpah darah menumpahkan darah sesama anak bangsa, kalau bahasa meluapkan emosi kebencian. Semua akan menjadi tanggugjawab kita generasi milenial.

Pendahulu kita telah bersumpah, bahwa tekad mereka untuk mewujudkan suatu negara yang bersatu dan berdaulat telah terwujud dan masih bertahan hingga hari ini. Sumpah itu keramat, dan terwujud setelah 17 tahun sumpah itu di ucapkan. Kini sudah mencapai 91 tahun, bagaimana kita mengisi sumpah itu?

Maka untuk mengisi sumpah itu, kita bersumpah pada diri kita masing-masing. Tujuan kita tetap satu teguh, yaitu Indonesia yang utuh. Mempertahankan NKRI sampai titik darah yang terakhir, Akan setia mengawal dan mengamalkan pancasila dan UUD 1945 dan berjuang untuk mengharumkan nama bangsa dimanapun berada adalah tekad kita.

Maka kita harus berjuang untuk merawat sumpah itu, berbuat untuk mengisi sumpah itu, dan berprestasi untuk membanggakan para pendahulu. Bahwa tanah Air Indonesia, tanah air yang berdaulat. berbangsa Indonesia, bangsa yang menghargai persatuan dan keberagaman. berbahasa Indonesia bahasa adalah bahasa penuh kedamaian.

Marilah kita mengisi 74 Tahun Kemerdekaan, dan 91 tahun sumpah pemuda dengan satu spirit, yaitu menjadi generasi yang unggul dan berwawasan global, sehingga kita menjadi generasi yang mampu bersaing dalam semua lini kehidupan. Rawatlah kebhinnekaan, tingkatkan soliditas, wujudkan cita-cita bangsa dengan gagasan dan karya...

Oleh: Furqan Jurdi
Ketua Umum Komunitas Pemuda Madani & Ketua Lembaga Dakwah DPP IMM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun