Mohon tunggu...
Funpol
Funpol Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tumbuh dan Menggugah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Argentina Juara, dan Akhir Cerita Piala Dunia 2022

19 Desember 2022   15:30 Diperbarui: 19 Desember 2022   15:44 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Piala Dunia Qatar 2022 secara resmi telah berakhir dengan keluarnya Argentina sebagai juara ajang 4 tahunan tersebut. Melalui drama adu pinalti akhirnya di penghujung kariernya Messi berhasil meraih gelar piala dunia untuk negaranya.

Meski pada pertandingan pertama fase grup, secara mengejutkan Argentina dikalahkan oleh wakil Asia, Arab Saudi. Bukan hanya Arab Saudi yang mencatatkan kejutan, negara Asia lainnya yaitu Jepang tidak diperkirakan dapat mengalahkan dua kekuatan sepak bola Eropa, Jerman dan Spanyol.

Wakil Afrika pun tidak mau ketinggalan memberikan kejutan, dengan dikalahkannya peringkat 1 dunia, Brazil oleh Kamerun di fase grup, hingga langkah ajaib yang dilakukan Tim Nasional Maroko yang berhasil mencapai semifinal.

Negara dengan banyak bintang seperti Belgia, Spanyol, dan Portugal berhasil digulingkan oleh Hakimi, dkk. Langkah mereka untuk mencatatkan rekor pertama kalinya mencapai final harus gagal di tangan Prancis dengan dua gol tanpa balas.

Dibalik berbagai kejutan yang terjadi, Piala Dunia kali ini pun mencatatkan berbagai kontroversi mulai dari beredarnya dugaan suap yang diterima oleh FIFA guna menetapkan Qatar sebagai tuan rumah. Banyak pihak yang tidak menyangka Qatar dapat menjadi tuan rumah Piala Dunia sebab saat penunjukannya tidak banyak fasilitas sepakbola di negara tersebut.

Kota Lusail yang menjadi tempat berlangsungnya pertandingan final adalah kota yang sengaja dibangun khusus untuk persiapan digelarnya Piala Dunia 2022. Tidak hanya berhenti disana, pembangunan tersebut pun dipermasalahkan oleh para penggiat HAM. Diduga banyak terjadinya pelanggaran HAM yang terjadi pada  proses pembangunan tersebut.

Selain itu aturan yang melarang kegiatan promosi LGBT pun menjadi perhatian banyak pihak, seperti dilarangnya ban kapten one love yang merupakan bentuk dukungan terhadap LGBT. Aksi tutup mulut para pemain Jerman saat prosesi foto menjelang pertandingan melawan Jepang menjadi bentuk nyata protes atas kebijakan tersebut. Jerman, Inggris, dan Jerman menjadi negara terdepan menolak larangan.

Aksi diam pemain Timnas Iran ketika lagu kebangsaannya dikumandangkan pun menjadi bentuk protes terhadap negaranya pun menjadi cerita pada edisi Piala Dunia kali ini. Protes tersebut terjadi sebagai reaksi atas kondisi negaranya yang tengah dilanda permasalahan setelah kematian Amini.

Berakhirnya pertandingan final antara Argentina melawan Prancis pun menjadi akhir Piala Dunia dengan format 32 tim perserta, sebab FIFA suah memutuskan bahwa pada turnamen 4 tahun yang akan datang diikuti oleh 48 negara. Bertambahnya peserta akan memberikan cerita baru.

Tidak berhenti pada jumlah peserta, Piala Dunia 2026 pun menjadi edisi pertama yang diselenggarakan di tiga negara. Kanada, Amerika Serikat, dan Meksiko sudah ditunjuk sebagai tuan rumah tahun 2026. Setelah sebelumnya pada tahun 2002 Piala Dunia pertama kali diselenggarakan di dua negara yaitu Korea Selatan dan Jepang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun