Indonesia dikenal sebagai tanah yang subur, hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh di negeri ini, itu lah yang membuat negara negara eropa berlomba datang ke Tanah Air untuk memperoleh rempah rempah yang berlimpah di Indonesia.
Begitulah diberkahinya tanah Indonesia dengan kesuburannya, hal tersebut yang membuat begitu aneh jika di tanah yang subur justru mengalami kelangkaan pangan. Itu lah kondisi yang sering dihadapi Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, yang disebutkan bahwa kita seirng tidak belajar dari pengalaman.
"Padahal kalau kita lihat masalah pangannya apa sih? Masalah pangannya cabai, bawang merah, kemudian telur, itu makanan yang dari dulu kita makan gitu sehari-hari dan yang lain lain. Tapi kok kita nggak belajar dari pengalaman itu, kok kita masih terus menghadapi masalah disini." Jelasnya pada kegiatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Bali Nusra.
Destry Damayanti menerangkan kondisi langkanya pangan di Indonesia, seperti cabai yang begitu mudahnya ditanam di Indonesia dan bisa dilakukan di pekarangan rumah saja mengalami kelangkaan.
"Karena saya ingat waktu kita juga pernah mengalami krisis cabai merah, cabai merah itu kan gampang sekali ditanamnya. Waktu masih sebagai ekonom di salah satu bank, saya selalu tiap pergi kemana-mana saya selalu bilang tanam cabai di rumah karena saya praktekkan itu di rumah ada halaman kecil suruh Bibi saya 'mbok tanam cabai itu' tanam deh, itu ternyata mudah sekali panennya."
Ia juga menjelaskan manfaat ketika masyarakat mulai bergerak menanam sendiri, "Sejak kita menanam cabai di pekarangan akhirnya paling nggak mengurangi permintaan cabai dari keluarga saya sendiri."
Beberapa waktu lalu harga cabai melonjak tinggi, PLT Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Bappenas Risfaheri menjelaskan penyebab kenaikan harga pangan termasuk cabai diakibatkan oleh hama dan musim hujan.
Pada buku Paradoks Indonesia dan Solusinya, kondisi tersebut pun sudah dibahas oleh Prabowo Subianto memberikan solusinya, diperlukan sebuah perubahan dalam pengelolaan pangan di Indonesia.
Apabila selama ini petani hanya berperan dalam proses penanaman saja, sedangkan dalam proses pengolahan, pengepakan, pendistribusian, dan penjualan dilakukan oleh swasta. Sistem tersebut harus diubah sehingga dari proses pengolahan hingga pendistribusian dilakukan oleh BumDes ataupun BUMN sedangkan penjualan dilakukan oleh gerai tani.
Selain itu berdasarkan laporan KLHK tahun 2017 terdapat 34 juta hektar kawasan hutan yang tak berhutan, dan 14 juta hektar diantaranya tidak produktif dan tidak bertuan. Hal itu ketika dimanfaatkan dapat menjadi solusi mengatasi permasalahan pangan yang menghadapi Indonesia.
Jangan sampai keanehan sebuah negeri yang subur tetapi krisis pangan terjadi kembali di masa depan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H