Tim gabungan Polrestabes Surabaya dan Polda Jawa Timur menangkap pemeran perempuan dan lelaki yang memproduksi video seksual dan viral #kebayamerah.
Bedasarkan penyelidikan beredarnya video porno tersebut, aparat menemukan petunjuk kuat dari alamat hingga detail kamar termasuk posisi kamar mandi dan tulisan yang menempel di dinding. Data ini diungkapkan oleh Kas Humas Polrestabes Surabaya Kompol Muchammad Fakih.
Bedasarkan kasus ini, pelaku dijerat dengan UU Pornografi dan UU ITE atas produksi dan tersebarnya video tersebut.
Aksi penangkapan pelaku ini justru menuai komentar pedas dari netizen. Hal ini penegak hukum dianggap sangat cepat menangkap pelaku seksual dan video porno dibandingkan dengan kasus pembunuhan Brigadir J oleh Sambo. Tak hanya itu, netizen turut membandingkan dengan kejadian yang terjadi di stadion kanjuruhan Malang.
Benarkah Penegak Hukum Tebang Pilih Kasus?
Penulis mengakui, bukan rahasia umum jika pendapat tebang pilih oleh penegak hukum bukan lagi pembahasan baru. Terutama dampak dari kasus pembunuhan brigadir J dan stadion Kanjuruhan seakan menambah daftar hitam pihak penegak hukum.
Tingkat kepercayaan masyarakat dengan aparat hukum semakin rendah, maka semakin banyak pula suara atau pendapat yang tidak dapat dibendung.
Padahal, kalau ditelisik lebih detail, maka kasus yang melibatkan penegak hukum tentu tidak sebanding dengan kasus yang memang dapat ditindak oleh sang penegak hukum sendiri.
Artinya, secara institusi negara sudah mengatur secara seksama nan detail terkait aturan hingga kedisiplinan penegak hukum. Selain sebagai contoh dan pengayom masyarakat, penegak hukum seperti polisi akan menjadi ikon rasa kenyamanan dan keamanan.
Mesti demikian, tak luput jika dari ratusan ribu bahkan jutaan aparat kepolisian yang lalai dan abai pada aturan bahkan melanggar hukum yang dijaganya.
