"Misalnya pada isu omnibus law, Golkar menjadi salah satu yang paling vokal mendukungnya, meski menjadi kontroversi di ruang publik," ucapnya.
Sedangkan, jika dilihat dari partai lainnya yang belum mendeklarasikan calon atau memihak dalam bentuk koalisi tentu masih menimbang-nimbang dari rangkaian aspek kepentingan mana yang terbaik untuk partai.
Dari sini, apakah Golkar justru salah strategi? atau justru Airlangga Hartanto gagal dalam meyakinkan partai yang dipimpinnya akibat rendahnya elektabilitas?
Mari kita tunggu pergerakan dari salah satu partai tertua di Indonesia ini.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!