Mohon tunggu...
Funpol
Funpol Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tumbuh dan Menggugah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Krisis Energi, Produksi Minyak Dalam Negeri Justru Turun, Suka Import?

11 Oktober 2022   15:24 Diperbarui: 11 Oktober 2022   15:29 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tercatat harga minyak mentah dunia per tanggal 9 oktober 2022 semakin mendekati harga US$ 100/Barel. Kondisi tersebut memaksa pemerintah untuk menaikan harga jual ke masyarakat demi mencegah subsidi yang semakin membengkak.

Berdasar data Refintiv harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) selama pekan lalu saja, sudah meroket sebesar 16,5% yaitu US$ 92,64/barel. Sedangkan jenis Brent naik menjadi US$ 97,92/barel. Kenaikan harga minyak mentah dunia tidak lepas dari dampak perang antara Rusia dan Ukraina yang menyebabkan krisis energi dunia.

Meningginya harga minyak dunia ini memaksa berbagai negara termasuk Indonesia untuk mengambil berbagai kebijakan, termasuk penyesuaian harga minyak khususnya pada bahan bakar bersubsidi. Pertalite yang sebelumnya dijual Pertamina seharga Rp 7.650 per liter, kini menjadi Rp 10.000 per liter, dan solar dari harga Rp 5.150 naik ke angka Rp 6.800 per liter.

Pemerintah berdalih kebijakan pahit itu, dilakukan demi menyelamatkan APBN akibat dari subsidi bahan bakar yang terus membengkak. Dimas Wahyu Putra, Analis Bahana Sekuritas menjelaskan bahwa kenaikan harga BBM ini tentu akan memberikan dampak pada penurunan daya beli dan kenaikan inflasi.

Inflasi pada tahun ini diprediksi meningkat hingga 7%, terlebih Bank Sentral memproyeksi kenaikan suku bunga paling tidak sampai angka 4% pada akhir tahun.

Selain itu setiap kenaikan harga BBM selalu menambah beban masyarakat, tercatat pada tahun 2022 ini saja, terjadi kenaiakn 3,97% angka kemiskinan jika dibandingkan pada September 2021. Hal tersebut belum diperparah dengan melonjaknya harga kebutuhan pokok, seperti minyak goreng yang tidak lama ini sangat sulit ditemukan di pasaran.

Indonesia sebagai negara penghasil minyak, dengan berbagai kilang yang tersebar diseluruh penjuru Nusantara, seharusnya mempunyai langkah lebih dalam mengatasi krisis energi yang sedang melanda dunia hari ini. Bukan hanya dengan menaikan harga BBM yang justru membuat masyarakat semakin sulit.

Source: Okezone.com
Source: Okezone.com

Perbanyak Import, Mengurangi Lifting?

Bedasarkan lansiran dari kompastv.com, Indonesia memiliki minyak yang masih mentah harus diproses lifting. Lifting adalah istilah teknis perminyakbumian yang artinya hasil produksi yang telah diolah dan siap dipakai.

Itu pengertian lifting, karena minyak yang ada di dalam bumi tidak disedot langsung berbentuk pertalite, pertamax, atau solar. Artinya masih dalam kondisi mentah sebelum dilifting. Sedangkan, kondisi dimana lifting yang dilakukan tidak sebanding dengan demand yang ada.

Melihat dari data yang diambil SKK Migas pun terlihat turun setiap tahun. Pengambilan kebijakan import dianggap tidak bijak karena hanya memberikan solusi bersifat temporer. Lain halnya jika pemerintah benar-benar serius dalam mencari solusi jangka panjang atau dengan memperbanyak volume lifting dan dapat memproduksi minyak sehingga menargetkan dapat memenuhi kebutuhan negeri.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun