" Marathon tanpa Derita, bagai Lari tanpa Cerita."[1]
Jika dibayangkan bisa menjadi cerpen dalam runtutan peristiwa dan tempat yang epic pada saat Mandiri Jogja Marathon 2019 berlangsung. Mari kita bedah sedikit tentang marathon FM dimana runners harus menempuh jarak 42KM dan bagaimana mereka menghadapi segala kondisi dan situasi yang mungkin ada sedihnya serta banyak bahagianya.
Acara yang berlangsung pada tanggal 28 April 2019 itu selaiknya bisa disebut pagelaran yang suksesnya bisa diulang lagi dari tahun ke tahun. "Seperti dilansir dari Tribunnews, ada sekitar 670 pelari mengikuti kategori full marathon, 1.530 pelari mengikuti kategori half marathon, 2.280 pelari mengikuti kategori 10K, dan lebih dari 3.000 pelari mengikuti kategori 5K."[2] dimana pihak panitia juga sudah membatasi peserta demi kenyamanan saat berlari, free running slots tidak juga dilupakan oleh panitia dengan pengadaan give away alias Gratisan yang pasti mengundang decak kagum bagi runners yang belum kebagian slot lari.Â
Euphoria peserta yang membuat panas dingin saat melihatpun terasa sewaktu perlombaan berlangsung, bagaimana tidak dari mulai orang tua dan anak-anak pun sukses membuat yang melihat terharu dan bangga. Acara yang diawali di area Candi Prambanan itu juga sukses menyedot kekepoan para penikmat, bagaimana tidak, pihak penyelenggara sungguh lihai mempromosikan kekayaan Candi Prambanan yang lebih romantis diresapi saat subuh buta, bayangkan melihat sunrise dengan berlari menyusuri keindahan yang mungkin bisa membuat siapa saja kangen dan kangen lagi.Â
Bukan hanya itu, penikmat acara juga disuguhkan dengan kelezatan kuliner Nusantara yang berjajar di area Candi Prambanan, selain itu event untuk menanti kedatangan runners mencapai garis Finish pun memanjakan mata para penikmat.
Lanjut ke epic-an jalur lomba Mandiri Jogja Marathon 2019 untuk FM 42KM bukan jalur yang singkat untuk dilalui  runners, diperlukan persiapan bukan hanya fisik tapi mental menghadapi medan pada jalur tersebut, tidak hanya medan runners harus mengejar batasan waktu yang telah ditentukan pihak panitia. "Titik start di lapangan utama Roro Jonggrang, selanjutnya pemandangan akan dinikmati mulai Km 13 hingga Km 15.Â
Pelari akan melihat Gunung Merapi, selanjutnya di Km 26, pelari akan disambut oleh Monumen Taruna Perjuangan dengan Museum Pelataran. Km 37-39 pelari ditemani oleh indahnya Candi Plaosan Lor dan Plaosan Kidul, sedangkan di Km 40 ada pemandangan Candi Sewu dan Candi Bubrah dan hingga akhirnya finish di Candi Prambanan."[3] dari kutipan berita Kompas, Race Director Mandiri Jogja Marathon telah menjelaskan secara gamblang jalur lomba Full Marathon pada acara tersebut. Saya akan membedah keseruan FM 42KM dilihat dari berbagai sudut pandang runners baik itu yang pro ataupun Virgin FM.Â
Pertama, saya rangkum dari postingan Instagram runner @pinanditabima, jalur 13KM merupakan jalur menanjak dan panjang sehingga untuk mengatasi keletihan ada beberapa runner yang melakukan foto-foto (bisa juga sebagai alasan untuk jalan kaki), di KM30 cuaca yang terik adalah hambatan runners untuk bisa dihadapi, meskipun pada KM22 cuaca sudah mulai terik pada saat itu.Â
Water station adalah area yang mungkin dinantikan runner saat cuaca mulai menggila, disana runner bisa meminta es dengan berbagai rasa, tidak hanya es, tempatnya es pun mungkin bisa didapat para runner. Runner @pinanditabima juga menuturkan saat lewat candi Plaosan, dia juga menyempatkan diri untuk bersua foto. Pada KM34, dia bertemu dengan sesama runner, KM37 baginya berasa sudah garis Finish, dan asiknya pada KM37 di water station tersedia makanan yang banyak bagi runners tidak ketinggalan runners yang akan mencapai finish akan dijemput dengan payung. KM40 jangan lewatkan untuk berfoto lagi entah untuk pencitraan ataupun untuk kebanggaan.Â
Jika Finish tidak melebihi waktu maka runners akan mendapat Medali FM. Setelah finish, untuk runners FM bisa menggunakan fasilitas pemulihan. Sedikit penuturan dari @pinannditabima yang mungkin bisa memberikan gambaran bagi penikmat yang belum sempat ke Mandiri Jogja Marathon 2019.Â
Dilanjutkan dari sudut runner wanita FM 42KM [4], agak berbeda dengan @pinanditabima, runner satu ini saat KM34 bercerita bahwa badannya mulai panas, karena pada KM34 sprinkle water mati maka satu cara terbaik adalah mengguyur muka dengan sponge. KM37 saat berada di water station (WS) @longrunrangers, ternyata di WS tersebut masih ada makanan seperti jajanan pasar yang berjajar di WS tersebut, belum lagi disuguhkan dengan musik dangdut untuk melepas penat para pelari. Tak luput juga dalam akunnya @midy28 menyebutkan bahwa dia juga ikut joget gara-gara musik dangdut. KM41,5 masih sama ceritanya kalau bertemu dengan sesama pelari hingga lanjut ke finish.