3. Jangan terpaku pada aturan yang kaku
Ketiga, jangan terpaku pada aturan yang kaku. Hakikat Kurikulum Merdeka adalah kebebasan dan kreativitas guru dalam menentukan apa yang terbaik bagi siswanya.Â
Dalam konteks ini, guru sebenarnya adalah "kurikulum abadi" karena merekalah yang paling tahu kondisi dan kebutuhan siswa di kelas. Dengan pemahaman ini, guru PAI dapat lebih fleksibel dalam mengelola waktu dan materi pembelajaran, sehingga tujuan spiritual dan moral siswa tetap tercapai.
4. Kolaborasi dan Diskusi antar Guru
Keempat, Kolaborasi dan Diskusi Antar Guru. Diskusi dan kolaborasi dengan rekan sejawat sangat penting. Guru PAI dapat berdiskusi tentang strategi yang paling efektif dalam mengajar, berbagi pengalaman tentang perilaku siswa, serta mencari solusi atas tantangan-tantangan yang dihadapi di lapangan.Â
Dengan berdiskusi, kita dapat saling menguatkan dan meningkatkan kualitas pengajaran, baik dalam hal agama maupun aspek lainnya.
Kesimpulannya dalam artikel ini adalah problem insyaAllah dapat teratasi dengan kolaborasi. Masalah yang dihadapi oleh guru PAI dalam implementasi Kurikulum Merdeka sebenarnya hanya terjadi dalam lingkup kecil dan spesifik. Dengan penerapan solusi-solusi yang tepat, kita dapat mengatasi tantangan ini.Â
Harapannya, melalui pendekatan yang lebih fleksibel dan kolaboratif, kualitas pendidikan agama di sekolah dasar tetap terjaga, tanpa harus mengorbankan tuntutan kurikulum yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H