Terlepas dari apa yang terlihat di media tentang implementasi Kurikulum Merdeka, aspek-aspek praktis seperti pembiasaan membaca Al-Qur'an dan pelaksanaan shalat di sekolah tampak kurang mendapat perhatian.Â
Padahal, kompetensi religius siswa juga harus menjadi prioritas, tidak kalah penting dengan penguatan profil pelajar Pancasila. seperti di lansir pada laman https://fokus.tempo.co/read/1560849/pro-kontra-kurikulum-merdeka-besutan-nadiem-makarim
Solusi
Terlepas dari problematika tersebut penulis menuliskan solusi yang mungkin relevan dengan problematika tersebut diantaranya :
1. Esensi Pembelajaran
Pertama, memprioritaskan esensi Pembelajaran atau fokus kepada apa yang ditentukan oleh kurikulum merdeka yaitu CP (Capaian pemebelajaran). Menghadapi berbagai tantangan tersebut, ada beberapa solusi yang bisa diambil.Â
Pertama, guru PAI harus tetap fokus pada esensi pembelajaran agama. Kurikulum Merdeka memang memberikan fleksibilitas, namun jangan sampai kita melupakan inti dari tugas kita sebagai guru PAI, yaitu menanamkan nilai-nilai Islam kepada siswa. Fokus pada pengajaran agama yang efektif dan bermakna harus tetap menjadi prioritas utama.
walaupun terlepas dari hal tersebut, kurikulum merdeka dapat menyesuaikan dengan apa yang dibutuhkan dalam pembelajaran di kelasnya masing-masing. Menjadikan setiap guru dapat menyusun program pembelajaran menyesuaikan dengan keadaan di kelasnya masing-masing.
2. Pembelajaran Berkelanjutan dan Fleksibilitas
Kedua, pembelajaran Berkelanjutan dan Fleksibilitas. Penting bagi guru PAI untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan kurikulum. Kurikulum Merdeka menuntut pembaruan dalam metode pembelajaran, dan ini harus dianggap sebagai kesempatan untuk memperkaya kualitas pengajaran.Â
Guru PAI harus terbuka terhadap pendekatan-pendekatan baru yang bisa diintegrasikan ke dalam pembelajaran agama, tanpa meninggalkan tujuan utamanya.