Mohon tunggu...
Fukky Winasis
Fukky Winasis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

UIN Sunan Kalijaga Bersumpah !

28 Oktober 2013   22:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:54 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

28 Oktober 1928. Merupakan salah satu hari yang menjadi tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan indonesia. SUMPAH PEMUDA. Adalah sumpah yang di anggap sebagai kristalisasi semangat pemuda untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.  Sumpah yang menegaskan cita-cita akan adanya “tanah air indonesia”, “bangsa indonesia”, dan “bahasa indonesia” yang satu. Sumpahnya seorang pemuda yang berjiwa energik, yang berjiwa patriotik, dan berjiwa nasionalis. Sumpahnya pemuda yang ingin membentuk negara Indonesia yang ‘baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur’ (Negeri yang subur, makmur, adil, dan aman).

Senin, 28 oktober 2013. Siang tadi selepas ibadah salat dhuhur, kurang lebih 10 mahasiswa  Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogayakarta berikrar di depan gerbang utama kampus perjuangan, kampus putih, kampus rakyat, kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogayakarta. Dengan cuaca yang mendung karena siang tadi bumi Jogja di guyur hujan, para mahasiswa tetap saja menjalankan aksi ikrar mereka dengan semangat yang berapi-api. Tak peduli begitu padat dan ramainya kendaraan yang berlalu-lalang, tak peduli derasnya hujan mengguyur tubuh mereka, tak peduli pandangan jelek dari orang lain, mereka tetap dengan semangat yang berkobar mengikrarkan sumpah pemuda.

Dengan mengepalkan tangan kiri dan menjulangkannya ke atas, mereka memulai ikrar mereka dengan mengumandangkan isi “Sumpah Pemuda”.

Berikut isi ‘Sumpah Pemuda’ ,

Pertama,

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu,

tanah air Indonesia.

Kedua,

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu,

bangsa Indonesia.

Ketiga,

Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan,

bahasa Indonesia.

Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu “Darah Juang”.

Sedikit sejarah tentang lagu ‘Darah Juang’. Lagu Darah Juang adalah lagu yang sangat legendaris sejak beberapa tahun yang lalu. Lagu ini diciptakan oleh John, seorang aktivis sekaligus mahasiswa jurusan filsafat Universitas Gajah Mada Yogyakarta tahun 1986. Lagu ini ada berawal dari kegelisahan John Tobing terhadap fakta bahwa Indonesia adalah negeri dengan limpahan kekayaan dan tanah subur luar biasa, tetapi ‘Kenapa banyak rakyatnya yang menderita?’. Seorang petani yang daerahnya terhampar luas hutan karet, namun ia hanya menjadi buruh perkebunan yang di bayar murah. Adapula petani yang memiliki ladang perkebunan sebagai ladang penghasilan, justru direbut para tentara untuk tempat pelatihan. Selain itu, banyak anak-anak berpakaian dekil dan ‘ingusan’ menggembala kambing, kerbau, dan lainnya, melihat teman sebayanya berangkat sekolah dengan tatapan nanar.

Berikut lirik lagu ‘Darah Juang’ yang dinyanyikan oleh mahasiswa dengan syahdu nan pilu,

Di sini negeri kami,

Tempat padi terhampar,

Samudranya kaya raya,

Tanah kami subur Tuhan.

Di negeri permai ini,

Berjuta rakyat bersimbah luka,

Anak kurus tak sekolah,

Pemuda desa tak kerja.

Mereka di rampas haknya,

Tergusur dan lapar,

Bunda relakan darah juang kami,

Untuk membebaskan rakyat,

Padamu kami berjanji

Usai mengikrarkan ‘Sumpah Pemuda’ dan menyanyikan lagu ‘Darah Juang’, selanjutnya mereka mendeklarasikan keinginan mereka sebagai pemuda harapan bangsa di tengah jalan. Tindakan ini bisa di anggap gila, namun yang namanya aksi itu harus berani berbuat tanpa mengabaikan resiko yang terjadi.

Kurang lebih 3 jam para mahasiswa mendeklarasikan sumpah pemuda, akhirnya tibalah saatnya lingkaran kecil itu harus dibubarkan tentunya dengan rasa khidmat.

Besar harapan, semoga dengan aksi sumpah pemuda dari segelintir mahasiswa UIN Sunan Kalijaga ini tidak menghasilkan hasil yang sia-sia. Karena kami semua yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa pasti mendengar semua ikrar kami. Dan kami yakin suatu saat nanti ikrar kami pasti terealisasikan. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun