Mohon tunggu...
Fuji Zanuari Astutik
Fuji Zanuari Astutik Mohon Tunggu... Guru - GURU KELAS

Guru Penggerak Angkatan 8 Google Master Certified Konten Kreator BBGP Jateng S2 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Pemimpin Berkualitas dengan Memberdayakan Aset

3 Oktober 2023   08:35 Diperbarui: 3 Oktober 2023   08:38 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompasiana.com/elmiyasari6205/628662821583477c861c94c2/trik-and-tips-mengelola-7-aset-sekolah-dengan-pendekatan-asset-based-thingking?page

Sekolah merupakan sebuah ekosistem yang terdiri dari dua asset yaitu asset biotik dan asset abiotic. Aset biotik merupakan asset hidup yaitu:

  • Murid
  • Kepala Sekolah
  • Guru
  • Staf/Tenaga Kependidikan
  • Pengawas Sekolah
  • Orang Tua
  • Masyarakat sekitar sekolah
  • Dinas terkait
  • Pemerintah Daerah

Sedangkan asset abiotic merupakan asset yang tak hidup  yang berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Adapun asset abiotic dapat berupa:

  • Keuangan
  • Sarana dan prasarana
  • Lingkungan alam

Disekolah pasti ada kekurangan dan juga kelebihan yang dimiliki. Pandangan ini akan berpegaruh dengan peningkatan sekolah. Ada 2 pendekatan bagaimana kita memandang sumber daya sekolah yaitu:

Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer. Pada pendekatan ini kita bertumpu pada kekuatan yang kita miliki (asset yang kita miliki). Jadi, kita dapat menggunakan Aset yang kita miliki untuk meningkatkan kualitas sekolah, disini mendorong guru untuk berfikir aktif, kritis, inovatif dan mandiri.

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Guru disini biasanya akan selalu mengeluhkan fasilitas yang kurang di sekolah. Sehingga akan timbul aura negatif, dan berkurangnya motovasi dalam bekerja, sehingga sekolah akan STUCK. Warga sekolah tidak akan bergerak, tidak memiliki inovasi.

Kita bisa meihat dari kedua pendekatan tersebut yang paling baik menurut saya adalah menggunakan pendekatan berbasis aset (asset-based approach). Kita di sekolah juga disebut dengan komunitas. Sehingga kita bisa menggrakkan mereka di sekolah dengan pendekatan Asset-Based Community Development (ABCD) atau dalam Bahasa Indonesia disingkat PKBA (Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset ). Pendekatan ini menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Intinya PKBA ini fokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Disini Seorang pemimpin akan berperan sebagai fasilitator dalam menggerakkan dan memimpin komunitasnya. Komunitas yang sehat menurut Bank of I.D.E.A.S (2014) adalah sebagai berikut:

  • Mempraktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat
  • Menumbuhkan komitmen terhadap tempat
  • Membangun koneksi dan kolaborasi
  • Mengenal dirinya sendiri dan membangun asset yang ada
  • Membentuk masa depanya
  • Bertindak dengan obsesi ide dan peluang
  • Merangkul perubahan yang bertanggung jawab
  • Menghasilkan kepemimpinan

Pemimpin sekolah dapat menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk meningkatkan kualitas sekolahnya.  Pemimpin sekolah dapat menggunakan memetakan asset menggunakan kerangka dari Green dan Haines (2016). Menurut Green dan Haines (2016) ada 7 aset utama yang dapat dimanfaatkan yaitu:

https://www.kompasiana.com/elmiyasari6205/628662821583477c861c94c2/trik-and-tips-mengelola-7-aset-sekolah-dengan-pendekatan-asset-based-thingking?page
https://www.kompasiana.com/elmiyasari6205/628662821583477c861c94c2/trik-and-tips-mengelola-7-aset-sekolah-dengan-pendekatan-asset-based-thingking?page
  • Modal manusia
  • Modal sosial
  • Modal politik
  • Modal agama dan budaya
  • Modal fisik
  • Modal lingkungan/alam
  • Modal finansial

Bagaimana cara menggunakan asset  di dalam kelas, sekolah dan masyarakat? 

Contoh dengan kita menggunakan asset politik.  Kita bekerjasama dengan puskesmas untuk berbagai macam kegiatan Kesehatan. Impelmentasi di kelas kita bisa mengundang narasumber dari puskesmas untuk memberikan sosialisasi tentang cara menggosok gigi dengan tepat, sosialisasi seks dan sosialisasi kesehatan lainya.

Implementasi di sekolah dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler  dokter kecil yang bekerjasama dengan puskesmas. Kegiatan ini tentunya untuk membekali siswa terpilih sebagai contoh dan koordinator dalam memberikan pelayanan kesehatan yang sederhana disekolah. Diharapkan sdaiswa memliki ketrampilan perilaku yang sehat, dapat menerapkan gaya hidup yang sehat baik di rumah maupun di sekolah.

Kegiatan selain dokter kecil adalah pemeriksaan kesehatan dan pemberian imunisasi kepada siswa. Hal ini tentunya ada hubunganya dengan implementasi di masyarakat. Dengan adanya pemeriksaan kesehatan siswa akan lebih memperhatikan Kesehatan dirinya sehingga akan tumbuh menjadi masyarakat yang sehat dan mendukung kegiatan di lingkungan sekitarnya.

Bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas?

Pengelolaan sumber daya (aset) di sekolah yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Contohnya di sekolah kami yang berada di pegunungan dan jauh dari perkotaan merupakan sekolah kecil yang kekurangan media pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus bisa menggunakan aset yang ada di sekolah untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah. Guru kelas IV ingin memberi materi tentang bagian dan fungsi telinga. Kami tidak ada media pembelajaran yang bisa digunakan. Kemudian guru tersebut berfikir untuk menggunakan gawai yang dimilikinya untuk mmebuta media pembelajaran AR menggunakan aplikasi Asembler Education untuk menampakkan bagian-bagian telinga yang tidak dapat  dilihat dengan mata. Sehingga pembelajaran tetap berlangsung dengan kondusif dan menyenangkan.

Bagaimana hubunganya dengan materi lain?

Sekolah pasti mempunyai visi dan misi yang diharapkan terwujud. Dari visi tersebut sekolah membuat prakarsa perubahan berupa kegiatan-kegiatan yang dapat mewujudkan output siswa sesuai dengan visi misinya. Salah satunya dengan membudayakan budaya positif di sekolah. Sesuai dengan pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara seorang guru harus berpihak pada murid dan memberikan pelayanan sesudai kodrat masing-masing anak. Maka, guru menggunakan pembelajaran yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan semua murid. Guru merencakana proses pembelajaran yang mengandung 4 unsur yaitu pembelajaran berdifferensiasi, budaya poitif, pembelajaran sosial emosional dan memasukkan mindfulness. Sekolah sebagai sebuah komunitas sebaiknya menggunakan aset based thingking dalam meningkatkan kualitas sekolahnya.

Sebelumnya saya berfikir bahwa kekurangan dari sebuah sekolah menghambat peningkatan kualitas sekolah, Namun, setelah mempelajari modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, ternyata mindset kita yang salah.  Sebagai pemimpin, kita harus dapat berfikir aset based thingking. Kita dapat memetakan aaset yang kita miliki kemudian memanfaatkan aset tersebut untuk mendukung kegiatan di sekolah agar kualitas sekolah kita meningkat. Setelah di petakan ternyata banyak sekali aset yang dapat kita manfaatkan untuk meningkatkan kualitas sekolah kita.  Mari kita merubah mindset kita dengan menggunakan pemikrian aset based approach. Jadilah pemimpin yang berkualitas dengan memberdayakan aset yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun