Mohon tunggu...
Fuji Lindya
Fuji Lindya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pedagang

Pedagang yang sedang berproses jadi pengusaha besar dan suka dunia menulis yang ingin punya buku biografi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menasehati Bukan Memarahi

6 Agustus 2022   12:28 Diperbarui: 6 Agustus 2022   12:36 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

 

“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (QS. Al Asr ayat 3)

Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Al Imron ayat 104)

Dari dua ayat di atas setidaknya kita mengetahui bahwa nasihat menasihati bukanlah hal yang remeh apalagi tak punya tujuan. Tapi saling memberi nasihat dan menasihati itu ada perintahnya dari Allah SWT yang disampaikan dalam Al Qur’an. Sudah dipastikan ketika melakukannya berarti mematuhi perintah-Nya.

Memberikan nasihat artinya memberikan ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik. Sebagai muslim ukuran baiknya itu yang sesuai pedoman yang diajarkan Rasulullah bersumber Al Qur’an dan Sunah.

Jadi memberikan nasihat bukan diartikan marah memarahi orang lain karena kesalahan yang diperbuat. Memberikan nasihat ada etikanya. Karena pada dasarnya suatu nasihat diberikan untuk tujuan baik, maka sudah seharusnya nasihat diberikan dengan cara yang baik agar suatu kebaikan tersebut dapat diterima dengan baik pula.

Etika memberikan nasihat:

1. Niat Ikhlas karena Allah SWT.

Sudah diketahui bahwa suatu nasihat diberikan itu ada perintah-Nya. Maka mengerjakannya dapat berpeluang jadi ibadah. Karena itu niat ikhlas karena Allah SWT harus dilahirkan sebelum memberikan suatu nasihat.

2. Disampaikan dengan cara yang baik.

Berdasar QS Thaha ayat 44, Nabi Musa dan Harun saja ketika disuruh menasihati Firaun (orang yang keras kepala dan mengaku Tuhan) diperintahkan untuk berbicara dengan lemah lembut.

Sementara kita bukan Nabi dan bukan orang seperti Firaun pula yang dinasihati. Maka memberikan nasihat harus dilakukan dengan cara yang baik. Bukan memaki atau marah-marah.

3. Tabayyun

Ketika memberikan nasihat jangan asal menasihati. Apalagi kalau nasihat hendak diberikan karena ada permasalahan sebelumnya. Agar menasihati sesuai dengan keadaan dan tidak memperkukuh suasana maka perlu dilakukan sebelum suatu nasihat diberikan.

4. Nasihat tidak harus diterima.

Jangan sedih dan putus asa jika nasihat yang diberikan kemudian belum diterima orang yang bersangkutan. Karena urusan hati dan hidayah itu urusan Allah, tugas kita sebagai manusia hanya memberikan nasihat. Kalaupun orang yang bersangkutan dapat melakukan kebaikan dari nasihat yang diberikan oleh kita, itu kebaikan. Dan kalaupun tidak melakukannya, memberi nasihat baik saja kepada orang lain juga termasuk kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun