Mohon tunggu...
Fujiati
Fujiati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Indonesia

Mahasiswa Sastra Indonesia dengan ketertarikan mendalam pada dunia penulisan dan pengeditan. Minat saya terhadap kajian bahasa telah membawa saya pada perjalanan akademis yang penuh dengan eksplorasi bahasa, budaya, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Nyatakah Dominasi Kata Hoaks?

5 Juli 2024   16:25 Diperbarui: 5 Juli 2024   16:52 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dinamis dan selalu berubah seiring waktu. Seiring dengan perkembangan teknologi dan media sosial, muncul kata-kata baru yang mencerminkan fenomena sosial terbaru. Salah satu kata yang sangat relevan dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia adalah "hoaks". Kata "hoaks" muncul akibat sebuah fenomena maraknya berita bohong yang tersebar di media sosial. 

Kata "hoaks" berasal dari bahasa Inggris yaitu "hoax" yang berarti tipuan atau berita bohong. Kata ini mulai populer di Indonesia seiring dengan meningkatnya akses masyarakat terhadap internet dan media sosial. Banyaknya informasi yang tersebar melalui platform digital sering kali tidak terverifikasi kebenarannya, sehingga menimbulkan banyak kesalahpahaman dan disinformasi. Dalam konteks inilah kata "hoaks" mulai digunakan secara luas untuk merujuk pada informasi palsu atau menyesatkan yang disebarkan dengan berbagai tujuan, baik itu untuk kepentingan politik, ekonomi, maupun sosial. 

Oleh karena penggunannya yang luas di masyarakat, kata "hoaks" diserap dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut KBBI daring, penulisan yang benar adalah "hoaks". Penambahan imbuhan "ks" di belakang merupakan ciri dari bentuk kata serapan dari bahasa asing (penggantian huruf x pada kata "hoax"). Dalam KBBI, hoaks diartikan sebagai informasi bohong dan dikategorikan sebagai ragam cakapan nomina. Kategori ini menunjukkan bahwa kata "hoaks" digunakan dalam bahasa sehari-hari atau dalam konteks informal. 

Walaupun kata "hoaks" sudah dipakai secara luas di Indonesia, namun kata ini belum sepenuhnya diserap dalam bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari belum tuntasnya proses adaptasi kata "hoaks" dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, banyak kata serapan dari bahasa asing yang mengalami proses adaptasi sehingga sesuai dengan struktur bahasa Indonesia. Salah satu proses adaptasi yang belum dimiliki oleh kata "hoaks" adalah tidak adanya bentuk turunan. 

Kata "hoaks" sebagai nomina tidak memiliki kata turunan yang bermakna sebagai pelaku tindakan. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, kata "tipu" memiliki turunan "penipu" untuk merujuk pada orang yang melakukan tindakan menipu. Namun, untuk kata "hoaks," belum ada kata seperti "pehoaks" atau "penghoaks" yang diakui dan digunakan secara luas. 

Selain tidak memiliki bentuk pelaku, kata "hoaks" juga kurang memiliki varian lain seperti kata kerja. Dalam bahasa Inggris, kata "hoax" bisa digunakan sebagai kata kerja (contoh: "to hoax someone"), namun dalam bahasa Indonesia, penggunaan "menghoaks" belum umum dan cenderung terdengar janggal. Oleh karena itu, kata ini belum sepenuhnya diserap dalam bahasa Indonesia. 

Kata "hoaks" yang memiliki makna sebagai "berita bohong", menjadi penanda penting dalam membantu masyarakat untuk lebih waspada terhadap informasi yang mereka terima. Secara sekilas, kata "hoaks" ini memiliki makna yang hampir mirip dengan kata "bohong". Maka dari itu, tak jarang kata ini dipakai untuk menggantikan istilah kata "bohong" dan membuat kata "hoaks" lebih mendominasi daripada kata bohong untuk saat ini. 

Kata "bohong" telah lama digunakan dalam bahasa Indonesia untuk merujuk pada sesuatu yang tidak benar atau menyesatkan. Namun, dengan meningkatnya penggunaan internet, munculnya informasi yang tidak akurat atau palsu menjadi semakin sering. Dalam konteks inilah kata "hoaks" mulai digunakan lebih luas daripada kata "bohong". Selain itu, berbeda dengan "bohong" yang cenderung digunakan dalam konteks interpersonal sehari-hari, "hoaks" lebih sering digunakan untuk merujuk pada informasi palsu yang disebarkan secara massal melalui media digital. 

Saat ini, kata "hoaks" telah mendominasi dan memiliki tempat penting dalam bahasa Indonesia untuk menggambarkan penyebaran informasi palsu di era digital. Namun, kata "bohong" tetap relevan dan penting untuk menggambarkan kebohongan personal dan interpersonal. Kedua kata ini memiliki fungsi dan konteks penggunaan yang berbeda, dan keduanya diperlukan untuk menggambarkan berbagai aspek dari informasi yang tidak benar. 

Referensi 

Hayani, Z. 2023. Kata Baku yang Tepat: Hoaks atau Hoax?. Genta FKIP. Diakses melalui https://genta.fkip.unja.ac.id/2023/12/15/kata-baku-yang-tepat-hoaks-atau-hoax/ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun