Kulukis pantai berpasir putih bersama lautnya yang biru dalam satu bait puisi. Kulukis udara nan sejuk, hamparan hijau pepohonan yang menyempurnakan keindahan alam pegunungan dalam satu bait puisi.
Tapi, tidak ada satupun kata yang pantas, kalimat yang sempurna, dan jutaan bait puisi yang pantas menggambarkan betapa berharganya dirimu, betapa kata cantik masih kurang untukmu, dan kata indah mempesona tak berarti apa-apa dibandingkan dengan sosokmu.
Kemudian, aku renungkan siang dan malam untuk mencari kalimat yang tepat, hanya untuk sekedar merangkum senyummu dalam seuntai syair, tapi tak cukup waktu dan tidak akan cukup perbendaharaan yang aku ketahui pada semesta alam ini mampu menggambarkanmu sosokmu.
Dan aku sadari, engkau hanya bisa dirangkum oleh surga firdaus, tapi aku tahu surga firdaus itu terletak tak jauh dari langkah kakimu, karena aku merasakan damai dan tenang saat melihatmu.
Maka aku harus rela mati untuk bertemu malaikat dan memohon ijin untuk sekedar melihat surga firdaus, agar nalarku sampai pada sebuah pengetahuan yang hanya cukup untuk menggambarkan senyummu (bagai surga firdaus).
fujiep
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H