Mohon tunggu...
Fufut Tri Nur Indah
Fufut Tri Nur Indah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak IPB University

Pemerhati Anak dan Keluarga

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Perselingkuhan Berakar dari Pengasuhan Masa Kecil yang Kurang Optimal dan Salah Memilih Lingkungan Pertemanan

26 Agustus 2024   12:44 Diperbarui: 26 Agustus 2024   13:12 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Viralnya kasus dugaan perselingkuhan istri dari pesepakbola nasional Arhan Pratama cukup membuat publik kecewa dan bersimpati . Terlepas benar atau tidaknya rumor yang beredar, satu yang pasti bahwa perselingkuhan itu tidak baik untuk dilakukan. Individu yang melakukan perselingkuhan dianggap tidak memiliki kemampuan berkomitmen dalam suatu hubungan. Asal permasalahan kenapa seseorang memiliki kecenderungan berselingkuh dapat berakar dari pengasuhan sedari kecil.

Anak-anak merupakan mesin fotokopi handal yang mampu meniru apapun yang terjadi di lingkungan tumbuh kembangnya. Modeling yang salah pada orang tua yang kurang memberikan contoh kesetian, misalnya penghianatan ayah atau ibu membuat anak tumbuh dengan ketidakpercayaan terhadap pasangan. Modeling tersebut akan dibawa sampai dewasa, "jika dahulu semasa kecil saya dapat hidup dalam kondisi keluarga yang kacau tentu anak-anak saya juga bisa demikian, kehidupan akan tetap berjalan normal" begitulah kira-kira mindset dari orang dewasa yang sudah berkeluarga tetapi memiliki trauma masa kecil. Oleh karena itu bagi yang ingin membina rumah tangga, penting untuk memilih pasangan dari keluarga utuh.

Contoh lainnya adalah beberapa kehidupan para artis yang kurang dapat berkomitmen dalam rumah tangga, mayoritas mereka berasal dari keluarga yang tidak utuh. Ketiadaan figur salah satu orang tua mengakibatkan pengasuhan yang kurang memberikan harga diri dan rasa percaya diri pada anak. Hal tersebut menstimulasi anak untuk mencari pengakuan dari luar, mendorong anak mencari perhatian banyak orang sehingga tidak jarang anak akan menjadi alkoholik, penyalahan obat, bahkan menjadi individu pelaku perselingkuhan di masa depan.

Lalu apakah memang individu yang berasal dari keluarga yang tidak utuh (broken home) tidak layak untuk dinikahi? Pada beberapa kasus tetap layak, misalnya dia tumbuh dalam model pengasuhan yang baik pasca perceraian orang tuanya, adanya modeling komunikasi sehat antara ayah ibunya setelah perceraian, serta anak broken home yang memiliki kesehatan emosional dan mental yang baik akibat pengalaman hidup maupun didikan agama serta faktor lainnya. Kesehatan mental yang baik ini dapat terwujud dalam hal kemampuan anak broken home untuk fokus pada pendidikan, pengembangan diri, karir, kemampuan menyelesaikan konflik di sekitarnya, serta lingkungan sosial dia berada.

Pengaruh lingkungan sosial atau pergaulan yang salah memberikan gambaran nyata bagaimana individu nantinya berpikir dan bertindak. Seseorang yang berada pada lingkungan yang menormalisasi perselingkuhan tentu akan menganggap bahwa berselingkuh merupakan perilaku yang dapat diterima. Berkawan dengan penjual arang akan bau arang, berkawan dengan penjual minyak wangi akan bau wangi. Begitu halnya dengan lingkungan pekerjaan, beberapa profesi tertentu, juga tidak dapat dipungkiri memiliki kerentanan perselingkuhan yang tinggi dibandingkan profesi tertentu lainnya.

Pengasuhan masa kecil dan lingkungan memang berpengaruh terhadap kecenderungan perilaku berselingkuh. Namun, setiap individu memiliki kapasitas yang mumpuni untuk dapat berkembang dan berubah. Sangat penting melakukan langkah positif, peningkatan religiusitas, dukungan serta komitmen terhadap pasangan dalam bersinergi meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk menjalin hubungan yang sehat apapun itu profesi dan latar belakang pengasuhan pasangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun