"Biasa. Anak kecil kalau malam kan gitu."
"Ya tetep lah, keganggu."
"Dia nggak akan denger," meski lemah, tapi ada penekanan dalam kalimatnya. Tatapan matanya kosong ke depan, seperti menghindari memandang saya.
Saya mengernyit. Menyadari, bahwa ada sesuatu yang belum ia ceritakan.
"Anakku itu, pengguna ABD. Jadi kalau dia sedang tidak pakai ABD ya kamu mau teriak-teriak di dekat nya pun dia nggak akan denger."
Saya diam sesaat. Tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Saya seperti ditampar Tuhan selama beberapa detik. Kehidupan yang sebelumnya saya pandang sempurna, ternyata ada setitik riak kepedihan. Dan sahabat macam apa saya ini? Padahal Magelang bukanlah wilayah luar pulau, tapi baru hari itu saat usia anak keduanya menginjak 2 tahun saya baru tau dan baru menyempatkan diri menengoknya padahal saya sering ke Jogja. Menyempatkan diri ke Magelang, tentunya bukan perkara susah jika ditempuh dari Jogja andaikan saya punya niatan. Tapi ahh, lagi-lagi, saya terlalu sering bersembunyi dalam dalih kesibukan untuk sekedar menengok seorang kawan.
"Waktu hamil, aku kena campak Rubella, panas dan bintik-bintik merah," ceritanya lagi. Kini giliran saya menghela nafas. Lagi-lagi, saya harus mendengar tentang TORCH. Beberapa waktu sebelumnya, saya pernah membahas pnyakit ini dengan seorang teman.
TORCH (Toksoplasma, Rubella, CMV dan Herpes), virus yang merupakan musuh utamanya bagi para wanita dan anak-anak karena bisa menyebabkan beragam kecacatan dan kelainan. Rubela sendiri adalah virus yang namanya populer belakangan ini lantaran vaksin MR untuk mencegah virus ini sempat diwarnai polemik. Yah, Rubella, Sebuah virus yang siapa sangka sudah membawa korban sahabat saya sendiri.Â
Sebagai orang yang pernah bekerja di Rumah Sakit, informasi ini bukan hal baru bagi saya. Rubella memang cukup meyeramkan, namun mendengar langsung dari orang dekat yang mengalami sendiri akibat Rubella, informasi itu jadi jauh lebih menggetarkan hati.
"Sewaktu aku sama suami dikasih tahu informasi itu, Da, hatiku hancur sekali rasanya. Ibu mana, yang nggak remuk diberitahu kemungkinan besar anaknya bakal lahir cacat? Waktu itu dokter udah ngasih alternatif untuk digugurkan. Pumpung belum ada nyawanya."