Sebuah gunungan bertuliskan Asian Games saya ambil dari kotak tumpukan  sample-sample souvenir di Galeri Kampung Wayang Kepuhsari Manyaran Wonogiri.
"Ini untuk undangan Asian Games itu pak?" tanya saya pada Pak Sutar. Salah satu pengrajin wayang yang saya temui di sana.
"Betul Mbak, itu untuk undangan tamu-tamu penting. Itu sama wayangnya juga," Pak Sutar lantas menunjukkan kepada saya beberapa wayang yang jadi maskot Asian Games.
Saya mengulun senyum. Salah satu alasan saya tergerak mendatangi Kampung Wayang Kepuhsari memang untuk melihat ini. Melihat secara langsung Bhin Bhin, Atung, serta Kaka versi wayangnya.Â
Jika bukan karena Kampung Wayang Kepuhsari muncul di Hitam Putih, dan sebuah akun hits instagram yang menyebut bahwa souvenir Asian Games diproduksi di kampung ini, mungkin saya tak akan benar-benar tergerak mengunjungi Kampung Wayang Kepuhsari.Â
Soal traveling saya lebih suka mengunjungi wisata alam, jarang saya melirik wisata berupa sentra industri semacam ini. Tapi kali ini beda. Saya berpikir: sinambi saya menunggu hari pelaksanaan Asian Games yang tinggal beberapa hari lagi, kenapa saya tidak berkunjung saja ke Kampung Wayang Kepuhsari?
Pada  kedatangan saya pertama kali ke kampung wayang ini saya mendapat cerita mengenai Kampung Wayang Kepuhsari yang berusaha terus menjaga warisan budaya dari generasi ke generasi. Inilah yang membuat saya bangga, ternyata Wonogiri punya tempat semenarik ini.
Tak cukup sekali saya datang ke sana. Pada akhirnya, beberapa waktu lalu saya memutuskan untuk kembali menengok Kampung Wayang Kepuhsari di sela-sela waktu luang saya.
"Kulo niku mboten percoyo Mbak, bakal sampe ten pundi-pundi --saya itu nggak percaya mbak, bakal sampai dimana-mana--" Â Kali ini, saya bertemu Mbak Retno, koordinator Pokdarwis Tetuka -sebutan untuk Pokdarwis Kampung Wayang Kepuhsari-. Tetuka sendiri adalah nama masa kecil Gathutkaca.Â
Ketika perintisan awal desa wisata Kepuhsari, nama ini dipilih, harapannya Kampung Wayang nantinya akan besar seperti Gathotkaca yang memiliki otot  kawat balung wesi. Yeah, mungkin maksudnya supaya desa ini senantiasa kuat menjaga tradisi meski pergantian zaman terus terjadi.
Dari penuturan Mbak Retno, usai permintaan produksi souvenir Asian Games, Kampung Wayang  jadi lebih sering disorot. Cukup banyak media-media yang datang meliput, termasuk kemunculannya di acara Hitam Putih beberapa bulan lalu. Ia tak pernah mengira sebelumnya, bahwa membuat souvenir Asian Games akan membuat dirinya dan Kampung Wayang Kepuhsari bakal lebih dikenal publik.
"Ada 65 set yang kami kirim ke Jakarta. Masing-masing set berisi 4 biji," Mbak Retno lantas menunjukkan 4 biji yang ia maksud, yakni: undangan berbentuk gunungan, wayang Bhin Bhin, Kaka, serta Atung.
"Awalnya gimana itu Mbak, Kok sampai bisa diminta bikin souvenir Asian Games?" meskipun saya sudah mendengar penjelasan Mbak Retno di acara Hitam Putih dulu, saya ingin mendengar lagi ceritanya secara langsung.
Sempat tak ada kabar selama setahun sejak ia menyerahkan desain dan sample, membuat Mbak Retno nyaris lupa mengenai permintaan itu. Namun di tahun 2017 akhirnya ia dihubungi kembali bahwa desain yang ia ajukan disetujui.
Dalam penggarapannya, produksi souvenir Asian Games ini Mbak Retno melibatkan sekitar 7 pengrajin wayang di Kampung Wayang Kepuhsari Wonogiri. Souvenir wayang Asian Games ini pun dibuat seperti layaknya wayang pada umumnya, yakni ditatah dan dibuat dari bahan kulit kerbau serta diberi gapit asli dari tanduk kerbau.Â
Pada undangan gunungan diberi ciri khas sedikit tatahan patran. Patran, atau motif bercorak dedaunan biasanya dibuat di atas sebuah gunungan wayang. Jika gunungan wayang asli, menurut Pak Sutar dulu, pembuatan patran adalah yang paling sulit dan lama lantaran tidak boleh putus dan dibuat tanpa digambar lebih dulu.
Bhin Bhin si burung cendrawasih memiliki rompi motif Asmat Papua yang lucu. Bhin Bhin mewakili keanekaragaman Indonesia bagian Timur. Ia merepresentasikan mengenai strategi lantaran ia burung yang pintar.
Jadi  ya semoga nanti penyelenggaraan Asian Games dari pembukaan hingga penutupan berjalan dengan lancar, aman dan bisa mengharumkan nama Bangsa Indonesia. Pun, gunungan juga melambangkan mengenai simbol kehidupan, dimana di sana ada alam raya beserta isinya.Â
Dan bukankah tiap-tiap kehidupan memiliki energi? Jadi saya memaknai sendiri, gunungan sebagai ajakan "Mari menyatukan Energi Untuk Indonesia di Ajang Asian Games 2018."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H