Mohon tunggu...
Nur Rohmi Aida
Nur Rohmi Aida Mohon Tunggu... lainnya -

ingin berkeliling dan mendapati segala hal keindahan yang dimiliki bumi ini...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyuling Cerita Lampau dan Pengetahuan di Museum Atsiri

22 Juli 2016   15:20 Diperbarui: 23 Juli 2016   01:30 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangunan museum atsiri terasa aneh bagi saya. Baru kali ini saya melihat bangunan seperti itu. Tiap dindingnya berkerawang dan jika dilihat secara keseluruhan sepertinya bangunan ini belum sepenuhnya jadi.

Benar saja, kesimpulan saya ternyata terdukung bukti dari cerita Mbak Sri dan juga cerita yang tertulis di website resmi rumahatsiri.com. Museum atsiri dulunya merupakan sebuah pabrik untuk penyulingan minyak atsiri. Pabrik ini merupakan salah satu projek mercusuar Bung Karno yang hilang dari catatan. Pabrik ini merupakan salah satu bentuk kerjasama Pak Karno dengan pemerintah Bulgaria. Awalnya, pabrik digarap langsung dibawah naungan arsitek Bulgaria dengan mendatangkan beberapa material bangunan langsung dari Bulgaria sana. Tapi belum sampai selesai, para tenaga ahli Bulgaria sudah kembali ke negaranya lantaran adanya ketakutan masalah G30 S PKI, mengingat Bulgaria juga merupakan salah satu negara komunis.

“Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya”

Pepatah itu begitu senada dengan visi yang diusung oleh museum atsiri. Dalam websitenya di rumahatsiri.com terjelaskan bahwa salah satu visi dari museum ini adalah

“Melanjutkan cita-cita Soekarno menjadi Mercusuar Dunia di bidang Minyak Atsiri untuk menyejahterakan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia”

Menuju Era Museum atsiri masa depan

Saya mengedarkan pandang. Museum atsiri berdiri di atas lahan yang begitu luas. Sekitar 2 hektare. Pemandangan pegunungan tawangmangu, hijaunya persawahan serta sebuah lapangan di dekatnya dengan rumput yang tertata begitu rapi menjadi latar penghias museum ini. Diantara view yang terasa menentramkan, sepoi-sepoi  angin menghembuskan udara yang segar khas daerah Tawangmangu. Berhembus memberikan kesegaran

“Rencana di sebelah sini akan ditanam mawar,” Mbak Sri menjabarkan rencana ke depan museum atsiri sembari menunjuk areal tempat dimana akan ditanam bunga mawar. Dari penuturannya, museum atsiri di masa depan akan diubah menjadi tempat wisata sains yang menarik.

Penanaman mawar, tentunya bukan tanpa alasan, mengingat mawar yang karena keharumannya banyak dijadikan sumber zat pengharum atau corigen odoris dalam campuran pembuatan obat maupun kosmetika.

tanaman kayu putih
tanaman kayu putih
Tidak jauh dari bakal lokasi ditanamnya mawar, sebuah pohon kayu putih yang masih belia, tampaknya baru saja ditanam beberapa hari sebelum kedatangan kami. 

Tentu saja, kayu putih juga merupakan sumber minyak atsiri yang banyak dipakai dalam industry obat-obatan. Senada dengan hal ini, Mbak Sri juga  menunjuk area tempat bakal ditanamnya tanaman sereh. Sereh Wangi dengan nama ilmiah Cymbopogon nardus. Hem, ingatan saya langsung terbang ke pelajaran Farmakognosi beberapa tahun silam.

“Di sebelah sini, adalah area jalur untuk difabel,” tunjuknya pada sebuah jalur tanah, yang kelihatan baru saja dibuat. Rupanya, harapan ke depannya, museum atsiri ini juga menjadi tempat yang ramah bagi para penyandang difabel agar mereka bisa ikut serta merasakan manfaat keberadaan museum atsiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun