Mungkin, suatu saat, orang akan berkata : "Kami tidak butuh PC ataupun Laptop untuk melakukan pekerjaan rutin kantor kami sehari-hari. Kami hanya butuh smartphone untuk melakukan semua itu. " -------------------------------------- Mungkinkah hal diatas terjadi ? Sangat mungkin !! Bahkan, sudah bisa kita wujudkan. Silahkan baca lebih lanjut. Jika berminat, bisa mengikuti penjelasan pada tulisan ini.
Tidak ada PC sama sekali dalam gambar itu, semua pekerjaan dikerjakan oleh sebuah smartphone yang ada dikaki monitor. Sebuah keyboard wireless, dan sebuah mouse wireless untuk perangkat input-nya. Sebuah speaker aktif kecil yang ada dibelakang monitor untuk memperkeras suara. Mic dan webcam cukup menggunakan kamera dan mic dari smartphone saja. Sang smartphone masih bisa digunakan untuk melakukan panggilan / terima telepon dan sms. Mungkin butuh sebuah bluetooth headset supaya bisa terima telepon dengan lebih pribadi. Gambar ini bukanlah prototype. Anda sendiri sudah bisa membuatnya dengan memanfaatkan smartphone yang memiliki koneksi HDMI dan punya fitur DLNA, disarankan berprocessor dual core atau lebih dengan memory RAM diatas 1 Gb. Monitor HD untuk mendukung koneksi HDMI dari smartphone. Kebetulan, gambar ini menggunakan OS Android, tapi nantinya tidak menutup kemungkinan OS lain (
UBuntu, iOS dan WP) bisa juga digunakan. File kerja bisa disimpan pada flashdisk, memory internal smartphone, microSD pada smartphone, maupun pada penyimpanan cloud. Yang bisa dilakukan oleh sang smartphone : > Web browsing. > Ketik, edit, cetak dan simpan dokumen. > Membuat, edit, cetak dan simpan sphreadsheet. > Membuat, edit, cetak dan simpan presentasi. > Video conference. > Video Chatt. > Chatting. > Membuat, menerima, mengirim, mem-forward, dan mencetak email beserta attachment. > Koneksi jaringan via WiFi. > Menerima dan melakukan panggilan telepon. > Menerima dan mengirim sms. > Mengadakan sambungan VPN. > SIP. > Menonton video dalam format apapun. > Mendownload dan meng-upload file, video, dan musik dalam format apapun. > Menyalakan musik. > Transfer dan terima file ke perangkat lain. > File explorer. Sama seperti windows explorer. Yang tidak bisa dilakukan (sementara) : > Membuat dan mengedit gambar grafis untuk advanced graphic designer/engineer. > Membuat dan mengedit video untuk advanced graphic designer/engineer. > Membuat dan mengedit audio untuk advanced graphic designer/engineer. Yang menarik adalah, saat sang smartphone dilepas dari dockingan-nya,semua pekerjaan itu jadi bisa dilakukan saat dalam perjalanan, saat di cafe, saat di rumah, dimanapun, kapan pun. Tentu dengan layar yang lebih kecil, yaitu layar sang smartphone sendiri. Syaratnya hanya listrik dari batere maupun charger dan koneksi internet. Dengan syarat berikut ini, sudah bisa membuat pengganti PC dari sebuah smartphone : 1. Smartphone hrs punya konektor HDMI. 2. Smartphone hrs punya fitur DLNA. 3. Untuk mendukung kedua komponen diatas, maka smartphone harus punya processor dan memory RAM yg mumpuni juga dan harus ada GPU-nya. Sepertinya, processor kelas dual core (atau multicore. Klo di iOS sekitar kelas A8-A9) ditambah GPU dengan RAM minimal 1 Gb sudah cukup lumayan, walau akan alami sedikit lag. 4. Smartphone harus punya fitur microUSB atau ada fitur pengisian batere dari konektor HDMI-nya. Karena selama digunakan sebagai pengganti PC, smartphone akan butuh banyak sekali daya. 5. Smartphone harus punya bluetooth management yang bagus, mungkin sekitar Bluetooth 2.xx atau 3.xx (pokoknya diatas 2.0). Bluetooth ini untuk mengatur koneksi keyboard dan mouse wireless secara bersamaan. Tanpa management bluetooth yg bagus, smartphone hanya mampu mengenali perangkat secara satu per satu, sedangkan dibutuhkan kemampuan untuk mengenali dan mendapat input secara simultan dalam waktu yang cepat. 6. Smartphone juga harus punya fitur WiFi yang baik, bukan cuma kelas a/b/g/n saja, tapi manajemen WiFi yang lebih advanced karena digunakan sebagai gateway utama dengan jaringan LAN berbasis WiFi yang ada. 7. Selain memanfaatkan konektor micro USB sebagai jalur daya, micro USB itu juga harus mampu mengatur koneksi dari perangkat lain, misalnya flashdisk. 8. Modul 3G/HSDPA/HSPA/EV-Do-nya juga harus tahan banting, karena modul ini akan jadi gateway utama yang digunakan kernel OS untuk terkoneksi internet. Jika tidak ada modul ini, maka koneksi internet akan mengandalkan modul WiFi. 9. Beberapa vendor sudah menyediakan semacam docking khusus bagi produknya yang bertugas untuk sedikit memperingan beban smartphone. Docking2 itu punya teknologi2-nya sendiri yang berbeda antar vendor, bahkan ada yang berbeda antar produk walau vendornya sama. Pada docking itu sudah tersedia kemampuan untuk bekerja sebagai multipurposes hub. Yang bisa mengenali perangkat yang terhubung, membagi koneksi, dan membagi/menerima perintah secara bersamaan, jadi input yg diterima smartphone sudah terpisah-pisah, tentu memperingan kerja smartphone. 10. Sayangnya, sekarang ini, smartphone yang memenuhi persyaratan diatas itu harganya masih lumayan, sekitar 4-12 jt per unit belum termasuk docking, monitor yang dilengkapi koneksi HDMI, keyboard + mouse (dengan kabel / tanpa kabel). Prasyarat untuk monitor : 1. Punya konektor VGA. 2. Harus terdapat port HDMI. 3. Jika tidak ada port HDMI, harus ada port RGB. Port RGB itu harus disambungkan ke kabel converter lebih dulu untuk bisa menerima data dari port HDMI di smartphone. Untuk lebih detail, silahkan lihat gambar berikut :
Keterangan gambar : 1. Port HDMI pada monitor terhubung dengan port HDMI pada smartphone. Koneksi inilah yang memungkinkan tampilan layar di smartphone bisa ditampilkan juga di layar monitor. Selain tampilan, juga suara dan pergerakan di smartphone ke layar monitor. Dengan fitur DLNA pada smartphone, maka input dari keyboard + mouse external juga bisa diproses di dalam smartphone yang hasil grafisnya bisa ditampilkan pada layar monitor, suaranya bisa dikeluarkan oleh external speaker. 2. Port power pada monitor menerima pasokan listrik secara langsung dari colokan listrik yang ada di ruangan. Kebetulan, pada konsep di gambar ini, pasokan listrik yang masuk ke monitor juga dibagi kepada smartphone melalui perangkat docking-nya. Jadi, smartphone bisa tetap mendapatkan pasokan listrik secara langsung tanpa perlu kabel charger. Tapi, bisa juga dibuat agar smartphone mendapat pasokan listrik terpisah dan tetap mengandalkan charger-nya sendiri melalui perangkat docking. 3. Perangkat docking yang menyatu pada kaki monitor. Perangkat docking ini sudah termasuk konektor HDMI, dan micro USB. Konektor HDMI berfungsi seperti yang sudah di jelaskan pada keterangan gambar nomor 1 diatas. Konektor microUSB berfungsi untuk menyalurkan pasokan listrik kepada smartphone sekaligus sebagai transfer data dari dan kepada perangkat lain seperti keyboard + mouse external, flashdisk, external HDD, printer, scanner, dll. Semua proses pengolahan data, input, dan output dilakukan oleh smartphone. Perangkat docking pada gambar ini kebetulan dirancang menjadi satu dengan kaki monitor, tetapi tetap bisa dibuat terpisah. 4. Smartphone yang diletakan pada perangkat docking. Dengan membaca keterangan gambar nomor 1 dan 3, maka terlihat jelas bahwa sang smartphone yang menjadi otak dari seluruh sistem ini. Smartphone berfungsi sebagai PC Replacement (pengganti PC). Untuk itu, sang smartphone harus mampu menangani proses pengolahan data, input dari perangkat external, dan menghasilkan output pada monitor dan perangkat lain yang terhubung secara cepat. Agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal, tidak terjadi lag selama proses pengolahan data, penerimaan input dari perangkat external, dan hasil output pada perangkat external, maka lebih baik agar menggunakan smartphone yang sudah memiliki processor yang berkapasitas besar dan berkecepatan tinggi (setidaknya multicore dengan kecepatan diatas 1 Ghz), memory RAM dan ROM yang lega (minimal masing-masing 1 Gb pada ROM dan RAM-nya), punya GPU (Graphical Processor Unit) sendiri (Tidak hanya mengandalkan processor utama untuk memproses grafik, tapi membutuhkan processor tambahan untuk menangani grafik. Posisi GPU bisa terpisah dari processor utama, bisa juga menjadi satu dalam processor utama, tergantung
teknologi yg digunakan oleh vendor.), juga perlu microSD sebagai memory penyimpanan external yang berkapasitas besar (diatas 8 Gb) dan punya kecepatan tinggi (class 10) untuk menunjang performa sistem ini. 5 dan 6. Mouse dan keyboard. Dalam gambar ini, mouse dan keyboard yang digunakan adalah berjenis wireless bluetooth. Koneksi bluetooth bisa dipilih yang menggunakan dongle bluetooth sendiri maupun yang tanpa dongle. Jika menggunakan dongle, dongle dicolok-kan pada port USB pada perangkat docking smartphone sehingga smartphone mendeteksinya sebagai perangkat eksternal melalui koneksi USB. Dibutuhkan smartphone yang sudah mampu mendukung koneksi USB kecepatan tinggi (sebaiknya v3.0) agar dapat menangani koneksi dengan cepat.Jika menggunakan yang tanpa dongle, maka koneksi bluetooth langsung pada smartphone, smartphone akan mendeteksi sebagai perangkat eksternal melalui koneksi bluetooth. Untuk itu, dibutuhkan smartphone yang sudah memiliki koneksi bluetooth v2.02 atau diatasnya (sebaiknya v3.0) agar dapat menangani koneksi dengan cepat dari kedua perangkat input ini. 7. Speaker aktif. Dalam gambar ini, speaker aktif mendapat input dari perangkat smartphone melalui port jack audio 3.5 mm. Jack speaker yang dicolok pada port jack audio di smartphone membawa sinyal audio langsung kepada speaker aktif tersebut. Sangat disarankan untuk menggunakan speaker aktif yang catu daya-nya langsung dari colokan listrik rumah/kantor. Speaker akan otomatis menghasilkan suara yang didapatkan dari output port jack audio smartphone. Fungsi speaker aktif disini adalah untuk memperkuat suara yang keluar. Jika tidak menggunakan speaker aktif pun tidak masalah, masih bisa mengandalkan speaker dari smartphone. Jika gambar diatas terlihat terlalu rumit, dibawah ini ada gambar yang bisa lebih sederhana.
Untuk gambar diatas, membutuhkan sebuah multimedia docking seperti pada gambar berikut ini.
Ini tidak hanya membahas pemindahan layar dari gadget ke monitor tv, tapi lebih dalam lagi, ke pemrosesan data, input keyboard dan mouse, dan koneksi secara bersamaan. Seperti hal-nya PC yg dipake di kantor2 selama ini yang harus bisa melakukan transfer data dan proses dengan sangat cepat dalam waktu singkat. Dan semuanya itu harus bisa berjalan pada perangkat yang kelasnya cuma smartphone. Mungkin saat ini teknologi ini masih relatif mahal, tapi bayangkan kalo teknologi ini dikembangkan dan akhirnya bisa jadi teknologi low cost.
Lalu, apa keuntungan kita menggunakan sistem ini ? Tempat bekerja bisa lebih flexibel. Betapa menyenangkan membayangkan kerjaan kantor bisa dibawa kemana2 hanya dengan media handheld sebesar genggaman tangan. Tidak hanya menyenangkan bagi para pegawai yang harus berada di lapangan, tapi juga bisa jadi seluruh pegawai yang biasanya harus menangani pekerjaan administrasi di kantor. Dengan pekerjaan yang bisa dikerjakan dari perangkat yang mungil dan bisa dibawa kemanapun, bukan tidak mungkin akan membawa sebuah solusi home office. Dimana sebuah perusahaan tidak lagi mengharuskan pegawainya untuk datang ke kantor dan bekerja seperti yang terjadi sekarang ini, tapi setiap pegawai bisa mengerjakan pekerjaannya di tempat tinggalnya masing-masing. Atau, bisa juga saat pegawai tidak mampu untuk hadir di kantor, dia masih bisa mengerjakan pekerjaan rutinnya dari tempat tinggal. Kondisi seperti ini bisa membawa solusi penghematan biaya bagi perusahaan dan pegawainya juga bisa tetap menerima gaji tanpa terpotong akibat dari cuti.
Keamanan data perusahaan yang lebih baik. Bahkan kehilangan data2 ultra rahasia (informasi pasar, data keuangan, data pajak, informasi lain milik perusahaan) pun bisa dikurangi secara signifikan, karena smartphone selalu ditangan dan semua data bisa disimpan di cloud dengan besaran transmisi data via internet yang lebih kecil ukurannya. Jadi, saat smartphone tersebut hilang, dicopet, dirampok pun, data tetap aman.
Penghematan biaya operasional. Penghematan biaya pada operational cost (biaya operasional) adalah pada kebutuhan listrik-nya. Untuk listrik yang dikonsumsi perangkat smartphone, monitor LCD, keyboard + mouse, dan sebuah akses point WiFi tentu jumlahnya lebih kecil daripada yang dibutuhkan sebuah PC + monitor + akses point WiFi. Selain penghematan biaya listrik, juga biaya pembelian dan pengadaan software (termasuk OS-nya). Pada PC untuk bisa beroperasi membutuhkan sebuah Operating System (OS) yang harganya bisa lumayan memberatkan pemilik usaha. Dan belum lagi pengadaan software pendukung pekerjaan kantor, seperti hal-nya Word maupun Excell. Pada smartphone, OS sudah pasti ada didalamnya, sedangkan aplikasi lain yang dibutuhkan bisa didapatkan dengan harga yang jauh lebih rendah daripada yang digunakan pada PC (sering kali bisa mendapatkan versi gratisannya). Hal ini akan sangat membantu dalam mengurangi biaya pengadaan program / aplikasi. Tentu akan jadi lain cerita jika bisa menerapkan OS dan program yang bersifat Open Source di PC yang digunakan dilingkungan kerja. Tapi, tetap saja biaya listrik perusahaan akan cukup tinggi. Penghematan juga bisa terjadi karena perusahaan hanya cukup memberikan fasilitas smartphone + docking + monitor HDMI + keyboard dan mouse USB atau Wireless + laptop docking + paket berlangganan internet dari operator seluler bagi para pegawainya. Para pegawai yang berhalangan hadir di kantor masih bisa mengerjakan pekerjaan rutin-nya (selama kondisi mereka memungkinkan) dari tempat lain. Selain itu, monitor HDMI + docking + keyboard dan mouse + laptop docking + smartphone bisa dijadikan aset operasional perusahaan yang harus dikembalikan para pegawai saat mereka tidak lagi bekerja. Dibandingkan dengan yang sekarang umum terjadi, selain perusahaan harus menyediakan perangkat PC (yang menggunakan listrik cukup besar), biasanya perusahaan juga harus menyediakan perangkat smartphone beserta dengan voucher pulsa dan sebuah laptop bagi para pegawai lapangannya. Laptop biasanya sangat mudah rusak akibat dari pemakaian, kondisi alam dan ukurannya yang besar yg membuatnya sulit disimpan. Sedangkan smartphone lebih kecil kemungkinan rusaknya karena bentuknya yang kecil sehingga lebih mudah disimpan. Masalah kemampuan kompatibilitas program yang digunakan pada smartphone dengan program yang digunakan oleh mitra di perusahaan lain yang saling terkait (misalnya antara distributor dengan resellernya), tentu sangat tergantung pada pilihan OS di smartphone-nya. Tanpa bermaksud promosi, sejauh ini, penulis melihat hanya Android yg memiliki kompatibilitas yang baik untuk bisa saling bertukar file dengan OS Windows, iOS, dan linux sekaligus. File kerja (word, excell, power point, PDF, gambar) yang dibuat oleh aplikasi yang digunakan pada Android bisa dibaca dan dijalankan pada OS Windows, iOS, dan linux. Dan demikian sebaliknya, Android mampu menerima, mengenali, membuka, dan memproses file OS lain melalui media flashdisk, internet, wifi, maupun bluetooth.
Mengurangi kemungkinan data hilang. Bagi perusahaan yang memiliki divisi lapangan, sistem ini sangat cocok karena smartphone bisa langsung dicabut dari dockingannya dan dibawa ke lapangan. Sehingga data yang dikerjakan di kantor dengan data yang didapat di lapangan bisa tersimpan dalam 1 tempat. Masalah seperti data hilang akibat media penyimpanan (flashdisk maupun harddisk external) yang rusak karena tidak mampu bertahan di kondisi lapangan tentu tidak akan terjadi lagi.
Kepraktisan. Pegawai lapangan pun tidak perlu repot membawa laptop yang sering kali kurang praktis akibat dimensi dan beratnya. Cukup gunakan smartphone dan bawa laptop dockingan-nya saja yang biasanya berukuran lebih kecil dan lebih ringan.
Pada gambar diatas, adalah sebuah lapdock. Tepatnya adalah
Motorola Lapdock 500 pro. Lapdock adalah dockingan smartphone yang menyalurkan semua aktifitas layar smartphone pada layarnya, dan smartphone merima inpun dari keyboard lapdock. Sang lapdock sendiri tidak dipasangi prosessor, memory, harddisk didalamnya. Lapdock ini juga berfungsi sebagai charger bagi sang smartphone. Kita bisa menggunakan lapdock ini sebagai ganti dari laptop, mengerjakan semua tugas rutin kantor mirip seperti menggunakan laptop yang sekarang banyak beredar di pasar. Dan enaknya, semua data dapat disimpan di smartphone, microSD, flashdisk, maupun cloud. Dan, kebetulan, pada Tepatnya adalah Motorola Lapdock 500 Pro ini juga tersedia port VGA out yang bisa dihubungkan dengan LCD Projector untuk bisa melakukan presentasi atau sekedar nonton film maupun  melihat koleksi foto kita yang file-nya ada di smartphone.
Gambar diatas adalah sebuah tablet yang bisa diisikan oleh sebuah smartphone.
Asus PadFone namanya. Tablet ini memiliki cara kerja yang sama dengan Motorola Lapdock 500 Pro diatas, yang memfungsikan sang smartphone sebagai otak dari tablet.
Selain sebuah tablet dock, Asus
Padfone juga memiliki sebuah keyboard dock yang bisa difungsikan seperti netbook. Jadi, smartphone + tablet dock + keyboard dock = netbook. Keyboard dock juga tidak dipasangi processor, memory, dan harddisk untuk keperluan komputasi. Hanya dipasangi batere saja yang membuat seluruh sistem Asus Padfone memiliki lifetime batere paling lama. Selain itu pada sistem pengganti PC ini, masih ada juga tawaran kepraktisannya dan masalah ergonomis ruangnya, yang tidak perlu banyak ruang besar di kantor untuk meletakkan PC di meja kerja. Bagaimana menurut anda ? Note : tidak bermaksud promosi. Tetapi, sampai sekarang, hanya merek yang saya sebut diatas yang sudah terbukti bisa digunakan untuk membangun sebuah sistem baru pengganti PC dan sekaligus netbook / laptop.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Nature Selengkapnya