Tongkat kayu dan batu jadi tanaman..
Orang bilang tanah kita tanah surga..
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman..
Yep,  sudah menjadi rahasia umum bahwa tanah Indonesia adalah tanah surga.  Berbagai jenis flora dan fauna tersebar merata di seluruh wilayah  Indonesia dengan keanekaragaman hayati yang terbesar dunia. Indonesia  sendiri memiliki kawasan hutan dengan luas kira-kira 120 juta hektar  yang juga memiliki potensi sumber biomassa disamping sebagai sumber daya  alam dan penyangga kehidupan. Sebagai sumber energi, biomassa tergolong  lebih baik daripada jenis sumber energi lainnya seperti angin, arus  laut, dan panel surya.
Biomassa sendiri banyak  dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada pembangkit listrik tenaga biomassa  (PLTBm). Dengan sistem pengoperasian pabrik yang sama seperti pada  pembangkit listrik berbahan bakar batubara, menjadikan PLTBm sebagai  pilihan yang menarik bagi pelaku usaha di sektor energi terbarukan  karena proyeksi keuntungan atau profit yang baik bila dibandingkan  dengan panel surya, kincir angin, atau memanfaatkan tenaga arus laut.
PLTBm di Indonesia sendiri didominasi oleh sumber biomassa berbasis wood pellet.  Limbah berupa cangkang sawit dan tongkol jagung dapat dimanfaatkan  untuk membuat pelet kayu ini, yang selanjutnya digunakan sebagai bahan  bakar di PLTU. Dalam tulisan-tulisan sebelumnya juga sudah diberikan  contoh dan informasi bahwa Growth Steel Group (GSG) sebagai  perusahaan swasta juga sudah memiliki 5 PLTBm dan saat ini sedang  berencana untuk membangun 5 PLTBm lagi yang baru. Bahan bakar yang  digunakan adalah pelet kayu berbasis limbah cangkang sawit dan tongkol  jagung itu tadi. Juga campuran serbuk kayu seperti mahoni, dan  lain-lain.
Pemilihan biomassa sebagai sumber energi  listrik tentu memiliki permasalahan. Permasalahan itu adalah terkait  dengan ketersediaan bahan baku.
Dengan penggunaan bahan organik, maka perencanaan supply and demandbahan  baku penting untuk direncanakan dengan sebaik mungkin karena umur bahan  baku biomassa memerlukan waktu pertumbuhan yang tidak sebentar. Apalagi  kebanyakan sumber biomassa adalah bahan baku pangan semisal sawit,  jagung, tebu, padi, dan ubi kayu. Akhirnya harus bergantung pada masa  panen. Dan berakibat pada beberapa perusahaan yang mengalami kesulitan  bahan baku.
Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN),  diberikan data bahwa pengembangan sumber biomassa pada tahun 2015  sebesar 5,6 juta ton dan diproyeksikan meningkat menjadi 8,4 juta ton  pada tahun 2025 untuk memenuhi target 23% penggunaan EBT dalam porsi  bauran energi final [2].
Jika  dilihat sekilas, mungkin bisa mencapai angka 8,4 juta ton biomassa  tersebut. Namun penulis belum menemukan data terbaru berapa angkat  pemanfaatan biomassa sampai dengan saat ini. Maka, jika agan-agan  pembaca memiliki informasinya, boleh share di kolom komentar ini. Tentu  akan membantu penulis dan dapat menambah wawasan.
Kanbegini yang menjadi persoalan dalam kondisi kekinian: pertumbuhan penduduk.