Dulu aku pernah bersemangat sekali belajar menulis diawal-awal kenal kompasiana. Meskipun kualitas tulisanku sangatlah teri, tapi semangat menulis dan aktif membuka kompasiana dapat dikatakan tinggi. Katanya menulis adalah cara mengungkapkan kejujuran atau dengan kata lain, menulis membuat kita jujur pada diri kita sendiri. Namun tidak bagiku, menurutku menulis itu membuat pikiran menjadi lebih cerdas dan aktif, sehingga menghasilkan tindakan yang lebih baik pada masalah-masalah nyata yang sedang kita hadapi.
Kompasiana sekarang sudah semakin banyak penggunanya, banyak juga tulisan-tulisan sampah yang sedikit sekali manfaatnya. Sehingga ada kesan bahwa menulis di kompasiana adalah bagaikan berteman dengan orang-orang yang tidak bergengsi. Dari dulu hingga sekarang tulisanku selalu kalah dengan orang-orang.
Meskipun demikian, aku tetaplah punya rasa percaya diri yang tinggi. Bahkan aku merasa bahwa diriku sering berbuat sombong. Tuhan telah memperingatkanku dengan berbagai penyakit dan kesialan, namun kesombongan dan rasa berbangga diriku belumlah lenyap untuk selamanya. Dan aku sangat menghawatirkan hal itu.
Untuk mengomentari tulisan-tulisan politik di kompasiana; saya ingin mengatakan. Aku masih heran hingga kini, kenapa orang-orang itu suka sekali membahas politik. Bahkan berita politik selalu menjadi trend teratas yang paling diminati, sebenarnya apasih untungnya. Apakah uang, ingin dianggap pinter, atau benar-benar tulus dari hatinya. Entahlah.. bagiku hal itu adalah rahasia Tuhan yang tidak sembarang orang tahu jawabannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H