Kilas Sumpah Pemuda
Nasionalisme merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Indonesia semangat nasionalisme yang terbentuk dalam diri pemuda Indonesia dimulai ketika kolonialisme dan imperialisme bangsa barat merusak harkat dan martabat bangsa Indonesia dengan sistem eksploitasinya telah menimbulkan keresahan di kalangan pemuda Indonesia. Semangat nasionalisme yang tumbuh di kalangan pemuda harus menjadi lembaga indentitas yang memadai dan dapat menampung segala kemajemukan sehingga muncul “identitas nasional”.
Dalam sejarah di masa lalu para pemuda perintis kemerdekaan menemukan kembali identitasnya melalui organisasi dalam batasan etnik seperti jong java, jong sumatera, jong celebes, jong pasundan, dan sebagainya. Perhimpunan Indonesia (PI) sebagai salah satu organisasi di kalangan pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di negeri Belanda mengkonseptualisasikan identitas Indonesia dalam sebuah manifesto politik tahun 1925. Manifesto politik 1925 tersebut memuat “rakyat Indonesia perlu diperintah oleh pemerintah yang dipilih sendiri, dalam memperjuangkan tujuan itu rakyat Indonesia tidak mengharapkan bantuan pihak lain harus ke semuanya berdasarkan kekuasaan sendiri, untuk mensukseskan perjuangan itu maka mereka, yaitu rakyat harus bersatu”.
Para pemuda Indonesia di masa itu akhirnya sadar bahwa pergerakan organisasi yang bersifat kedaerahan tidak pernah memberikan hasil berarti untuk kemerdekaan Indonesia karena pergerakan seperti itu sangat mudah dipatahkan oleh penjajah. Dasar tersebut menjadi tuntunan bagi organisasi-organisasi pemuda di Indonesia untuk sepakat melebur menjadi satu kesatuan dan membuat langkah konkret dengan mengumpulkan seluruh organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan serta bersepakat untuk mengadakan pertemuan melalui “Kongres Pemuda” tahun 1926.
Kongres pemuda tahun 1926 bertujuan untuk menyatukan organisasi-organisasi yang pada saat itu terpecah-belah dan menghapus sekat perbedaan yang disebabkan latarbelakang suku, agama dan ras. Kongres pemuda I (pertama) berlangsung pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926 bertempat di Weltervreden yang sekarang dikenal dengan Gambir. Selang 2 tahun kemudian, Kongres Pemuda II (kedua) berlangsung dan diadakan pada tanggal 27 sampai 28 Oktober 1928 berada di 3 tempat. Pertama di Katholieke Jongenlingen Bond sekarang dikenal dengan Lapangan Banteng, kedua di Oost Java Bioscoop atau konigsplein Noord sekarang dikenal dengan Jalan Medan Merdeka Utara dan Gedung Kramat Raya 106, Jakarta Pusat.
Hasil dari kongres pemuda II (kedua) pada 28 Oktober 1928 menghasilkan 3 ikrar yang melekat dan mengikat bagi pemuda Indonesia melalui “Sumpah Pemuda”. Pertama, kami putra dan putri Indonesia, mngaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kedua, kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Ketiga, kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Kemudian momen tersebut menjadi momen pertama kalinya lagu “Indonesia Raya” ciptaan Wage Rudolf Soepratman dialunkan dan bergema.
Telaah Nasionalisme
Semangat nasionalisme pemuda Indonesia tersebut lahir atas dua dimensi. Pertama, dimensi ekstren di mana nasionalisme dihadapkan pada bangsa lain, sebagai reaksi atau bentuk perlawanan khususnya pada kolonialisme dan imperialisme yang menjerat bangsa Indonesia. Kedua, dimensi intern, yang memandang paham kebangsaan berkait erat dengan proses pembentukan kesadaran, sikap, jiwa, orientasi, serta perasaan-perasaan yang ke-Indonesia-an bagi masyarakat Indonesia khususnya pemuda.
Semangat nasionalisme yang pada akhirnya membawa “Kemerdekaan Indonesia” yang dapat diraih dengan mengacu pada manifesto politik 1925 yang memuat prinsip-prinsip nasionalisme. Pertama, prinsip kesatuan (unity) yang di mana proses pergerakan menuju kemerdekaan dibutuhkan kekuatan penyatuan terhadap segenap potensi internal yang dimiliki oleh masyarakat dan bangsa untuk menghadapi kekuatan kolonialisme dan imperalisme. Kedua, kebebasan (liberty) yang di mana dijaminnya kebebasan suatu bangsa untuk memikirkan, mengupayakan dan menentukan nasibnya sendiri. Ketiga, prinsip persamaan (equality) yang di mana suatu bangsa itu tidak menganggap rendah atau membedakan bangsa lain karena pertimbangan atau aspek-aspek tertentu, walaupun bangsa tersebut belum sebesar dan semaju bangsa lain yang telah lebih dulu berkembang.
Keempat, kepribadian (personality) yang di mana prinsip ini menjadi sangat mendasar karena akan sangat menentukan karakter, sikap, dan perilaku masyarakat di suatu bangsa. Bangsa yang tidak memiliki kepribadian akan tergusur dengan sendirinya oleh desakan situasi dan perkembangan dunia yang begitu besar dengan segala konsekuensinya. Kelima, hasil usaha (performance) yang di mana harus dapat melakukan penyesuain dengan perubahan dan perkembangan muthakhir yang ada maka harus mampu memperlihatkan adanya prestasi dan potensi yang dimiliki.
Semangat nasionalisme pemuda Indonesia perintis kemerdekaan menjadi cerminan bagi generasi saat ini yang dapat dipelajari melalui pertama, refleksi sejarah yang berguna untuk mengingatkan kembali sejarah bangsa Indonesia di masa lampau, dan untuk memperlihatkan pergulatan-pergulatan yang dilakukan kaum pemuda perintis kemerdekaan demi terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kedua, memperkenalkan berbagai keragaman budaya Indonesia, hal ini berguna agar rakyat khususnya pemuda Indonesia memahami bahwa banyaknya potensi budaya yang bisa dikembangkan dan diperkenalkan sebagai suatu nilai seni dan untuk menanamkan kembali rasa cinta kepada kebudayaan tanah air.
Kemudian yang ketiga dengan menanamkan kembali pendidikan kewarganegaraan dan pancasila, hal ini berguna untuk memantapkan ideologi bagi masyarakat Indonesia khusunya pemuda di dalam pikiran, hati maupun prakteknya dengan memberikan pemahaman tentang dasar-dasar negara dengan menanamkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ketiga pengajaran tersebut perlu dilaksanakan untuk menanamkan kembali nasionalisme rakyat Indonesia terkhusus di kalangan pemuda agar tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H