Dialog selanjutnya "Lagian sudah waktunya kampung kita punya lurah yang cekatan, jadi udah waktunya bu lurah instirahat".Â
Menurut orientasinya kampanye Bu Tejo termasuk Candidate-oriented Campaign, kampanye ini berorientasi pada seorang kandidat demi kepentingan politik dengan tujuan memperoleh dukungan dalam melaksanakan suatu kegiatan politik.
Selain itu kampanye Bu Tejo menggunakan Teknik Asosiasi. Teknik Asosiasi yakni, dengan mengaitkan kampanye dengan suatu peristiwa atau fenomena yang sedang menjadi sorotan atau sedang terjadi pada waktu sekarang. Menurut proses penyampaian pesan komunikasi kampanye Bu Tejo menggunakan proses Awareness.Â
Yakni, publik dilibatkan pada proses kognitif atau pengertian terhadap hal baru. Proses ini dikatakan sebagai kampanye awal untuk mendapatkan perhatian publik untuk berfikir lebih jauh tentang suatu permasalahan.
Pelajaran menarik lainnya dari dialog Bu Tejo adalah reformasi birokrasi. Seringkali berurusan dengan birokrasi adalah permasalahan yang ribet dan rumit, terlebih ketika pejabat instansi bekerja tidak semestinya, tidak ada di ruangan pada saat jam kerja, atau petugas lembaga yang sudah lama dan konservatif terhadap aturan malah memberi kesan ribet.Â
Hal-hal tersebut tentunya membuat kita ingin menjauhi urusan-urusan birokrasi. Dalam film Tilik Bu Tejo melihat tersebut sebagai suatu permasalahan dan harus diselesaikan dengan cara reformasi birokrasi.Â
Reformasi birokrasi memang tidak dapat lepas dari prinsip dan konsep Good Government. Akan tetapi untuk mempersingkat konsepsi kita akan mengulas reformasi melalui sudut pandang Bu Tejo.
Dalam kondisi yang dialami oleh Bu Tejo dan warga desa lainnya, reformasi dimaksudkan untu mengganti Lurah dengan harapan Lurah yang baru lebih muda, cerdas dan cekatan.
Pada dasarnya arti reformasi diarahkan untuk terwujudnya efisiensi, efektifitas, dan Clean Government. Sedangkan konsep reformasi birokrasi berarti sebagai suatu usaha perubahan pokok dalam suatu sistem birokrasi yang bertujuan untuk mengubah struktur organisasi, tingkah laku, dan keberadaan atau kebiasaan yang telah lama dipelihara.Â
Permasalahan seperti kolotnya administrasi dan kepemimpinan yang telah usang cocok dengan permasalahan yang sering terjadi di tataran pemerintah lokal maupun daerah, dengan kemampuan Bu Tejo mengidentifikasi permasalahan ia berharap Lurah selanjutnya mampu mengubah tradisi dan mendongkrak birokrasi kearah yang lebih reformatif.
Jadi mungkin sekarang pembaca sudah bisa melihat sisi politik dalam Film Tilik, atau kalian sudah mulai reflektif dengan permasalahan dan dinamika perpolitikan di Desa?Â