Hal yang sama juga sering terjadi di sekolah, guru sering disalahkan ketika siswa berkelahi. Padahal siswa menghabiskan waktu lebih banyak bersama keluarga, seolah-seolah pendidikan hanya urusan guru sekolah dan guru agama.
Nah kemudian dalam konteks apapun wifi (baca:router) tidak pernah menjadi barang ilegal di Indonesia. Tapi tentu sah-sah saja bila masyarakat Curee Baroh percaya dan sepakat dengan pengharaman wifi ini akan membawa kebaikan. Tapi saya merasa ada hal lain yang seharusnya diperhatikan dibandingkan hanya mengharamkan wifi saja, fenomena seperti ini juga terjadi di desa saya. Anak-anak ber-wifi-an ria hingga larut malam, ketika diingatkan malah mereka yang nyolot. Dari pada berkelahi dengan bapaknya, kadang yang mengingatkan lebih baik diam.
Menurut saya hal pertama yang patut diperhatikan adalah mengendalikan penggunaan gawai anak. Lucu sekali bila wifi haram tapi gawai tidak. Gawai hanya butuh pulsa atau data untuk dapat mengakses internet. Disinilah peran keluarga dan orang tua, awasi anak dalam menggunakan gawai, dan batasi waktu penggunaan.
Anak tidak bisa dibiarkan bebas menggunakannya karena rasa ingin tahu yang tinggi, serta pada kondisi tersebut mereka sedang mencari cara untuk mengaktualisasikan diri, itu kata tetangga saya orang Swiss, bapak Jean Piaget. Kalau perlu masyarakat membuat pernyataan tertulis bahwa mengawasi anak adalah tugas bersama. Saya rasa ini lebih bijak.
Kemudian pengaharaman wifi di warung-warung tentu banyak merugikan orang lain. Ada banyak rantai mata pencaharian yang ikut terkena imbas, mulai dari provider, teknisi, pemilik, hingga pelanggan warung. Saya rasa alangkah lebih bijak jika wifi hanya boleh digunakan oleh pelanggan dewasa saja dari pada diharamkan total. Kalaupun si anak menggunakannya harus dibawah pengawasan orang dewasa.
Terakhir, menyalahkan satu objek saja tanpa memperhatikan kondisi adalah kesia-siaan. Saya rasa pengharaman wifi tidak akan berefek apapun bila gawai tetap dilepas bebas ditangan anak. Dan juga pendidikan dini seharusnya lebih diperhatikan keluarga, tidak bisa masyarakat serta merta menuduh sesuatu sebelum bercermin. Lha kalau tidak dididik sejak dini oleh keluarga, terus siapa? Jess No Limit?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H