Mohon tunggu...
fuad mushofa
fuad mushofa Mohon Tunggu... -

seseorang yang terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nadjib - Cerpen

16 Desember 2009   08:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:55 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Aku sudah menunggumu sejak dua tahun lalu" Sebuah suara mengejutkanku dari belakang. Tampak seorang anak kecil bermata bulat berjubah putih berdiri di belakangku. "Tak perlu takut" katanya. Aku menatapnya dengan sangat, lalu mencoba mendekat.  Anak kecil itu lalu menyerahkan kotak kayu berukir padaku.

"Ini milikmu, seharusnya kuserahkan ini dua tahun lalu, namun baru sekarang kau menemuiku. Didalam kotak itu ada kunci kehidupanmu selama kau hidup". "Untuk apa kunci ini?" tanyaku. "Berjalanlah lurus kedepan, tak usah tergoda dengan pintu-pintu yang memanggilmu, pintumu sudah ditentukan sendiri. Sampai kau temukan pintu dengan namamu sendiri, bukalah pintu itu dengan kunci ini, di sanalah tempatmu, di sanalah kau sekarang tinggal" Jawabnya. "Di sana sudah menunggumu, ganjaran dari perbuatanmu selama di dunia" Lanjutnya. Tiba-tiba Ia menghilang meninggalkan aroma wewangian kasturi.

Ku berjalan perlahan mencari namaku terpampang di pintu. Di kanan kiriku tampak berjejer pintu-pintu yang sangat indah, dengan ukiran emas menghiasinya. Cukup lama aku berjalan, sampai aku pada deretan pintu-pintu, yang walaupun tak berukir emas, namun teramat indah bagiku. Aku melihat sebuah pohon berbuah segala macam jenis buah yang menggantung di dahannya, dengan kolam susu di sampingnya. Sungguh, tempat ini begitu indah. Tak pernah kubayangkan sebelumnya. Tak jauh dari kolam, terdapat sebuah pintu, aku mendekat, lalu kubaca sebuah nama di papan pintu itu:

"Nadjib"

Tertulis Nadjib disana, Ini namaku, inikah tempat untukku?! "Nadjib......" suara lembut perempuan memanggilku. "Kemana saja Kau selama ini, Kau terlalu lama membiarkanku sendiri di sini". Tampak seorang perempuan berdiri di depanku, Perempuan itu menatapku dengan lembut, pandangan matanya begitu sejuk, menggetarkan hati ini, Ia begitu cantik. Tidak, Ia lebih dari begitu cantik, Perempuan itu sungguh sangat cantik, SUNGGUH, Ia sangat cantik, tak ada kata yang sanggup menggantikannya. "Ss...siapa kamu?" tanyaku penuh getar   "Aku yang akan menemanimu disini, akulah yang selama ini menjaga pintu milikmu ini, aku yang merawat semua isi dari pintu ini selama kau masih berada dalam kehidupanmu". Katanya penuh lembut".  Ia lalu tersenyum begitu manisnya,

sungguh sangat manis. Lidahku kelu, tak bisa berkata. Hatiku tergetar, tak percaya, senyumannya sama persis dengan senyuman yang selama ini menemani Imajinasiku....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun