Mohon tunggu...
Cholwan Fuad
Cholwan Fuad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menjadi manusia yang bermanfaat

Riang dan gembira

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jawaban atas Kegelisahan

9 Agustus 2022   06:29 Diperbarui: 9 Agustus 2022   06:42 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah beberapa bulan terombang ambing dalam lika liku kejenuhan yang beruntun. Beberapa kali mendapati tubuh serta raut wajah tampak lesu. 

Aku berfikir, lingkungan ini tidak lagi sehat untuk di konsumsi untuk di pertahankan. Kegelisahan selalu menghantui diriku, sialnya selalu bersamaan dengan sepi. 

kenapa? Kenapa harus saja begitu. Untuk menghilangkan kegelisahan dan kejenuhan, aku coba untuk masuk ke dunia yang penuh keramaian, asik, canda tawa, ternyata itu sesaat. Kegelisahan itu kembali lagi, bahkan parahnya dia lebih dari sebelumnya.

 Aku coba untuk menyepi, semoga menemukan jawaban atas kegelisahan dan sedikitnya menjadi penenang, ahhh gila... ternyata makin parah dan semakin liar berjalan jalan di isi kepala. 

Selalu sepanjang hari seperti itu, sampai sampai berimbas terhadap pola tidur, makan dan keseharian.

 Ingin berjalan, bingung harus kemana, apa yang harus dimulai, berfikir sejenak... balik lagi ke titik semula. Kenapa? Ada apa ini? 

Riak riak suara dari arah penjuru masuk ke telinga, bisikan untuk ayo bergerak kawan, tapi apa? Apa yang harus aku lakukan. 

lantas berputus asa, mencoba peruntungan untuk kembali ke lingkungan yang sama.

 Tiba-tiba teringat sore itu, ohh iya ya.. kalau tidak salah ada janji pertemuan yang sudah lama belum di tepati (gumam ku), akhirnya aku coba komunikasi.

Aku: assalamualaikum mang sedang dimna? Lagi sibuk gak?

Kaka: walaikumsalam, gak nih kenapa?

Aku: mau silaturahmi sekalian konsultasi

Kaka: yaudah kesini aja 

Aku: otwe

Selepas itu, aku langsung bergegas tanpa berfikir lagi berangkat menemui tempatnya. 

Selepas datang di tempat, akhirnya aku mulai duduk. 

Belum sampai lima menit, aku  kaget dan anehnya sebelum aku memulai percakapan biasa orang basa basi untuk mencairkan suasana pertemuan pertama. 

Dia sebaliknya, langsung tau apa isi hati ku, sontak kaget.. kok bisa tau (fikir ku).. aku hanya bisa tertawa kecil senyum-senyum gak jelas, beruntun dengan santai dia membuka problematika beserta solusi solusi terbaik yang ia sampaikan.

Baru kali ini aku seperti terhipnotis, diam mengamati. padahal posisi itu, aku belum tidur sama sekali semalaman. aku terus mengamati apa yang diucapkannya, kata perkata, bahkan dia beberapakali memberikan analogi sederhana untuk membaca situasi dan karakter pribadiku. 

Dari kejadian itu, setelah 2 tahun terakhir aku baru pertama kali menemukan ketenangan yang se tenang tenangnya bak air yang jernih.

Dia terus melanjutkan penjelasannya, dari pagi aku bertemu ia tanpa disadari selesai sore hari, dia ketawa.. sembari bilang wan.. wan ada-ada aja ya kamu.. tidak apa-apa konflik dan masalah individu itu membuatmu terus belajar, analisis dan memperbaiki diri.. 

Aku cuman membalas dengan senyum malu, berkata di hati "ketenangan ini yang aku cari, tapi ia tau seluk beluk kepribadianku, keburukan, akhirnya aku mau gak mau menerima, sebab bagaimanapun hati tidak dapat disembunyikan.

Aku mulai disadarkan, ohhh iya.. aku tau masalahku dimana? aku kurang dekat dengan tuhan, dengan ayat-ayat nya, rasul nya, ahlul bait dan lainya. Bahkan, memujinya pun tak sempat, hanya selintas dalam benakku.

Betul, jangan pernah bergantung terhadap manusia, sebab tuhanmu lah yang lebih patut kau utamakan.. segala sesuatu urusan dunia jika kamu seimbang dengan akhirat semuanya akan berjalan mengikuti diluar kehendak manusia.

Diakhir, dia menitipkan satu benda, 

"Ini kamu bawa kemanapun kapanpun, jangan sampai lupa, jangan sampai hilang, pokonya bawa aja, ibaratnya ini jati dirimu". Minimal, dengan melihat dan mengingat benda ini kamu akan terus tersadarkan dalam perjalanan.

Baik kak, terimakasih (Jawabku).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun