Salah satu yang menarik dari Piala Dunia Rusia 2018, adalah terjadinya gol bunuh diri (own goal). Bagi para fans kejadian ini sangat menjengkelkan. Bagaimana tidak? Sedang seru-serunya pertandingan saling menyerang, tiba-tiba terjadi gol bunuh diri. Bagi para pemain profesional mereka juga kecewa, tapi mereka tidak menunjukkan kekecewaan, karena risiko ini bisa terjadi. Solusinya langsung menyerang tim lawan untuk menyamakan kedudukan. Solusi lain adalah memberikan masukan kepada teman yang melakukan gol bunuh diri agar tetap tegar.
Gol bunuh diri pada hakekatnya merupakan risiko dalam   pertandingan sepakbola.Tapi dalam kancah Piala Dunia sebagai puncak dari semua turnamen sepakbola di Dunia, tetap merupakan yang sangat mengecewakan. Bagaimanapun, para pemain di Piala Dunia adalah pemain-pemain pilihan. Wajar jika fans dan penonton sepertinya tidak bisa mentolerir tindakan membobol gawangnya sendiri.
Di Piala Dunia Rusia 2018, gol bunuh diri pertama terjadi saat pertandingan Maroko vs  Iran. Gol bunuh diri ini terjadi ketika pertandingan akan berakhir, tepatnya pada injury time di menit ke 95. Ini dilakukan oleh pemain Maroko, Aziz Bouhadduz pemain 31 tahun.Anehnya Bouhadduz adalah penyerang., yang sepertinya turun ke belakang untuk membantu pertahanan.  Pemain yang malang melintang sejak remaja di klub-klub Jerman, terakhir di klub St. Pauli memang sangat terkejut dan menyesal oleh gol bunuh diri tersebut.
Gol bunuh diri berikutnya terjadi pada pertandingan antara Kroasia melawan tim Nigeria baru berjalan selama 32 menit. Gol tersebut dilakukan oleh O.Etebo, gelandang tim Nigeria. Etebo bermain di klub Stoke City.Pertandingan ini sendiri berakhir dengan kemenangan 2-0 Kroasia.
Gol bunuh diri lain terjadi pada pertandingan  antara Rusia dengan Mesir. Ini dilakukan oleh Ahmed Fathy, bek Mesir berusia 33 tahu, saat pertandingan berjalan 47 menit. Tentu saja kalau ditanya ke pemain tersebut pasti tidak ada rencana untuk mencetak gol bunuh diri tersebut. Ada beberapa alasan untuk itu. Yang menjadi penyebab utama adalah karena terjadi kepanikan ketika diserang bertubi-tubi oleh para penyerang lawan. Padahal Ahmed Fathy adalah bek yang sarat dengan pengalaman.
Historis:
Pada Piala Dunia Paris 1938 setidaknya terdapat dua kejadian yang menarik.Pertama, adalah pada Piala Dunia Paris 1938 adalah pertama kali Asia diwakili pada turnamen akbar ini. Kebetulan yang mewakili  Asia adalah Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda (Dutch East Indie). Sebagaimana diketahui tim Indonesia langsung bertemu tim kuat Hungaria. Indonesia kalah telak dengan 4-0 oleh tim yang kemudian masuk ke final Di final tim Hongaria dikalahkan oleh tim Italia. kedua, adalah bahwa pada Piala Dunia Paris 1938 telah terjadi gol bunuh diri pertama di Piala Dunia.Â
Gol tersebut dicetak oleh pemain Swiss yang bernama Loertscher ketika Swiss bertanding melawan tim Jerman. Sebetulnya  terjadi ketiga ketika tim Indonesia yang disebut tim kurcaci tersebut menjebol gawang Hungaria. Sayangnya gol tersebut di anulir.
Sementara itu, gol bunuh diri tercepat merupakan hasil perbuatan pemain yang bernama Gamarra. Pemain ini berasal dari tim Paraguay.Gol berasal dari sundulan Gamarra terjadi pada menit ke tiga. Gol tersebut terjadi pada Piala Dunia Jerman 2006 ketika Paraguay sedang bertanding melawan tim Inggris/ Â Tepatnya gol bunuh diri tercepat itu terjadi pada 10 Juni 3006.
Boleh jadi gol bunuh diri yang paling menghebohkan terjadi pada Piala Dunia Amerika Serikat 1884. Ceritanya berawal, di pertandingan antara Kolombia vs Amerika Serikat.Pada pertandingan penyisihan grup, pada pertandingan kedua 22 Juni 1004 terjadi gol bunuh diri tersebut. Amdre Escobar memblok umpan dari gelandang Amerika Serikat, John Harkes. Tanpa sengaja Andre Escobar terjadi defleksi dan bolanya masuk ke gawang Kolombia. Akhirnya Kolombia kalah 1-2 dari Amerika Serikat, dan Kolombia tersisih.
Setelah usai Piala Dunia Amerika Serikat 1994, Escobar memutuskan pulang ke  Kolombia tidak ke Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat tempatsaudara dan keluarganya bermukim. Escobar ke kota tinggalnya, Medellin. Pada 1 Juli 1994, lima hari seusai Kolombia di eliminasi dari Piala Dunia Amerika Serikat 1994, Escobar mengajak teman-temannya untuk minum-minum di kelab malam El Indio di salah satu kawasan pemukiman El Poblado dekat Medellin. Setelah teman-temannya beroisah Escobar pada 3.00 dinihari sendiri di mobilnya di pelataran parkir. Tiba-tiba tiga orang tak dikenal dan beradu argumentasi.Â