Belakangan manajer kembali disorot dan menjadi diskusi terutama berakhirnya liga-liga profesional di Eropa dan menjelang mulainya Piala Dunia Rusia 2018. Ada yang berhasil di liga. Tapi yang gagal juga tidak kurang. Bahkan yang dipecat sebelum liga selesai, manajer tersebut dipecat. Hebatnya ada juga manajer-manajer yang spesialis untuk mempertahankan agar klub tertentu tidak turun kasta. Ini marak di liga Primer Inggris.
Ada catatan menarik yang diungkapkan oleh Carlo Ancelotti, dalam bukunya "Quiet Leadership"-Winning Hearts, minds and matches, bahwa yang paling susah adalah mengelola talenta. Ini harus berhati-hati, memahami harapan pemain dan perilakunya. Pendapat Ancelotti dibenarkan oleh Paolo Maldini, bahwa Carletto yang merupakan nama panggilan Carlo Ancelotti, bahwa Ancelotti selalu mengelola para pemainnya di AC Milan bagaikan dalam satu keluarga.
Pendapat lain dari Ancelotti bahwa ketika ia mulai menjadi manajer di klub Inggris, Asosiasi Para Manajer mempunyai majalah bulanan yang membuat ia kaget bahwa masa kerja manajer di Liga Inggris rata-rata 27 bulan. Tapi Ancelotti tidak terlalu kaget karena di Italia rata-rata masa kerja manajer adalah 27 jam oleh karena itu dengan kepemimpinan yang jarang bicara, yang utama adalah memenangkan hati dan pikiran dari para pemangku kepentingan dalam klub. Tentu saja fans selalu ingin menang, dan ini pun bisa dipahami. Masalah ini juga harus ditangani dengan pendekatan yang baik.
Lain lagi dengan para manajer untuk tim-tim peserta Piala Dunia Rusia 2018. Ada yang belum selesai kontraknya tapi sudah di putus. Sementara ada manajer-manajer yang sepertinya ahli Afrika karena lebih senang melatih dan memimpin tim-tim negara Afrika. Tantangannya nampaknya berbeda. Memang manajer beda. Kalau tidak meyakinkan akan di putus kontraknya walau belum selesai. Sedangkan pemain paling banter dipinjamkan ke klub lain setelah sekian lama di parkir saja karena tidak berhasil. Bahasa yang sering dipakai adalah yang bersangkutan kalah bersaing di posisinya atau yang bersangkutan tidak sesuai dengan skema strategi bermain. Â
Akan halnya manajer yang berhasil dengan mempersembahkan piala, bonus akan menanti. Manajer tersebut mulai menepuk dada dan melakukan acara jumpa media dan pers. Banyak cerita sang manajer yang berhasil. Memang paling enak bicara kalau sudah berhasil. Lain lagi jika tidak mendapatkan piala. Ada saja alasan dan argumentasinya Ini bahkan terjadi bagi manajer yang belum berhasil tapi masih jumawa karena dia tahu bahwa manajer yang cocok dengan pemilik tidak banyak jumlahnya. Oleh karena itu manajer tersebut senang berceloteh karena dua tahu bahwa tidak mudah memecat dia apalagi kalau masih dalam kontrak. Kalau tetap dipecat maka manajer tersebut akan dapat pesangon yang tidak sedikit sesuai dengan klausul-klausul di kontraknya.
Berita terkini adalah dipecatnya manajer tim Spanyol, Julen Lopetegui. Pelatih Spanyol ini sukses dalam mengawal tim Spanyol memasuki gerbang Piala Dunia Rusia 2018. Dalam penyisihan kualifikasi grup hanya satu kali Spanyol bermain imbang dengan Italia. Selebihnya menang. Sementara dalam pertandingan persahabatan Spanyol tidak terkalahkan. Satu-satunya kesalahan Lopetegui adalah dia memutuskan menerima tawaran dari Real Madrid untuk menjadi manajer Real Madrid. Â
Ini membuat Asosiasi Sepakbola Spanyol berang.  Kontan President Asosiasi Sepakbola Spanyol atau Association  Real Federacion Espanola de Futbol (RFEF). Kenapa Lopetegui tidak sabar menunggu usainya Piala Dunia 2018? Hanya Lopetegui dengan  Florentino Perez yang tahu jawabannya. Semua penggemar sepakbola hanya bisa mereka-reka,. Memang disayangkan keputusan Lopetegui menerima jabatan di Real Madrid,karena semua penggemar tim Spanyol mempertanyakan tanggung jawabnya. Di pihak lain,  Penggemar tim Spanyol bisa saja kecewa dengan pemecatan tersebut karena penggantinya Fernando Hiero sempit waktunya untuk mengkonsolidasi skuadnya. Faktor manajer dipertaruhkan dan menjadi pertanyaan besar.
Signifikan:
Sejauh ini ada keyakinan bahwa hasrat dan antusiasme merupakan yang signifikan dalam memenangkan pertandingan. Â Sementara tugas dari manajer adalah dengan memberikan motivasi kepada para pemain. Lihat saja Jose Mourinho ketika di bak pertama tim Manchester United dalam posisi ketinggalan dalam skor sementaraÂ
Maka Mou akan cenderung merengut. Dia duduk dan membahas sesuatu dengan asistennya. Saat turun minum Jose Mourinho memanfaatkan waktu istirahat tersebut dengan memberikan motivasi. Di babak kedua, Manchester United terlihat bermain bagus dengan mengejar ketinggalan. Tapi apakah ini karena sang manajer?
Simon Kuper, kolumnis dan penulis sepakbola yang umumnya d menganalisis ari aspek antropologi, mengatakan bahwa untuk memenangkan  pertandingan yang utamanya bukan antusiasme dan hasrat menang serta peran manajer.. Namun yang bermakna adalah bagaimana para pemain mengoper bola  (passing) dengan memanfaatkan geometris yang cerdas. Sementara itu yang terlihat sebagai antusiasme dan hasrat,  sesungguhnya adalah keunggulan dalam fisik para pemain. Stamina, kebugaran,  dan daya tahan akan jauh lebih penting. Contohnya adalah ketika Meksiko mengejutkan sang juara bertahan Jerman dengan 1-0.
Selain itu, Simon Kuper yang lulusan dua universitas ternama di Dunia, Universitas Oxford dan Universitas Harvard, menyebutkan bahwa menurut penelitiannya bahwa banyak pemain yang terbaik berasal dari kemiskinan. Â Sejauh ini pemain-pemain yang bagus datang dari Eropa Barat yang tingkat kemiskinannya rendah.Â
Selain itu dari kawasan Amerika Selatan, umumnya para pemain yang berhasil dikenal dengan kemampuan prima dalam mendribel bola. Â Pemain seperti Pele, dan Maradona berasal dari keluarga miskin sehingga bermain bola di jalanan. Bagaimana dengan para pemain Afrika yang tingkat kehidupan begitu miskin, tetapi tidak banyak menghasilkan pemain-pemain top? Ini karena tidak terlalu banyak pelatih yang bagus. Juga karena malnutrisi dan sistem kesehatan yang tidak bagus
Pendapatan klub:
Faktor yang menentukan keberhasilan suatu klub antara lain didukung oleh penghasilan yang bagus. Â Lihat saja kepada klub-klub seperti Manchester United, Real Madrid, Barcelona, Liverpool, Bayern Munchen, Ajax dan Juventus, Pendapatan mereka mempunyai kecenderungan meningkat. Dari mana pemasukan mereka? Utamanya adalah dari hak siar.Â
Dalam era teknologi komunikasi, siaran langsung dari pertandingan-pertandingan liga telah mencapai penjuru dunia untuk mendatangi para penggemar tiap klub. Apalagi turnamen tahunan seperti liga Champions yang meraup begitu besar dampak finansialnya bagi setiap klub yang bertanding. Bahkan UEFA dari waktu meningkatkan hadiahnya bagi sang juara.
Selain pembagian pemasukan hak siar, klub juga memperoleh pemasukan yang tidak sedikit dari penjualan pernak pernik berlogo klub. Dua klub lama dari Inggris, Manchester United dan Liverpool merupakan dua klub dalam penjualan pernak pernik (merchandising) yang didominasi oleh penjualan jerseynya.
Satu hal Eropa merupakan pusat dari sepakbola dunia. Sponsor dari korporasi-korporasi global sangat besar mendukung turnamen seperti Liga Champions dan Liga Europa. Alasan utamanya karena pertandingan-pertandingannya disiarkan ke banyak negara di Dunia.  Sebagai catatan, pada 1990 pemasukan dari sepakbola di Eropa cukup besar, tapi belum besar sekali. Saat ini, pemasukan dari sepakbola Eropa sudah melebihi dari pemasukan liga-liga olahlarga profesional di Amerika Serikat dengan menggabung pemasukan  liga-liga NFL, MBA, dan MLB.
Sementara itu, bagi tim sepakbola suatu negara, yang menentukan dalam keberhasilannya adalah seberapa besar dana yang disiapkan suatu negara dan asosiasi sepakbola tersebut untuk mengembangkan sepakbola di negara itu. Pemasukan dari hak siar juga menunjang keberhasilan tim suatu negara. Â Apalagi pemasukan uang dari turnamen akbar seperti Piala Dunia. FIFA telah menyediakan uang yang sangat besar bagi peserta Piala Dunia Rusia 2018 terutama juaranya. Dari pernak pernik juga lumatan pemasukannya.
Khusus  kepada peran manajer bagi tim sepakbola suatu negara,waktunya sangat terbatas, terutama dalam menyeleksi pemain. Beda halnya dengan manajer dari suatu klub yang dari hari ke hari khususnya selama kompetisi berjalan, manajer setiap saat bisa tatap muka dengan para pemainnya. Kembali kepada pencarian pemain-pemain berbakat sebelum di seleksi, Jerman menggunakan teknologi yang mutakhir. Jika manajer dan timnya berkesan maka baru dilakukan pengujian langsung oleh manajer terhadap pemain tersebut.  Ini akan menjadikan suatu perubahan yang bermakna dalam rekrutmen dan penyeleksian.
Kembali kepada peran seorang manajer, saat ini terjadi miskonsepsi. Manajer penting, namun bukan yang utama. Akhirnya yang terpenting adalah antusiasme, hasrat yang berbasis kondisi fisik hebat, kebugaran yang prima yang diimplementasikan dengan operan-operan bola berdasarkan geometri yang cerdas dan cermat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H