Kejadian yang sama juga dialami oleh Carlo Ancelotti yang menerima perlakuan yang tidak adil dari beberapa pemain inti yang pemimpinnya adalah Franck Ribery. Pemecatan Claudio Raniery, Jose Mourinho, dan Carlo Ancelotti jelas bukan contoh yang baik dalam hubungan antara peatih dan pemain.Â
Harusnya kedua belah pihak mengerti posisi dan tanggung jawab masing-masing. Pemain harus tunduk dan ikut skema yang sudah digariskan oleh pelatih. Bagaimanapun pelatih yang dibantu oleh para anggota tim pelatih selain memberikan prosi latihan juga mengamati kebugaran, kinerja, dan kerja sama tim. Faktor lain adalah pelatih dengan para staf pelatih akan menurunkan skuad sesuai dengan lawan yang akan dihadapi.Â
Di atas itu semua, kalau kemenangan diperoleh, apalagi mendapatkan posisi juara yang pertama memperoleh keuntungan secara finansial dan reputasi adalah klub. Setelah itu adalah para pemain yang mendapatkan bonus sesuai dengan perjanjian dan kinerja masing-masing pemain. Sedangkan pelatih dan tim pelatih juga akan mendapatkan bonus, namun yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan bonus para pemain. Tentu ada perkecualian jika sudah ada perjanjian antara pelatih dengan klub sebelumnya. Gejala penghianatan pemain terhadap pelatih sebaiknya tidak menjadi mode.Â
Para pemilik klub juga harus diingatkan untuk tidak terlalu memanjakan pemain, karena dampaknya tidak bagus untuk keutuhan klub, kerja sama antar pemain dan keharmonisan antara para pemain dengan pelatih. Saling menghargai antara pelatih dan para pemain harus dikedepankan dengan landasan deskripsi tugas dari masing-masing pihak. Hanya dengan cara ini nama baik klub bisa diperttahankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H