Dalam waktu kurang dari seminggu akan berlangsung pertarungan dua klub yang sangat kontras gaya bermainnya Juventus melawan Real Madrid. Pertandingan final yang akan berlangsung di kota Cardiff, Wales disebut-sebut sebagai pertandingan final yang ideal. Seperti diketahui di semifinal Juventus berhasil melumatkan tim muda usia yang penuh semangat dan bergelora, Monaco dalam dua pertandingan. Sementara itu, Real Madrid kembali menyingkirkan klub sekotanya, Atletico Madrid. Walau Real Madrid kalah di pertandingan kedua, namun karena menang di pertandingan pertama dengan selisih gol yang lebih baik maka Atletico Madrid kembali harus merelakan musuh bebuyutan yang penuh dengan pemain bintang, Real Madrid kembali maju ke final.
Juventus yang juara seri A dan kembali jadi juara seri A tahun kompetisi 2016/2017, keinginan untuk menjuarai Liga Champions sudah menjadi rahasia umum. Apalagi skuad tahun ini nyaris sempurna. Sebaliknya, Real Madrid sebagai klub yang paling banyak menjuarai Liga Champions, ingin menjadi juara kembali tahun ini  setelah tahun lalu menjuarai Liga Champions, juga bukan suatu keinginan yang mengada-ada. Skuad Real Madrid tahun ini yang boleh dikatakan sama dengan skuad tahun lalu ingin tetap mempertahankan hegemoni sebagai klub sepakbola tersukses di benua biru, Eropa.
Juventus dengan gaya bertahan sistem gerendel yang dikenal dengan Cattenaccio sejauh ini berhasil membuktikan sebagai tim yang lini belakangnya paling sulit dan paling jarang ditembus gawangnya. Tiga pemain belakang Barzagli-Bonucci-Chiellini ditambah penjaga gawang berpengalaman kelas Dunia, Guianluigi Buffon adalah jaminan mutu. Di pihak Real Madrid, sebagai tim tersubur di Liga Champions dengan trio penyerang Cristiano Ronaldo-Karim Benzema-Gareth Bale sangat eksplosif. Catatan bahwa Gareth Bale yang sudah agak lama cedera nampaknya akan digantikan oleh Isco yang tidak kurang eksplosifnya. Kontras tapi menarik, pertandingan antara Juventus vs Real Madrid, dua tim yang syarat dengan pemain bintang dan berpengalaman, pasti akan menegangkan.
Skuad:
Juventus yang nama lengkapnmya adalah Juventus  Football Calub S.p.A  adalah klub yang berpusat di kota Turin, Italia. Klub yang seragamnya salur hitam-putih ini didirikan pada 1897. Juventus adalah salah satu klub tersukses di Italia. Bahkan sudah 6 tahun berturut menjadi jawara Seri A.  Dengan pelatih Massimiliano Alegri, Juventus menjadi klub yang sangat disegani.
Klub yang mendapat julukan La Vecchia Signora atau Nyonya Tua sebagian sahamnya dimiliki oleh keluarga Agnelli selain oleh masyarakat. Tim Juventus sangat kuat dengan gaya Italianya terutama dalam  strategi bertahan. Hal lain, umumnya, pelatih Allegri cenderung memainkan formasi 3-4-2-1 seperti pada pertandingan kedua melawan Monaco. Formasi ini bisa menjadi 4-3-3 ketika menyerang. Tentu saja semua pemain di skuad Juventus sama pentingnya. Akan tetapi, akan sangat menarik jika kita lihat 4 pemain yang menjadi lini tengah Juventus. Mereka adalah dari kiri  ke kanan terdiri dari Dani Alvez-M. Pjanic-Samir Khedira-Alex Sandro. Di sini terlihat bahwa Allegri memasang Pjanic dan Khedira untuk memotong pasokan bola dari lawannya. Apalagi Khedira eks Real Madrid tahu betul tentang lini tengah Real Madrid. Sementara Dani Alvez  sebagai mantan pemain Barcelona sangat hafal dengan kebiasaan lini tengah Real Madrid.
Akan halnya lawan dari Juventus di final kali ini, Real Madrid juga suatu klub yang sukses. Bahkan paling sukses di Spanyol. Klub yang selalu membeli pemain-pemain bintang ini didirikan pada 1902. Klub dengan kostum putih-putih dijuluki  Los Blancos .  Klub yang berbasis di ibu kota Spanyol baru saja menjuarai La Liga 2016/2017 setelah menyingkirkan musuh bebuyutannya, Barcelona.
Sementara itu,  Zinedine Zidane sebagai pelatih Real Madrid dalam hal formasi cenderung akan formasi  4-3-1-2 seperti saat melawan Atletico Madrid di pertandingan kedua.  Ketiga lini tengah Real Madrid dari kiri adalah L. Modric-Casemiro-T. Kroos. Catatan khusus harus diberikan kepada Modric, gelandang yang tenang, dingin namun rajin dan punya pasokan-pasokan bola yang pas bagi para penyerang Real Madrid. Nampaknya dia akan dihentikan dulu oleh para lini tengah Juventus, khususnya oleh Alex Sandro. Namun demikian, Tony Kroos eks Bayern Munchen yang juga kolega Khedira di Bayern Muenchen dan tim Nasional Jerman juga sangat kuat dan ulet. Nampaknya dia akan bertemu dengan Dani Alvez atau M. Pjanic di setiap langkahnya.       Â
Pertarungan lini tengah buat banyak orang adalah pertarungan sebenarnya antara dua tim sepakbola yang bertarung. Tidak terkecuali antara Juventus dengan Real Madrid. Oleh karena itu Allegri maupun Zidane sangat berharap agar semua pemain lini tengah mereka bugar dan tidak ada yang yang cedera. Penonton yang mengharapkan duel bermutu ini pasti akan sangat menunggu para gladiator dari Juventus dan Real Madrid memperlihatkan semua kebolehan mereka.
Yang tidak kalah menarik adalah bagaimana kita membuat prediksi sejauh mana  serangan-serangan bergelombang Juventus dengan trisulanya Dybala-Higuain-Mandzukic merobek pertahanan Real Madrid yang terdiri dari  Danilo-Varane-Ramos-Marcelo. Trisula Juventus sangat ampuh dalam menciptakan gol walau tidak sesubur trio penyerang Real Marid. Sebetulnya lini belakang Real Madrid kuat dan sejauh ini mampu mematahkan serangan-serangan lawan baik bola-bola atas maupun bawah. Hanya saja, lini belakang Real Madrid mempunyai lubang-lubang yang bisa dimanfaatkan oleh para penyerang Juventus. Salah satunya adalah bek kiri Marcelo yang acap kali asyik ikut menyerang sehingga sering kalah lari oleh penyerang lawan. Hal yang sama berlaku untuk Danilo. Sementar, duo bek tengah Varane dan Ramos terkenal tangguh. Ancaman untuk Real Madrid terletak pada Ramos sebagai pemain yang gampang naik darah dan termasuk langganan kartu merah. Karena kalau pada final sepenting ini Real Madrid terpaksa bermain dengan 10 orang, maka akan mengganggu kenikmatan para penonton dan sekaligus merusak nilai pertandingan ini.
Catatan lain yang penting mungkin teramat penting adalah Zinedine Zidane sendiri. Sebagai pelatih ia sangat profesional. Tapi menghadapi bekas klubnya, Juventus, bukan persoalan yang mudah. Apalagi ketika Zidane bermain di Juventus keberhasilan untuk merebut piala Liga Champions tidak pernah terjadi. Apakah dia yakin akan dan harus mengalahkan Juventus? Pertanyaan yang hanya terjawab ketika pertandingan mulai bergulir.
Sedangkan Juventus sendiri, khususnya kapten sekaligus penjaga gawang Buffon belum pernah merasakan menjadi juara Liga Champions. Hanya ini satu-satunya yang ia tunggu. Boleh jadi piala Liga Champions ini yang menyebabkan ia masih terus bermain walau usianya tidak muda lagi. Jawabannya akan kita saksikan bersama pada Minggu 4 Juni dini hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H