Mohon tunggu...
Ahmad Fuad Afdhal
Ahmad Fuad Afdhal Mohon Tunggu... Dosen - Ph.D.

Pengamat isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Kilas Balik Piala AFF 2016

24 Desember 2016   15:56 Diperbarui: 24 Desember 2016   16:06 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Stadion Rajamanggala kembali menunjukkan keangkerannya ketika tim sepakbola Thailand mengalahkan tim sepakbola Indonesia di final Piala AFF 2016 dengan skor meyakinkan 2 – 0. Teraseel Dangda dan rekan-rekannya membuktikan bahwa sepakbola Thailand memang yang terbaik di kawasan Asia Tenggara. Kiatisuk Senamuang sang pelatih boleh menepuk dada atas prestasi tim asuhannya.

Sebaliknya, gemuruh dan gegap gempitanya suporter tim sepakbola Indonesia baik yang menyaksikan langsung di stadion Rajamanggala maupun jutaan yang berada di berbagai penjuru, pelosok, dan sudut Indonesia langsung senyap ketika wasit yang memimpin pertandingan final meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan final ini. Indonesia kembali tersungkur di final AFF untuk kesekian kalinya. Boaz Salossa dan kawan-kawan harus mengakui keunggulan, ketangguhan, dan kehebatan tim sepakbola Thailand.

Berbagai pendapat, opini, dan komentar bermunculan menanggapi kegagalan tim sepakbola kita termasuk ketidakberhasilan Alfred Riedl membawa tim sepakbola Indonesia dalam merebut Piala AFF. Tentu saja apresiasi tetap diberikan kepada skuad sepakbola Indonesia yang sudah berjuang sekuat tenaga di ajang sepakbola antar negara paling bergengsi di kawasan Asia Tenggara.

Menang atau kalah adalah sesuatu yang biasa dalam pertandingan sepakbola sebagaimana dengan cabang olahraga lainnya. Sebelum bertanding berbagai persiapan dilakukan termasuk strategi. Saat bertanding seluruh kemampuan termasuk taktik dikeluarkan di lapangan hijau. Usai pertandingan kedua belah pihak yang bertanding harus jabat tangan. Ini ciri sportifitas dalam sepakbola. Yang menang gembira, sedangkan yang kalah sedih.

Evaluasi:

Lazimnya usai pertandingan apalagi turnamen seperti AFF, maka tiap asosiasi sepakbola melakukan evaluasi. PSSI tidak terkecuali dalam hal ini. Sambil menunggu evaluasi resmi dari PSSI, masyarakat boleh saja memberikan masukannya berupa evaluasi terhadap kinerja tim sepakbola Nasional kita. Ini merefleksikan kecintaan masyarakat kepada tim sepakbola kita.

Untuk melakukan evaluasi, kedua pertandingan final bisa dijadikan titik awal. Kalau melihat hasil leg 1 yang berlangsung di stadion Pakansari ketika Indonesia menang 2 – 1. Sepertinya Piala AFF sudah di tangan. Bahkan ada media Nasional yang berani menyebutkan bahwa satu kaki sudah masuk. Antusiasme masyarakat yang begitu tinggi melambung membuat banyak pihak seperti terlupa sejenak bahwa pertarungan belum selesai. Bahkan ketika Indonesia berhasil masuk final, tidak kurang dari Alfred Riedl mengatakan bahwa tidak ada yang meramalkan Indonesia masuk final.

Namun, kalau dengan kepala dingin dan hati tenang, tanpa mengurangi penghargaan kepada Boas Salossa dan teman-temannya, kedua gol yang dicetak Indonesia mengandung keberuntungan. Yang masing-masing dicetak oleh Rizky Pora dan Hansamu Yama. Khususnya tendangan first time Rizky Pora yang penuh spekulasi tapi menghasilkan gol. Kejadian seperti kerap terjadi di turnamen besar seperti Piala Dunia sekalipun.

Sementara itu, di leg 2 kita jelas menjadi pecundang. Dominasi Thailand makin terasa di leg 2. Walau begitu, sesungguhnya Thailand memang satu kelas di atas kita. Dari segi stamina Thailand jauh lebih unggul. Postur tubuh para pemain Thailand lebih bagus dan lebih kuat dibanding para pemain kita. Dalam strategi bermain Thailand lebih mantap. Sedangkan ketrampilan para pemain Thailand juga lebih bagus. Kenapa bisa demikian tentu jawaban utamanya adalah karena Thailand memiliki kompetisi yang lebih berkualitas, teratur dan profesional.

Masa depan:

Masa depan sepakbola Indonesia tetap cerah. Prospektif, dan menjanjikan. Siapapun boleh jadi setuju akan pernyataan ini. Namun, untuk menggapainya pasti tidak akan mudah. Akan diperlukan proses yang panjang untuk mengangkat kualitas tim sepakbola kita sehingga bisa disegani di tingkat Asia Tenggara. Selain itu ada persyaratan yang ketat untuk mendorong tim sepakbola Indonesia menjadi tim yang kuat.

Inti dari semuanya adalah bahwa kita memerlukan  kompetisi sepakbola yang rutin, lancar, dan bermutu. Ini tentu saja memerlukan pengelola kompetisi yang kompeten, profesional, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu kompetisi harus dikelola oleh organisasi yang memiliki kemampuan manajerial yang bagus, tingkat kerja sama yang tinggi, dan mengutamakan kepentingan sepakbola Indonesia.

Untuk itu pihak PSSI sebagai penanggung jawab dari sepakbola Indonesia juga harus kompeten, profesional, dan memiliki program pengembangan sepakbola yang tepat. 

Akan halnya  program pengembangan sepakbola Indonesia, idealnya memiliki program jangka panjang yang tepat namun realistis. Bagaimanapun prestasi tidak bisa dicapai dalam sekejap. Hanya saja kita harus juga memiliki program jangka pendek dan jangka menengah yang menunjang program jangka panjang. Menyiapkan para pemain sepakbola usia dini merupakan program jangka panjang. Namun, masyarakat tetap membutuhkan prestasi yang membanggakan dan realistis dalam jangka pendek.  Masyarakat adalah pemangku kepentingan yang utama. Tanpa dukungan masyarakat sepakbola kita tidak akan berkembang.

Dalam program tersebut tentu saja disyaratkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan fasilitas sepakbola seperti lapangan dan fasilitas latihan. Juga apresiasi dari pemerintah bagi mereka yang berprestasi sangat diperlukan bagi bangkitnya sepakbola kita. Pemerintah dan PSSI harus bersinergi agar sepakbola Indonesia berjaya.  Bagaimanapun, nasionalisme dan retorika saja tidak akan mampu mendongkrak mutu sepakbola kita.

Sementara itu, peta jalan sepakbola Indonesia jangan di atas kertas saja, melainkan harus diimplementasikan dengan sungguh-sungguh. Evaluasi secara berkala tetap harus dilaksanakan. Sebab, seperti yang sering dipakai dalam dunia politik, kita tidak berada di ruang hampa. Artinya, bukan hanya Indonesia yang menginginkan sepakbolanya maju. Negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara dan Asia juga memiliki cetak biru pengembangan sepakbola di negara masing-masing.

Pertarungan dalam sepakbola bukan sekadar gengsi tapi juga reputasi suatu negara. Keberhasilan dalam sepakbola akan mengangkat posisi suatu negara. Tidak heran banyak negara yang mempertaruhkan segalanya untuk sepakbola. Bagaimanapun sepakbola adalah olahraga paling populer di Dunia. Tapi di balik itu sepakbola adalah bisnis besar. Ini harus diwaspadai agar sepakbola Indonesia maju, bermutu, dan sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun